"Jangan setiap kejadian di jadikan bahan"
Karena kau tidak mampu menjawab setiap cerita bahkan puisi puisi yang terpampang jelas dan semua orang membacanya. Terkadang di bilang, menarik, inspiratif , manfaat dan sebagainya.
Karena kau terlalu asik bermain dalam kotak aman mu dengan alasan mengimbangi perasaan sedangkan perasaan mu sendiri hancur berkeping keping.
Tapi sadarkah kau jauh di seberang sana ada hati yang terluka, ada jiwa yang terhempas. Bahkan untuk kehidupannya pun telah terkubur bersama impiannya.
Dia tersenyum, namun hatinya perih, dia tertawa tapi jiwanya mati. Tahukah, bagaimana dia harus bangkit dari segala rasa yang menghimpitnya.Â
Dia kehilangan sosok yang ia banggakan, sosok yang jadi penyemangat langkah, sosok yang berjanji tidak akan pergi, sosok yang bilang akan selalu ada dan akan menyapa walau hanya sekedar sapa karena dengan sapa dia tahu bahwa sosok itu masih ada dan hidup walau bukan dalam kehidupannya.
Dia berkata lantang " Aku" ,dia marah pada dirinya sendiri, kenapa dengan ini dia harus terus bergantung, kenapa tidak bisa mandiri bahkan membuang segala ingatannya.
Terlalu lama membuai, mendendangkan lagu untuknya. Terlalu lama memanjaka hingga  dia menjadi bertambah keras kepala, jika keinginannya tidak di penuhi.
Bukankah kau yang bilang ingin merangkainya kembali walau kita tahu rangkaian itu tidak akan terselesaikan terlalu banyak duri duri dalam rangkaian itu dan kau bilang bahagia.
Ah! Hanya padamu dia bisa manja, hanya padamu dia bisa menitikkan air mata, hanya padamu dia menjadi sosok yang lemah.
Tanpamu dia menjadi jiwa yang tegar, se tegar karang di  hantam  ombak. Seperti bibir pantai berulang kali dihempas gelombang dan kembali lagi ketengah gelombang.