Mohon tunggu...
Asnul Fitria
Asnul Fitria Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi

Ikhlas Memberi Rela Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi_Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1_Filosofis Pendidikan Nasional Menurut Ki Hadjar Dewantara

2 April 2024   11:03 Diperbarui: 2 April 2024   11:10 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam dan Bahagia Bapak/Ibu Guru Penggerak

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan hasil tugas 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 1.1

Perkenalkan nama saya Asnul Fitria, S.Si. Peserta Pendidikan Guru Penggerak angkatan 10 , Kelas 10.65 Kabupaten Solok . Sumatera Barat

Saya akan menuliskan koneksi antar materi modul 1.1 tentang “Kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara”.

Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari modul 1.1, saya percaya dan meyakini bahwa murid yang pandai adalah murid yang nilai ulangannya bagus, menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu, jarang absen, selalu mendengarkan dan mengikuti apa yang disampaikan guru. Dalam pembelajaran  dikelas saya mengajar sesuai dengan RPP/modul ajar yang saya buat yaitu menggunakan model-model pembelajaran cooperative learning yang kegiatannya dilakukan oleh semua siswa secara berkelompok. Selama proses pembelajaran berlangsung tidak semua siswa aktif baik dalam diskusi kelompok maupun dalam presentasi dan tanya jawab, bahkan kadang-kadang supaya mereka yang jarang aktif agar aktif saya iming-iming dengan nilai, dimana bila tidak aktif nilainya nol hari itu, dan yang aktif akan dapat nilai, sehingga siswa belajar karena menginginkan nilai saja bukan karena keinginan mereka untuk memperoleh ilmu. Saya jarang mengidentifikasi minat dan bakat anak sebelum memulai pelajaran, namun sesekali saya ada bertanya kepada siswa apa cita-cita mereka setelah tamat dari SMA ini tetapi untuk mengidentifikasi dan memetakan kemampuan siswa di awal pembelajaran misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui asesmen diagnostis non kognitif (seperti gaya belajar) dan kognitif jarang saya lakukan karena saya beranggapan bahwa siswa itu bisa disamakan saja dalam pelaksanaan pembelajaran walaupun gaya belajarnya berbeda. Saya memperlakukan siswa sama disetiap pembelajaran, bila mengerjakan LKPD maka semua anggota kelompok diminta untuk menuliskan jawabannya di kertas yang sudah disediakan ataupun dibuku latihan yang nantinya akan disampaikan disaat diskusi kelas. Hampir di setiap pembelajaran saya memberikan stimulus berupa video atau gambar dan penyampaian materi  selalu dengan PPT dan sekali- sekali menampilkan video, kemudian saya memberikan LKP untuk dikerjakan dikelompok, jadi metode mengajar saya akan monoton. Kemudian saya berasumsi bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah hanya dapat dilakukan dengan kegiatan remidial, walaupun nilai remedial yang diperoleh justru lebih kecil dari sebelumnya, hal itu bisa saya bantu dengan memberikan beberapa tugas kepada anak. Apabila tugas yang saya berikan tidak dikumpulkan tepat waktu, saya akan memberikan sanksi berupa penambahan tugas awal dengan tugas yang lainnya. Dan saya baru menyadari bahwa apa yang telah saya lakukan dapat membuat murid merasa terbebani dan menurunkan motivasinya mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk karakter sekali-sekali saya ada mencek pelaksanaan ibadah siswa, kedisiplinan mereka namun tidak rutin, terlaksana bila ingat saja. Walaupun saya sudah mulai menerapkan pembelajaran pada siswa tetapi dalam pelaksanaan nya lebih banyak saya yang menjelaskan pembelajaran dibanding siswa menemukan sendiri. Apabila ada siswa yang sudah sering tidak belajar, maka saya cendrung  melimpahkan pengurusan nya kepada wali kelas, sehingga saya jarang menemukan akar permasalahan kenapa siswa itu sering tidak masuk belajar dengan saya. Hal ini terjadi karena saya belum begitu paham dengan konsep pendidikan yang ditawarkan, dimana sebelum ini saya meyakini bahwa siswa adalah kertas putih/kosong sehingga guru lah yang akan mengisi kertas tersebut apabila hal baik yang di isi maka hasilnya akan baik, tetapi apabila hal buruk yang diisi maka hasilnya akan buruk.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Setelah saya mempelajari modul ini, saya baru memahami filosofi pendidikan KHD, saya baru tahu klo pengajaran dan pendidikan itu tidak lah sama dimana pengajaran merupakan bagian dari pendidikan, maksudnya  pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin, selanjutnya menurut  beliau bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) . Semua anak memiliki keunikannya masing-masing, proses pembelajaran yang yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid akan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. 

Saya menyadari zaman sudah berubah, murid kita sekarang adalah generazi Z (gen Z) yang hidup di tengah-tengah kecanggihan teknologi yang berubah begitu cepat, dimana sekarang orang-orang sudah berbicara dan berbuat dengan AI (Artificial Intelegence). Saya menyadari, saya bukan satu-satunya sumber belajar bagi mereka, banyak sumber belajar lain yang bisa dimanfaatkan sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang dimiliki siswa tersebut. Namun saya berupaya untuk selalu menuntun mereka sebagai fasilitator dan menempatkan siswa menjadi subjek dalam pembelajaran untuk mencari dan membangun pemahamannya sendiri. 

Saya tidak boleh hanya berfokus pada kemampuan kognitif dan psikomotorik saja tetapi juga harus dapat mendamping siswa serta mengembangkan kemampuan social-emosionalnya. Kemudian menurut Ki Hadjar Dewantara beliau mempercayai teori konvergen bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram, maka pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal, bahkan makin suram. Sehingga dengan pemikiran teori konvergen yang sesuai pemikiran KHD ini saya semakin paham bahwa siswa tidak bisa kita arahkan sesuai kehendak kita. Maka dengan memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya mulai merencanakan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa dan membantu siswa menjadi manusia yang merdeka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun