Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulasan Hati, Perasaan dan Telepati

16 Desember 2020   17:08 Diperbarui: 16 Desember 2020   17:12 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makanya kita tidak dipersatukan. Hanya diizinkan  lewat kata untuk saling menyapa walau  itu tiga tahun  baru bisa saling menyapa setelah itu menghilang. 

Padahal begitu canggihnya dunia, tanpa pernah kita menikmati kecanggihan. Kita saling menjaga hati orang yang selalu ada di samping kita bertahun tahun. Lebih menghargai perasaan mereka dibandingkan kesenangan yang kita inginkan.

Kita tidak ingin mengotori hati dan perasaan yang Allah titipkan dengan ketidakjujuran. Menjaganya tetap tulus dan murni itu merupakan ujian kita.

Bila dia awal paragraf ada kata yang tak mengenakan hati.   Amarah, kebencian, kesombongan dan entah apa lagi. Mungkin itu cara kita untuk tetap menjaganya. Komitmen dirilah yang membawa kita selalu dipertemukan pada bilangan ganjil 

Coba kau ingat kapan pertama dan akhir di pertemukan lewat sebaris kata "Merindukanmu" dan getaran hati untuk menjawab secara telepati. Adakah yang seperti kita? 

Mungkin mereka akan jadi musuh bebuyutan, bahkan menyapa pun enggan atau cinta lama bersemi kembali lewat media sosial.  Tak satupun yang kita lakoni. Bermain hati, perasaan telepati telah melekat dan mendarah daging.

Satu tahun setelah beda sekolah, tiga tahun setelah aku memasuki dunia kuliah setelah itu tanpa pertemuan yang ada hati dan pikiran seta telepati 

Tiga belas tahun kemudian dipertemukan hanya lewat suara. Tujuh hari tiada henti, setelah itu menghilang kembali bermain dengan hati dan pikiran dan telepati. Tetap menjaganya walau kita masing masing telah punya jalan yang berbeda.

Lima belas tahun kemudian bertemu kembali hanya lewat kata tanpa menggunakan kecanggihan. Tetap seperti dulu  diawali dengan pertengkaran, saling  menyalahkan bahkan membuat rasa agar saling membenci tapi wajah telah menua, usia pun tak muda lagi. Lagi lagi kita berdamai dengan sendirinya tanpa saling menyalahkan siapa yang mendahului.

Bahkan hari hari dilewati dengan nasehat nasehat panjang, mengingatkan usia dan kelalaian. Memberi waktu untuk mengenang tapi bukan untuk dilakoni.  Membuat  menjadi buruk itu sekejap dan kita tidak ada niat sedikitpun menjadikan semua hancur dan buruk.

Sekarang membiarkan telepati hati dan pikiran kita bicara, bahagia dengan cara kita sendiri tanpa menghancurkan bahagia yang lain  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun