Dengan demikian, lebih banyak energi dapat dialokasikan untuk pertumbuhan. Anggota populasi seluler yang dapat memproduksi siderophore ini secara efisien biasanya disebut sebagai kooperator; anggota yang menghasilkan sedikit atau tidak ada siderophores sering disebut sebagai nonkooperator.
Penelitian telah menunjukkan ketika kooperator dan nonkooperator tumbuh bersama, kooperator mengalami penurunan kebugaran sementara nonkooperator mengalami peningkatan kebugaran. Hal ini diamati bahwa besarnya perubahan kebugaran meningkat dengan meningkatnya pembatasan zat besi. Dengan peningkatan kebugaran, para nonkooperator dapat mengalahkan para kooperator; hal ini menyebabkan penurunan kebugaran grup secara keseluruhan, karena kurangnya produksi siderophore yang cukup.
Poaceae (rerumputan) termasuk spesies pertanian yang penting seperti barley dan gandum mampu secara efisien menyerap zat besi dengan melepaskan fitosiderophore melalui akarnya ke rizosfertanah di sekitarnya . Senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme di rhizosfer juga dapat meningkatkan ketersediaan dan serapan zat besi. Tanaman seperti gandum mampu mengasimilasi zat besi melalui siderophore mikroba ini.Â
Telah dibuktikan bahwa tanaman dapat menggunakan siderophores ferrichrome tipe hidroksamat, asam rhodoturulic dan ferrioxamine B; siderophore tipe katekol, agrobaktin; dan siderophores asam katekol-hidroksi-hidroksi ligan campuran yang dibiosintesis oleh bakteri penghuni akar saprofit. Semua senyawa ini diproduksi oleh strain bakteri rizosfer, yang memiliki kebutuhan nutrisi sederhana, dan ditemukan di alam di tanah, dedaunan, air tawar, sedimen, dan air laut.
Pseudomonas fluoresen telah dikenali sebagai agen biokontrol terhadap patogen tanaman yang terbawa tanah tertentu. Mereka menghasilkan pigmen kuning-hijau ( pyoverdines ) yang berpendar di bawah sinar UV dan berfungsi sebagai siderophore. Mereka menghilangkan patogen dari zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan patogenesisnya. Sideropohore dapat juga digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman. Beberapa bakteri penghasil siderophore yang telah digunakan dalam bidang pertanian diantaranya P. aeruginosa , P. flourescens, , P. putida  dan Bacillus sp.Â
Menurut Meyer (2000), Pseudomonas isolat yang berbeda memiliki kemampuan untuk menghasilkan siderophore dalam jumlah yang tinggi. Siderophore ini diketahui efektif menekan pertumbuhan penyakit Fusarium oxysporum. Hal ini karena ion Fe yang dibutuhkan F. oxysporum untuk berkecambah tidak tersedia akibat dikelat oleh siderophore (Budzikiewicz 2001). Menurut Wahyuni et al. (2010), P. aeruginosa mampu menginduksi ketahanan tanaman terhadap Cucumber mosaic virus (CMV) dengan memproduksi siderophore pada kondisi Fe terbatas.Â
Kemampuan bakteri penghasil siderophore dalam mengikat Fe3+ merupakan pesaing terhadap mikroorganisme lain. Mekanisme kerja siderophore terjadi melalui perkembangan yang cepat dari bakteri yang mengkolonisasi akar tanaman dan memindahkan besi di daerah permukaan serta terciptanya kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan akar dan tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba rhizoplant (Budzikiewicz 2001). Â
Kemampuan bakteri dalam menangkap besi tersebut menyebabkan terhambatnya pertumbuhan mikroba pathogen sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan pathogen dalam menyebabkan penyakit pada tanaman inang.Â
Mikroorganisme penghasil siderophore menjadi solusi untuk tanaman yang kekurangan unsur Fe, baik digunakan sebagai pemenuhan terhadap unsur hara mikro dalam hal ini besi dan juga untuk melawan patogen yang menyerang tanaman, dimana bakteri penghasil siderophore juga dapat menginduksi ketahanan tanaman. Mekanisme ketahanan tanaman terjadi karena adanya perbaikan lingkungan tumbuh dari adanya interaksi antara mikroba dengan tanaman, termasuk interaksi antara mikroorganisme penghasil siderophore dengan akar tanaman.Â
Penulis :
Asnul Fitria_Mahasiswa S2 Program Studi Biologi, Universitas Andalas