Setiap mendekati bulan Ramadhan, tak terasa air mata ini akan menetes dengan sendirinya, di beri kesempatan dan umur untuk bisa mengikuti Ramadhan, ada hal yang terpenting yang membawa aku menyadari bahwa apa yang aku lakukan dan geluti adalah sebuah kesalahan besar. Di mana  di Awal Ramadhan titik balik kehidupanku.
Awal titik balik segala tingkah laku dan cara berpakaian yang aku ubah dari berpakaian menyerupai laki laki berganti menjadi menutup aurat secara syar'i. Bukan sekali dua kali Allah memperingati aku namun hati ini tetap keras dan menganggap semua hanya sekilas cerita.
Bahkan menggiring papaku untuk masuk neraka karena anak perempuannya tak seorang pun yang berhijab, di paksa juga tidak mendatangkan kebaikan, itu jawaban papa ketika aku bertanya kenapa tak memaksa anaknya untuk tak berhijab.
Mungkin saat itu  bukan terlahir menjadi anak yang maskulin.  Namun lingkungan yang menciptakan semua menjadi lebih  maskulin. Berteman dengan kebanyakan laki laki dari pada perempuan baik dari masa prasekolah hingga duduk di bangku kuliah.Â
Lingkungan yang mendukung untuk lebih menjadi maskulin hingga melupakan kodrat seorang wanita yang sesungguhnya, namun di rumah akan menjadi anak wanita mama dengan seabrek kegiatan dan pekerjaan rumah yang semua  dipelajari.Â
Bila aku ingat bagaimana aku di jaman dahulu terkadang membuat malu diri, kenapa aku seperti itu? kenapa aku menjadi seperti laki laki? hingga detik ini pun aku tak bisa menjawabnya. Memakai pakaian yang pendek, celana pendek baju yang sedikit rada pas badan, ah malu bila mengingatnya
Setahun aku melupakan jilbab itu, kebetulan dia pun disekolahkan oleh perusahaannya ke Cepu. Jadi cukup alasanku untuk melupakan, dan mencoba mencari teman laki laki , yang kebetulan kita bersahabat dan dia menaruh hati. Singkat cerita kita pun pacaran.
Walau begini begini aku tetap menjaga kehormatan seorang gadis yang menjadi pesan papa sebelum aku berangkat untuk meneruskan kuliah. Allah kembali membuka mata hatiku, ketika memperlihatkan tontonan yang membuat aku bergidik. Dia berpelukan dengan wanita lain, sedangkan aku pacarnya. kecewa teramat sangat, sakit, pedih dan saat itu pula azan zuhur memanggil.
Aku berlari ke masjid dengan kepedihan yang terlihat di mata, mengadu akan kepedihan itu kepada-Nya. Mempertanyakan akan semua yang menimpa. Â Di saat aku dalam kesedihan seorang sahabat mendekat dan bertanya. Singkat cerita, sahabat membawaku untuk ikutan organisasi di kampus yang lebih banyak membahas tentang Islam.
Di situ ayat An -Nur:31, aku dengar namun belum mampu menggerakkan hati untuk, mengambil hikmah dari setiap kalimat yang aku baca. Hingga di malam Ramadhan, di saat aku tertidur lelap. Aku bermimpi dua jilbab yang aku lempar ke dalam lemari, terbang menghampiri diriku, mereka terus mengelilingi tubuhku sambil berujar,