Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mamaku Guru, Sahabat dalam Keseharian Anak-anaknya

20 November 2020   22:18 Diperbarui: 20 November 2020   22:26 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang aku menerima jahitan baju, menerima tempahan kue basah, bakso, pempek dan sebagainya dan menjual tanaman yang aku tanam dan pelihara sendiri. Sama seperti mama menyukai kembang namun tidak untuk dijual.

Sifat sosial, menolong orang tanpa memandang siapa dan apa orang tersebut, yang masih jelas aku ingat, Dulu aku sering menemani mama untuk mengobati orang orang kampung yang jauh dari jangkauan dokter.

Terkadang jarang yang kita tempuh jauh, dari pintu satu ke pintu yang lain. Kita di bayar dengan hasil tanaman mereka, walau kita tahu pulang kita pasti keberatan apa lagi jarak jauh. 

Tak pernah sekalipun aku melihat kekecewaan mama di bayar dengan hasil kebun, mama akan tetap tersenyum dan mensyukuri apa yang mereka beri. 

Di saat malam saat orang tidur nyenyak bila ada yang minta tolong karena sakit atau melahirkan, dengan senang hati mama akan menolong walau telah mengganggu jam tidurnya dan aku dengan setia menemani mama sekalipun besok harus sekolah.

Di saat lebaran mama tidak memikirkan perut anak anak dan suaminya terlebih dahulu, tapi perut dan penciuman tetangga sekeliling rumah, kata mama.

"Berdosa kalau kita tidak memberikan makanan yang kita masak ke tetangga, karena mereka mencium bau masakan kita,"

Jadi kita harus mengantar makanan makanan ke tetangga setelah selesai baru kita makan.

Hebatnya mama, dia di cintai dan di senangi seluruh orang karena kemurahan hatinya, sifat sosialnya, dermawan

 Hingga ajal menjemputnya, orang orang masih mengenang dia, baik dari anak anak, dewasa hingga nenek. 

Aku bangga terlahir dari rahim seorang ibu yang sederhana, tidak pernah menuntut apa apa pada suami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun