Â
Ingin aku berteriak, melengking ke seluruh penjuru mata anginÂ
Ingin aku tumpahkan tangis hingga banjir air mata mampu menghapus pedihÂ
Menjerit pada tepian jurang menggemakan suara yang mulai melemahÂ
Karena tangis yang tertahan pada bibir jurang ketidakberdayaan.
Bilamana hati ini menyempurnakan segala rasa, mencoba menjalin satu persatu hingga menjadi ikatan yang kokohÂ
Ternyata kesempurnaan itu hanya milik_ Mu semata, sedangkan aku hanya simbol simbol yang terkadang terkurung pada mulut mulut tak bertanggung jawabÂ
Kau yang mampu membolak balikkan hati, memutarnya  tiga ratus enam puluh derajat menjadi baik dan terkadang buruk. Bagai lara hati kali ini tak ubahnya hidup dalam dua sisi.Â
Beribu kebaikan terlupakan namun keburukan seujung kuku akan terkenang dan akan terus menjadi noda kehidupan.Â
Berjalan dalam dua sisi mata uang, hingga menjadi kekuatan yang tak mampu hingga menjadi mampu dalam kebisuan panjangÂ
Ruang kosong, 21062021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H