Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku dalam Secangkir Kopimu

4 Februari 2021   22:40 Diperbarui: 4 Februari 2021   23:02 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secangkir kopi yang pernah kita hirup bersama tanpa rasa jengah untuk di bibir cangkir yang sama, tetap menikmati aroma dan nikmatnya. 

Selalu mencari waktu untuk menikmati tanpa kita pernah berpikir bahwa kita harus punya batasan dalam segala hal terutama tentang cinta yang kita aduk dalam secangkir kopi. 

Kita hanya menikmati tanpa menelusuri dari mana kopi itu dan bagaimana bisa diseduh dan kita nikmati yang ada di benak kita hanya menghirup bersama dalam cangkir yang sama.

Terkadang tangis bahkan tawa berderai jatuh dalam secangkir kopi yang membuatnya semakin menikmati tanpa disadari adalah kesalahan yang mesti kita benarkan 

Tiga purnama kita menikmatinya, sebagaimana anak anak menari di cahaya purnama yang bertaburan bintang bintang pelengkap malam. 

Kau tertawa, kenapa tertawa? Biarkan aku tertawa sembari tetap memandang dan mengenang wajahmu yang tetap cantik bagai puluhan tahun yang lalu 

Biarkan aku melumat bibirmu yang dulu sering aku gigit tak kalah kau manyun, Biarkan aku membayangkan kepasrahan dirimu ketika aku melepas tirai kedewasaan. 

Tapi sebatas bayang yang mengikuti perjalanan cinta kita. Tanpa pernah mampu untuk melakukan, kau wanita suci bagiku. 

Terkadang sesal kenapa tak aku lakukan sejak dahulu saat dia benar memberi dirinya . Pasti kini kau di dalam pelukanku, katamu 

Tak ingin memberi noda pada hati yang membawa untuk selalu mencinta. Setidaknya  melumat bibirnya yang ranum dan leher jenjangnya punyaku, itu kata dirimu. 

Nun jauh di sana berbatas samudera luas, tetap menikmati secangkir kopi yang ada wajahmu di dalamnya. Berharap bayang tak menjadi bayang.

Jika ada pertemuan izinkan aku memelukmu dalam rindu yang tak bisa aku jabarkan, biarkan aku tenggelam dalam dada bidang mu seperti dahulu saat kesedihan hadir di dalam hari hari. 

Kau cinta terbaik yang ku punya. Kesempurnaan dalam setiap tarikan nafas hingga detik ini kau bayang di antara bayang yang tetap melekat sekalipun kau tak dimiliki. Wajahmu tetap ada dalam secangkir kopi.

 Ruang kosong, 040221

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun