Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sehat Itu Aset, Berulang Kali Terhempas di Ruang yang Sama

29 Oktober 2019   19:40 Diperbarui: 29 Oktober 2019   19:52 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selayaknya seorang istri bercerita dengan suami untuk mencari solusi sebuah masalah. Aku tak ingin  dia tebebani dengan persoalan di rumah atau di sekolah anak anak. Semua aku selesaikan sendiri.

Alhamdulillah, suami di beri kesehatan hingga aku memenuhi panggilan Allah untuk berada di rumah mega_Nya . Aku yang dari awal tak ingin menyusahkan suami. Aku mengalah untuk tidak mendekati rumah Allah bahkan tak terbayang bahwa aku bisa sholat di sana. Allah begitu sayang, dalam rasa sakitnya suami menuntun aku untuk mendekati rumah_Nya dan sholat di sana. Semua ini jawab dari lelahku.

Ternyata Allah masih sayang padaku, dua tahun yang lalu sulung harus di operasi tenggorokannya  karena infeksi dan kembali lagi di Jakarta. Tidak ada  lagi kata yang mampu aku keluarkan kecuali diam dan berpasrah diri atas kehendak_Nya. Kalau bukan ciptaan Allah mungkin tangan, kaki dan semuanya terlepas dari badan.

Untung  makan sulung   serta adik adiknya, aku akhirnya masak sendiri, tanpa penyedap rasa, tanpa garam demi kesehatan suami dan anak anakku.

Baru merasa lega, mulai menjalani kehidupan yang lebih baik dari yang kemarin kemarin tapi ternyata Allah kembali menyapaku , dan sekarang si bungsu yang jatuh dari motor dan harus di operasi tangannya. Aku kembali menjalani rutinitas di rumah sakit. Kembali aku menjadi orang tua yang protektif, serba melarang apa yang mau dilakukan anak anak. Semua harus lewat persetujuan mamanya.

Saat itu, aku pun harus bolak balik Jakarta, Palembang, Tanggerang dan Bekasi.  Terus menerus seperti itu, seakan akan bolang.   Letihnya badan tak di rasakan lagi, kebal tepatnya. Bidadari kecilku dulu sekarang menjadi Taruni  di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia. Harus di rawat karena urat di engkel kakinya ada yang putus sedang urat urat di betisnya seperti karet yang lama tidak terpakai.

Ternyata tarikan nafasku tak berhenti di sini, Allah kembali menyapa dengan keras hingga aku terhempas kembali pada ruang yang sama. Suami kembali sakit dengan penyakit yang.menurutku sama bahayanya.dengan jantung. Penyumbatan pembuluh dara di otak .

Ya Allah ujian apa lagi yang Kau beri seperti tertampar  berulang kali. Di sini aku tumpahkan tangis. Tidak seperti yang sudah sudah tanpa air mata, kuat dan tegar. Kali ini aku lelah, lemah untuk menjalani semua ini

Apa salahku ya Allah hingga tamparan itu bertubi tubi aku rasakan? Beri aku kekuatan untuk menuntaskan semua ini.

Bersimpuh di sajadah usang, berpasrah  diri akan kehendak_Mu. Tangis semakin mencekik leher hingga nafas pun seakan hilang. Lirih aku mendengar suami memanggil. Buru buru aku menghapus air mata jangan sampai suami tahu aku bersedih. Aku tidak akan mengalah pada keadaan ini, aku harus bisa bangkit demi suami dan anak anak

Allah memberi aku kekuatan bathin dan suami di beri semangat hidup berulang kali. Untuk bertahan dan menjalani setiap.rangkaian yang Allah beri. Kali ini aku kembali menjadi protektif bukan hanya pada anak anak saja, suami pun harus nurut dengan  aku, apa yang di makan dan apa yang tidak. Setiap pagi aku buatkan ramuan jeruk nipis, madu dan sedikit garam,  satu jam kemudian buat jus  beraneka ragam buah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun