Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guruku Sahabatku Dalam Perbuatan dan Kata

25 November 2020   18:44 Diperbarui: 25 November 2020   18:54 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mungkin cara bercerita ku berbeda dengan penulis penulis senior di kompasiana, aku hanya mampu mengolah kata apa yang aku rasakan tanpa mampu melebihi apa yang aku rasa.  Dengan kalimat sederhana.

  Lagu Hyme  Guru yang diperdengarkan  salah satu sahabat di kantin SD. Membuat kita sejenak menundukkan kepala, merenungkan apa yang telah kita lakukan terhadap mereka dahulu, bahkan dari beberapa kita tidak mampu membendung air mata termasuk aku. Setiap tingkatan aku mempunyai pengalaman yang sangat berarti dengan guru.

Mengingatkan aku pada sosok ibu guru yang penuh kasih, ibu Chandra namanya, selain mengajar di kelas, ibu Chandra paham betul bagaimana tabiat aku di kelas.

Anak yang tidak pandai bergaul, lebih banyak memilih untuk diam. Bagaimana orang mau berteman melihat raut wajah yang jutek sudah menjauh.  Melihat ketidaknyamanan aku di kelas ibu Chandra membawa aku ke kantin.

Ternyata ibu Chandra berjualan juga di kantin,

"As, mau belajar jualan es delima ," kata ibu Chandra sembari tersenyum dan menyodorkan aku segelas es delima .

" Mau bu," kataku pelan dan menghabiskan es delima dalam sekejap.

" Nanti kalau semua habis, kamu mendapatkan lima puluh perak, dengan syarat berjualan harus ramah dan mudah tersenyum," kata ibu Chandra lagi.

Dari sini aku mendapatkan banyak  pembelajaran

a. Aku menjadi lebih ramah kepada siapa saja

b. Aku bisa tersenyum walau ada sisa sisa juteknya setidaknya aku berusaha untuk belajar tersenyum

c. Aku belajar  cara berjualan yang baik, jujur, menghitung hasil dan keuntungan jualan

d. Aku mendapatkan upah sebesar lima puluh rupiah yang bisa aku tabung.

Hasil tabungan itu aku belikan kaca mata untuk ibu Chandra karena aku melihat dia mengenakan kacamata yang gagangnya patah.

Saat aku duduk di bangku SMP, ada guru yang begitu baik denganku, padahal saat itu aku masih murid baru, yaitu Pak Sofian. Guru yang terkenal sangar, keras, apa lagi  saat menghukum murid yang bandel.

Namun dari mata kecilku, pak Sofiyan adalah guru yang penuh kasih sayang dan perhatian. Pak Sofiyan guru pelajaran PMP ( Pendidikan Moral Pancasila) dan guru kesenian. Selalu memberi nasehat dengan caranya tanpa berkesan di ceramah

Pak Sofiyan selalu memberi motivasi  untuk bisa melakukan setiap tantangan yang di berikan guru, paduan suara, seni tari, lomba membaca undang undang dasar dengan lantang dan benar bahkan membimbing mental untuk menjadi ketua OSIS pada masa itu, Teruntuk guruku pak Sofiyan semoga kau bahagia di sana. Doaku selalu untukmu.

Saat di bangku Sekolah Menengah Atas, bertemu dengan ibu Sri guru Bahasa Indonesia, guru yang selalu mendaftarkan nama aku di setiap perlombaan puisi, pidato, membaca dengan nyaring, beserta intonasi serta merubah suara,  saat karakter yang di bacakan berbeda( sekarang aku banyak lupa bagaimana penyusunan kalimat yang benar, tapi tetap ingin belajar lagi)

Pernah aku bolos sekolah, sekali seumur selama aku di bangku SMA.

" Nduk , sebagai murid teladan, seharusnya  tidak ikutan temen bolos, mencontohkan yang baik terhadap temen temen dan lingkungan." Aku terdiam dan mengakui kesalahan yang sengaja aku perbuat.

Di sini aku belajar

a. Menjadi siswa yang berani tampil kalah atau menang jangan jadikan ukuran

b. Belajar menyenangkan hati orang orang dalam bercerita

C. Belajar bertanggung jawab dengan predikat  yang di dapat.

Hingga sekarang masih tetap terjaga, apa yang di ajarkan ibu Sri dulu. Terima kasih ibu guruku.

Saat aku duduk di bangku kuliah.

Dosen, sekaligus Pembimbing Akademik dan Penguji Skripsi. Aku kuliah di sebuah Universitas Swasta, saat itu aku mengambil Fakultas Teknologi Pertanian.

Saat penyusunan skripsi, aku lagi hamil tua, bagaimana perjuanganku untuk menyelesaikannya tak dapat di ceritakan dengan kata. Di saat itu, banyak dosen terbang , dosen datangan atau di panggil untuk mengajar di sana. 

Kak Dasir, dia tak mau di panggil bapak, banyak membantu dan mempermudah segala urusan mengenai skripsi tanpa meminta imbalan apa apa, semua lancar hingga ujian selesai.

Pelajaran yang aku dapat

a. Membantu tanpa mengharap balasan

b. Mempermudah urusan orang akan mudah pula urusan kita di masa yang akan datang

c. Pantang menyerah, walau tertatih tati menyelesaikan apa yang kita ingin capai.

Terima kasih guru guru yang terbaik yang aku kenal, menjadi murid, siswa, mahasiswa adalah hal yang terindah yang aku miliki

Di saat itu belum ada media sosial yang seperti sekarang, belum ado komunikasi jarak jauh, ada juga telpon umum. Tidak semua Dosen punya alat komunikasi. Sedihnya di saat kita butuh mereka kita sudah datang jauh jauh ternyata dia tidak ada di tempat. Naik angkot lagi untuk menemui dia di lain tempat. Perjuangan yang hebat dan kegigihan. 

Beda dengan sekarang serba canggih, mau bertemu Dosen tinggal telpon, ada pengumuman sebar di media sosial.

Mungkin yang kurang adalah pendekatan antara guru dengan murid, guru dengan siswa, dosen dengan mahasiswa. Berbeda dengan dulu, pendekatan guru dan siswa  itu terasa  sekali.

 Menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan yang lebih baik dalam segala aspek, pelajaran, sopan santun, cara bicara dengan guru, yang lebih tua, sebaya, dan yang lebih kecil. Semua tertata, beda dengan sekarang, berbicara menyamaratakan pada semua tingkatan. Terkadang yang tua jadi bahan olokan, walau tidak semua seperti itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun