Jingga ... Aku ingin bercerita padamu tentang percakapan yang tak terselesaikan. Namun aku bangga punya sosok papa yang selalu memberi nasehat sebelum langkah aku ayunkan.
**
Pa, sekarang semakin berasa apa yang pernah papa gambarkan dan papa tempa yang akan menjadi selimut  dan tonggak kekuatan dalam perjalanan yang  menuju keridohan_Nya.
Seakan papa melihat gambaran masa depanku, hingga setiap saat mengajarkan padaku kerasnya dunia.
Petuah petuah papa selama ini menjadi kekuatan dan pembelajaran diri. Mungkin ketika itu aku tidak terlalu paham ketika papa mengajarkan satu persatu  bagaimana sikap bila itu terjadi padaku.
Menjadikan aku seorang anak yang tangguh, Sebagai istri dan ibu yang penuh tanggung jawab dan kuat melewati tiap ujian.
Maafkan anakmu bila dulu tak begitu memahami maksud dan tujuan saat petuah yang papa beri. Maafkan ketika anakmu yang pernah mengerjakannya setengah hati. Maafkan anakmu yang tak begitu  mengiyakan apa yang papa paparkan.
Setelah dua puluh lima tahun menjalani kehidupan. Sedikit demi sedikit aku paham dan begitu berartinya di kehidupan yang aku jalani
Tak satu pun terlewatkan petuah papa, setiap langkah aku ayunkan, mengingat petuah mana yang kau beri dan aku jadikan sebagai pengingat diri.
Menjadi sosok yang lebih ikhlas dan sabar, menyelesaikan semua dengan hati dan kepala dingin. Kata papa " Bila diselesaikan dengan keras dan ke egoan semua akan berjalan dengan sia sia.
Papa mengajarkan menjadi sosok yang mandiri, tegar, alhamdulillah semua mampu membuat aku lebih cepat bangkit dari lelahÂ
Walau terkadang tak mampu membendung air kehidupan yang datang tanpa di undang di saat sepertiga malam dan saat terpintas rindu mendengar petuah.
Pa, pasti di sana papa lihatkan bagaimana anak papa sekarang,  bukan lagi anak yang sering sakit  serta manja. Anakmu lebih kuat dari yang papa kira. Karena mencerna setiap tahap yang papa beri semasa hidup.
Papa pernah bilang, bahwa Allah akan selalu bersama orang yang ikhlas dan sabar dan Allah tak akan meninggalkan orang yang selalu berusaha untuk berjalan di jalan Allah.Â
Pa, terkadang aku ingin kita berbincang kembali,mendengarkan petuah sembari ditemani secangkir teh panas dan pisang goreng. Insyaallah anakmu akan kembali menemanimu di rumah tanpa jendela.
Pa, aku ingin menghabiskan masa kehidupan di rumah kita, rumah yang penuh kenangan, penuh cinta dan kasih sayang. Semoga Allah mengizinkan niat ini ya pa.
Doaku untuk papa di sana.
**
Jingga, aku ingin papa ada di sini,untuk menyelesaikan perbincangan yang sempat tertunda, sebelum papa di panggil sang kuasa.
Aku ingin mendengar petuahnya terakhir kali, yang belum sempat terucap, yang aku tahu hanya amanah untuk merangkul kakak dan adikku. Semoga aku bisa menjalani semua sesuai amanah papa.
Ruang kosong, 160121
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H