Mohon tunggu...
Asni Merdianti Sianturi
Asni Merdianti Sianturi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melatih Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

24 Februari 2024   11:40 Diperbarui: 7 Maret 2024   21:42 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemampuan berpikir terbagi atas dua bagian, yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skill atau LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill atau HOTS). Keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik merupakan salah satu tingkat intelektualitas bangsa. Sebagai agen perubahan, peserta didik hendaknya mampu menunjukkan jati dirinya dengan cara-cara yang intelektual, bermoral, dan elegan. Oleh karena itu, pada abad 21 ini proses pembelajaran yang dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan harus benar-benar diperhatikan, agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten.

Namun, berdasarkan hasil pengamatan dari soal yang dikerjakan oleh peserta didik menunjukkan bahwa kemampuan analisisnya masih rendah,peserta didik cenderung hanya bisa menyelesaikan soal level C1-C3 dibandingkan soal yang memerlukan analisis atau HOTS. Berdasarkan hasil eksplorasi, kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal HOTS masih rendah disebabkan:

  • Keterbatasan pemahaman yang dimiliki guru untuk pengembangan keterampilan HOTS peserta didik sehingga tidak optimal menerapkan pembelajaran HOTS seperti model atau media pembelajaran kurang mendukung kemampuan HOTS peserta didik
  • Penguasaan materi yang dimiliki peserta didik kurang
  • Peserta didik tidak memahami perintah soal
  • peserta didik mengerjakan soal dengan terburu-buru dan kurang konsentrasi
  • Pembelajaran yang diberikan guru masih cenderung sampai pada tahap C3

Keberhasilan peserta didik untuk bisa mengerjakan soal HOTS ditentukan oleh bagaimana guru mengajar di dalam kelas dan seberapa besar materi yang dapat diserap oleh peserta didik. Hal ini dapat dicapai dengan guru merancang inovasi pembelajaran yang sesuai untuk melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kegiatan inovasi pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut:

1. Topik pembelajaran, yaitu Biologi materi gangguan atau penyakit pada sistem ekskresi (organ ginjal)

2. Tujuan pembelajaran diantaranya:

  • Peserta didik mengaitkan struktur organ ginjal dengan kelainan atau gangguan fungsi ginjal melalui wawancara secara tepat.
  • Peserta didik menganalisis penyebab kelainan atau gangguan pada sistem urinaria melalui wawancara secara tepat.
  • Peserta didik memberikan solusi cara untuk menjaga kesehatan organ sistem urinaria melalui wawancara secara tepat.

3. Inovasi pembelajaran yang dilakukan, yaitu:

  • Model pembelajaran yang digunakan adalah PjBL. Alasan memilih model PjBL adalah berdasarkan kajian literatur dan hasil wawancara dengan model pembelajaran ini dapat melatih kemampuan HOTS peserta didik sehingga kemampuan HOTS peserta didik dapat meningkat.
  • Menyusun materi dan LKPD berbasis HOTS. Alasan menggunakan inovasi ini adalah dengan menyusun materi dan LKPD berbasis HOTS dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya untuk memecahkan permasalahan dengan tepat.
  • Menyusun soal berbasis HOTS. Alasan menggunakan soal berbasis HOTS untuk mengukur kemampuan HOTS peserta didik sehingga guru mengetahui tingkat kemampuan HOTS peserta didik. Jika peserta didik terbiasa mengerjakan soal-soal berbasis HOTS maka peserta didik akan terlatih untuk berpikir tingkat tinggi.
  • Pemanfaatan media berbasis IT dengan menyajikan video tentang kasus penyakit gagal ginjal misterius dan mengintegrasikan teknologi dengan menggunakan LMS. Alasan inovasi ini digunakan sebagai apersepsi dan motivasi untuk mengarahkan peserta didik dalam penentuan proyek yang akan dikerjakan.

Dengan dilaksanakannya pembelajaran yang mengarahkan pada pembelajaran yang merangsang kemampuan berpikir kritis, diharapkan peserta didik memiliki dasar-dasar untuk berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan yang sederhana hingga rumit.

Dari proses inovasi pembelajaran yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

1. Penilaian kegiatan diskusi

Hasil observasi penilaian kegiatan diskusi selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan 78,8 % peserta didik sudah sangat baik dan 21,2 % peserta didik sudah baik dalam kegiatan diskusi dalam kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran PjBL mampu meningkatkan aktivitas peserta didik dalam kegiatan diskusi dalam proses pembelajaran. Adapun manfaat observasi penilaian kegiatan diskusi ini menjadikan peserta didik terlibat di dalam diskusi kelompok sehingga kelompok dapat menyelesaikan proyek yang dikerjakan.

2. Penilaian kemampuan presentasi

Hasil penilaian kemampuan presentasi pada proses pembelajaran menunjukkan nilai 86,7. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan presentasi peserta didik sudah baik. Penilaian ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kepada kelompok lain sehingga peserta didik dapat membagikan informasi yang di dapatkan kepada peserta didik lain.

3. Penilaian Profil Pelajar Pancasila

Hasil observasi penilaian Profil Pelajar Pancasila untuk elemen bergotong-royong diperoleh hasil 78,8% peserta didik telah membudayakan keterampilan bergotong-royong dan 21,2% peserta didik menunjukkan bahwa keterampilan bergotong-royong selama proses pembelajaran telah berkembang sesuai harapan. Hasil observasi untuk elemen bernalar kritis 51,5% peserta didik telah membudayakan kemampuan bernalar kritis, 30,3% peserta didik menunjukkan kemampuan bernalar kritisnya telah berkembang sesuai harapan, dan 18,2 % peserta didik menunjukkan kemampuan bernalar kritisnya mulai berkembang. Manfaat penilaian ini adalah untuk membentuk profil pelajar pancasila, yaitu bergotong-royong dan bernalar kritis dalam diri siswa sesuai dengan kurikulum merdeka.

4. Penilaian proyek berupa laporan wawancara

Hasil penilaian yang diperoleh setelah diberikan inovasi pembelajaran pada penilaian laporan wawancara menunjukkan bahwa 100% peserta didik tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah mampu menyelesaikan proyek wawancara yang telah dirancang sesuai panduan LKPD.

5. Penilaian kognitif

Hasil penilaian kognitif yang diperoleh pada proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa ada peningkatan dari hasil belajar peserta didik. Hasil pre-tes terdapat 45,5% peserta didik yang tuntas dan terjadi peningkatan dari hasil post-tes terdapat 72,7 % peserta didik yang tuntas. Penilaian kognitif ini sangat bermanfaat untuk mengukur pemahaman peserta didik terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun