Namun aku senang sekali, setiap kali diberi kesempatan ke agen Salam setiap saat pula sepuas puasnya membaca. Terlebih papa sakit dan akulah pengganti papa mengantar koran dan majalah hingga ke pelosok Korem, Tempel Rejo dan sebagainya.Â
Saat itu hanya papa satu satunya yang loper koran  di Curup dan akulah anak satu satunya perempuan yang mau mengambil dan mengantar koran berkeliling dengan sepeda tua.Â
Walau terkadang sering di hina, di sorak sorak, "Perempuan kok ngantar koran?" Ada juga yang bilang, " Awas perawan pecah naik sepeda ada  palangnya!"  Sekalipun tak aku indahkan, bahkan sahabat kecilku Sahmil selalu membela jika aku diganggu orang atau teman teman. Â
Loper koran, aku lakoni hingga tamat SMA dan loper koran pun sudah banyak serta agennya pun berhamburan.Â
Dengan bangga, aku selalu bercerita bahwa perempuan yang menjadi  mamanya saat ini adalah mantan loper koran dan majalah anak anak di jamannya.Â
Keuntungan loper koran di samping dapat uang, bisa membaca semua majalah anak anak dengan gratis Tanpa harus membeli dan menjadi nomor satu yang membacanya.
Sejak tamat SMP, tak ada lagi majalah Bobo hingga saat ini, yang aku tahu hanya berupa  Eebook  yang bisa di dapat di Gramedia.
Maafkan hanya mampu bercerita tentang masa mengenal dan membaca majalah Bobo bukan bercerita tentang majalah Bobo.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H