Menerima kenyataan untuk ditinggal mungkin sebagian merasa berat ada juga biasa saja, toh bukan hanya dia di dunia ini.Â
Begonya ak, kok ya bisa kena ghosting bukankah dulu kebiasaan  aku yang main tinggal aja ( jaman bingen nggak ada sebutan ghosting). Meninggalkan tanpa khabar.
Apakah ini yang dinamakan sebuah karma masa lalu yang sering berbuat dan akhirnya menerima dari hasil perbuatan tersebut. Â
Aku sendiri tak paham apakah ini bisa di katakan sebuah hubungan antara kekasih ( tapi tidak pernah bilang cinta) atau hanya sekedar sahabat hati.Â
Anggap dia sahabat hatiku yang sudah belasan tahun tidak bertemu bahkan berkabar pun tidak. Tiba tiba nongol di beranda, kaget! Jelas kaget dia tiba tiba nongol dan menanyakan khabar.Â
Sempat bertanya, "siapa ? Benar ini elang? "
Dia pun menjawab" sahabat hati! Ya aku  elang"Â
Jujur ada rasa senang dan ada rasa takut. Balik menyapa nanti istrinya marah, tidak menyapa dia sahabat hatiku. Bagai makan buah simalakama.Â
Hanya mengobrol lewat beranda, seminggu kemudian dikejutkan dia vc. Bingung angkat nggak tapi ada rasa kangen juga lama tidak bertemu sejak tamat sekolah menengah tahun 1991 hingga sekarang.
Dulu sempat telepon tapi tak lama karena istrinya tidak suka . Akhirnya aku menjauh dan menghilang.Â
Setelah ribuan senja terlewati tiba tiba hadir dengan tatapan  penuh dengan kerinduan yang akhirnya mengantar kita pada obrolan tentang  kenangan semasa sekolah.
Sepertinya aku kembali terbuai dengan cerita cerita masa lalu, membenamkan aku dalam kisah panjang.Â
Entah aku yang lupa atau aku yang berusaha untuk tidak mengenang. Bagaimana aku dulu di manja, semua keinginan dipenuhi bahkan dia mampu meninggalkan apa yang sedang dia kerjakan hanya karena satu permintaanku.Â
Hingga aku seakan akan berada di masa lalu, kembali merasakan di manja, dipenuhi keinginan. Hingga setiap pagi tiada hari tanpa mengenang kenangan.Â
Sehari saja tanpa obrolan terasa sepi begitu pula sebaliknya pada dirinya. Kata lagu sekarang tuh, sedang sayang sayangnya berlalu.Â
Di awal kejadian sempat uring uringan, mau marah, kecewa berat. Sakitnya melebihi sakit sewaktu ditinggal pertama kali. Satu hari, dua hari, satu minggu dua minggu akhirnya satu bulan tanpa khabar berita.Â
Menulis di beranda tidak di jawab, di ,WA pun tak ada tanda kehidupan. Di telepon, bukankah aku sudah janji untuk tidak menelepon tak ingin menghancurkan rumah tangga sahabat.
Kok aku jadi uring uringan? Kenapa aku harus marah? Kenapa aku merasa tersakiti ! Aku sendiri tak paham apa yang membuat aku seperti ini benarkah kenangan itu tiada cela hingga tidak pernah menyakiti. Â
Hingga tetap berkesan dalam otak. Dua bulan berlalu sudah, bagaimana aku melewati semua ini, aku hanya memberi kemenangan di diri dan guman dalam hati..
"Kamu, tahu kamu bego,? Terlalu percaya akan masa lalu! Bisa tidak bedakan usia dulu dan sekarang! Kenapa harus larut dalam kenangan bukankah dia pernah meninggalkanmu! Jangan buta matamu karena satu janji!apa lagi dia sudah beristri!Â
Tamparan pedih yang mendarat di hati. Ya kenapa aku harus seperti itu, bukankah telah terbukti tanpa diapun aku bisa berjalan dan terus berjalan mendapatkan apa yang di mau.Â
Seharusnya dipertanyakan kenapa dia muncul tiba tiba setelah ribuan senja terlewati?Ya Allah maafkan aku yang sempat terlena pada masa lalu padahal dia bukan siapa siapa hanya sebagai sahabat hati.
Sejak saat itu mencoba untuk melupakan walau tahu butuh lama lagi, namun tak mengapa setidaknya aku mendapatkan pelajar baru dalm kehidupan agar tak berbuat seenaknya meninggalkan begitu saja apa lagi tanpa khabar.
Memperbaiki kesalahan lalu agar tak berulang dimasa yang akan datang. Tidak memutuskan tali silaturahmi namun tetap mengontrol  pikiran dan hati agar tak terjebak dalam kisah masa lalu.
Ruang kosong, 08022021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H