sate padang, pasti semua mengenal karena dimana saja, di setiap pelosok negeri ada yang berjualan sate, dari kaki lima, gerobak keliling hingga hotel berbintang.Â
Bicara soalMakanan khas  Sumatera Barat ini beraneka ragam kuah atau saosnya, ada yang berwarna kuning, ke merah -merahan. Setiap daerah punya ciri tersendiri, Pariaman itu kuah atau saosnya berwarna ke merah -merahan sedangkan asal kampung Painan  kekuningan.Â
Namun rasanya tetap sama dan namanya tetap sate Padang. Sate ini berbahan pokok  daging bisa daging ayam atau sapi, lidah sapi, babat dan sebagainya namun sering di gunakan adalah daging dan lidah sapi.Â
Jadi ingat masa kecil, kita selalu buat sate saat lebaran Idul Fitri dan Idul Adha. Setiap buat sate, kita tidak boleh memakannya sebelum membagikan semuanya dengan tetangga sekitar.Â
Bayangkan kita yang selepas subuh, capek capek membakar sate, setelah selesai kita bagikan dan baru kita makan. Waktu kecil mungkin kita tidak paham namun berjalan waktu kita paham, haram bagi kita memakan makanan yang baunya membuat tetangga menelan ludah.Â
Tapi di jaman sekarang jarang ditemui untuk berbagi seperti itu, berbagi dengan media di umbar bahkan dipertontonkan.
Kembali ke sate tadi. Malam ini kebetulan dari melihat tante  yang sedang sakit. Sepulang dari sana kita melewati sate uda Jon. Sekarang sudah di ruko  dan sudah banyak cabangnya kalau dahulu di emperan ruko.Â
Seingat aku sate ini sudah ada sejak  masih di sekolah dasar. Sate  yang terkenal di Palembang adalah sate uda Jhon yang terletak di depan Kodam.Â
Makan sate Padang ini enaknya berteman dengan  kerupuk kulit atau jangek atau dengan keripik maco,( kerupuk yang terbuat dari tepung beras yang di taburi ikan teri atau ikanÂ
Sembari menunggu dan menikmati Sate Padang ,kita di suguhi dengan lagu  lawas dan lagi terbaru yang dibawakan seorang perempuan pengamen jalanan. Maksud hati ingin mengajak ngobrol apa daya sudah terlalu malam dan tubuh harus disegerakan untuk istirahat.