Mohon tunggu...
Henry Asniar Toufan
Henry Asniar Toufan Mohon Tunggu... Penulis dan Pemikir -

Penyuka buku Imajinasi, kegaduhan yang bersembunyi, menyendiri dan merenung dalam keseharian ruang kehidupan. Mencari makna terpendam tentang hidup setelah kematian. Percaya yang nyata dan yakin akan takdir.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kecanduan Internet, Fiksi atau Realitas?

2 Januari 2019   09:47 Diperbarui: 2 Januari 2019   10:08 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebaran Tingkat Adiksi Internet, Hasil Uji IAT

APAKAH ANDA KECANDUAN INTERNET ?

Penggunaan Internet dalam berbagai aspek kehidupan manusia semakin berkembang pesat. Di Indonesia sendiri era Internet tersebut mulai dapat dirasakan sejak tahun 2000an ketika akses jaringan Internet semakin cepat. 

Dari data pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia (oleh APJII, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), hampir 55% pengguna Internet dari total sekitar 262 juta penduduk Indonesia ditahun 2017.

Pengguna Internet di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan konten informasi yang menyebar melalui jaringan internet, namun juga disebabkan oleh perangkat komunikasi yang semakin berkembang dimana tidak hanya sebatas perangkat komputer. Akses internet saat ini sudah dapat dilakukan melalui telepon genggam, televisi bahkan jam tangan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada semakin meningkatnya penggunaan layanan Internet dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal menarik yang akan dibahas pada artikel ini adalah mengenai pengaruh penggunaan Internet dalam kehidupan manusia, yang dapat mendominasi waktu hidup dan bahkan menyebabkan kecanduan atau ketergantungan berlebihan yang kemudian dikenal dengan istilah kecanduan, atau adiksi internet.

Apa itu adiksi internet? Adiksi internet merupakan gangguan yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas penggunaan internet yang berlebihan. Internet addiction dipandang sebagai suatu kecanduan atau gangguan psikofisiologikal yang mengakibatkan terganggunya hubungan social (Goldberg, 1996). Para pecandu ini sebagian besar tidak mampu mengontrol motivasi intrinsiknya untuk bermain walaupun terdapat efek negatif dari perlaku tersebut (Wan, 2007).

Menurut penjelasan Dr. Kimberly Young dalam artikelnya mengenai Internet Addiction Test (IAT), yang dimaksud dengan adiksi internet adalah ketidakmampuan dalam pengendalian dan unsur merusak dari penggunaan Teknologi untuk dilakukan melalui akses Internet. Gejala tersebut disamakan dengan yang biasa terjadi pada ciri kecanduan untuk gangguan kontrol impuls pada kasus patologi perjudian karena dianggap oleh beliau tumpang tindih dalam aspek kriteria diagnostik dan simtomatologi.

Definisi lainnya didapatkan dari Wikipedia, berdasarkan kutipan beberapa ahli psikologi, yang intinya adalah suatu bagian dari gangguan kecanduan teknologi, atau bisa juga kecanduan perilaku, dimana terjadi penggunaan internet yang berlebihan mengakibatkan aktifitas normal manusia terganggu. Termasuk kondisi fantasi atau mimpi internet, dan reflek gerakan jari yang mengetik. Merujuk pada definisi John Grohol, maka masalah ini mungkin dapat disamakan dengan gangguan mental berupa kecemasan, depresi dan lainnya ketika tidak berinternet, dan bahkan mengabaikan kehidupan normal sehari-hari yang mungkin juga dapat berakibat pada masalah fisik.

Dari penjelasan berbagai ahli yang dikutip oleh Radian (2015), perilaku adiksi ditandai dengan aktifitas mengakses internet secara maladaptive dan repetitive. Sehingga sangat dimungkinkan terjadinya masalah emosi (iritabilitas, cemas, mood yang rendah untuk melakukan aktivitas lain), masalah perilaku (toleransi, manajemen waktu yang tidak optimal, pengaksesan internet hingga larut malam, pola hidup tidak sehat) hiperaktvitas (tingginya tingkat aktivitas akses internet dan mengabaikan aktivitas lainnya), dan masalah dengan sesama (hubungan individu menjadi jauh dengan lingkungannya, termasuk dengan keluarga).

Kemudian Young membuat kategori dalam kecanduan internet yang berdasarkan pada aktifitas pengguna, diantaranya sebagai berikut:

  • Cybersexual addiction, termasuk yang berkaitan dengan aktifitas pornografi dalam bentuk gambar, video maupun diskusi.
  • Cyberrelationship addiction, yang berkaitan dengan komunikasi dan diskusi secara online untuk pertemanan
  • Net compulsion, berkaitan dengan jual beli secara online atau situs perdagangan lainnya, termasuk perjudian
  • Information overload, penelusuran informasi melalui berbagai layanan internet
  • Computer addiction, termasuk dalam penggunaan hiburan, games atau permainan lainnya dan aplikasi online.

Mengutip dari definisi yang disampaikan oleh Beard dan Wolf, bahwa gejala-gejala yang banyak digunakan oleh para ahli psikologi mengenai kecanduan internet ini masih berpangkal kepada kriteria pathological gambling yang tercantum di dalam DSMIV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) termasuk yang dikembangkan oleh Young dari American Psychiatric Association. Hal ini bisa menjadi masalah dikarenakan kriteria kecanduan internet tersebut akan sulit diketahui dan cenderung disembunyikan. Termasuk kemungkinan dikaitkannya definisi kecanduan dengan adanya pelibatan zat asing yang masuk kedalam tubuh dan mempengaruhi kondisi kimiawi pengguna.

Jadi, Anda Termasuk Yang Mana?

Sudah banyak penelitian dilakukan untuk menguji kecanduan internet, salah satunya adalah Internet Addiction Testing (IAT). Internet Addiction Test dikembangkan untuk mengukur kehadiran dan tingkat keparahan ketergantungan terhadap teknologi internet di kalangan orang dewasa. Fenomena kecanduan internet dipandang sebagai gangguan klinis baru yang membutuhkan penilaian dan pengobatan. (Young, 2017). Dari 20 pertanyaan yang diajukan dikelompokkan dalam aspek kompulsif, derajat ketergantungan dan pelarian diri terhadap aktifitas normal menjadi bergantung pada Internet.

Mari mencoba menguji tingkat Kecanduan Internet Anda!

Referensi pengujian kecanduan internet merujuk pada pengujian yang dilakukan Dr. Kimberly Young (IAT 1998). Terdapat 20 item pertanyaan dengan pilihan jawaban likert-scale, dengan rentang nilai 1-5. Pertanyaan tersebut merupakan representasi dari berbagai aspek dugaan kecanduan internet yang akan diamati dari hasil pengujian terhadap responden.

Tabel Korelasi Aspek adiksi internet terhadap instrument pertanyaan IAT (Dr. Kimberly Young 1998)

iat-5c2c2aceaeebe12d13170a3a.png
iat-5c2c2aceaeebe12d13170a3a.png
Survei IAT tersebut dapat Anda sebarkan melalui media online (google form) dan ada juga offline, melalui kertas survei yang langsung diberikan kepada responden. 

Pada contoh simulasi test IAT yang kami lakukan, dengan total data responden yang diambil sebanyak 343 orang, terdiri dari sebaran data 196 pria dan 147 wanita. Rata-rata usia responden sekitar 28 tahun, dengan usia termuda 13 tahun dan tertua 61 tahun. Responden diambil dari pengguna internet di Indonesia, khususnya untuk daerah sekitar Bandung dan Jakarta, dengan rentang waktu pelaksanaan pada bulan November-Desember 2018. Target pengguna internet yang menjadi responden survei IAT ini diantaranya adalah pelajar, mahasiswa, pekerja umum, ibu rumah tangga dan pekerja dibidang pendidikan. Ternyata hasilnya cukup mencengangkan! Wow!

Sebelumnya kami lakukan uji Reliabilitas dan Validitas pada alat test ini, dan memang hasilnya sangat baik, alat test ini relatif layak digunakan. Untuk melihat konsistensi dari responden, uji validitas instrument dan uji reliabilitas dengan pengolahan data menggunakan SPSS didapatkan nilai koefisien dengan Cronbach's Alpha untuk keseluruhan pertanyaan sebesar 0,905, sehingga dapat dikatakan bahwa instrument IAT tersebut sudah Reliable digunakan menguji orang Indonesia.

Hasil Survey IAT (Internet Addiction Test)

Uji tingkat adiksi internet dengan instrument IAT dari Dr. Kimberly Young, dengan mengacu pada tingkat adiksi yang dibagi ke dalam 4 kategori (level). Berdasarkan skor total IAT, tingkat adiksi diantaranya sebagai beikut:

  • 0-30: Normal level of internet usage (Normal Level)
  • 31-49: Presence of a mild level of Internet addiction (Mild Level)
  • 50-79: Moderate level of internet addiction (Moderate Level)
  • 80-100: Severe dependence upon the Internet (Severe Dependence)

Dari hasil pengujian ini dapat dilihat juga tingkat adiksi untuk tiap gender, rentang usia, dan lamanya pengguna mengenal internet.

Sebaran Tingkat Adiksi Internet, Hasil Uji IAT
Sebaran Tingkat Adiksi Internet, Hasil Uji IAT
Dari jumlah tersebut, wanita lebih dilihat lebih dapat menggunakan internet secara wajar (pengguna rata-rata) sekitar 85%, dibandingkan dengan pria yang hanya sekitar 79,5%. Dan justru pada data pria terdapat responden yang masuk kategori tingkat adiksi bermasalah serius. Sedangkan untuk tingkat adiksi yang sering bermasalah, pria lebih besar jumlahnya sekitar 19,8% dibandingkan wanita yang sekitar 14,2%.

Responden berdasarkan usia terdiri dari 1,2% usia anak dan remaja (<17 tahun), sekitar 98% usia dewasa (17-55 tahun), dan sekitar 0,8% adalah usia lanjut. Dari jumlah tersebut ternyata pengguna pada kategori usia anak dan remaja masuk pada tingkat adiksi sering bermasalah ada 4 orang, lebih besar dari pengguna pada lanjut usia yang hanya 1 orang. Sedangkan pada usia dewasa jumlah pengguna sering bermasalah ada 55 orang, pengguna bermasalah serius ada 1 orang, dan mayoritas adalah pengguna rata-rata sebanyak 280 orang. Kondisi tersebut dimungkinkan karena mayoritas responden merupakan pengguna internet yang berkaitan dengan pekerjaannya, baik sebagai sarana utama maupun pendukung dalam keseharian. Namun tidak menutup kemungkinan juga untuk pengguna yang memanfaatkan waktu diluar kerja untuk tetap menggunakan internet sebagai sarana hiburan dan kebutuhan hidup lainnya.

Mayoritas pengguna internet yang menjadi responden survei ini telah menggunakan internet lebih dari 10 tahun yang lalu, sekitar 47,2%. Sedangkan untuk penggunaan selama 5-10 tahun, ada sekitar 36,4% orang, dan sisanya merupakan pengguna yang mengenal internet pada rentang 1-5 tahun yang lalu. Hal ini membuktikan bahwa penetrasi internet di Indonesia memang sudah sangat berkembang pesat, bahkan tidak ada dari reseponden yang menggunakan internet pertama kali pada satu tahun yang lalu.

In so far as a scientific statement speaks about reality, it must be falsifiable; and in so far as it is not falsifiable, it does not speak about reality.
(Karl Popper)

Ya, Adiksi Internet lebih dekat pada Realitas Sains!

Dari sudut pandang empirisme, adiksi internet memiliki daya tarik utama sains, yaitu objektif dan testable dimana salah satu karakteristik yang muncul mengenai adiksi internet yang berlawanan dengan karakteristik pseudosains adalah sudah dimilikinya alat ukur yang jelas untuk melakukan pengujian apakah seseorang memiliki adiksi internet atau tidak, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini dimana menggunakan instrumen tes yang sesuai dengan acuan Dr. Kimberly Young untuk IAT. Intrumen tes ini juga yang digunakan sebagai acuan oleh peneliti-peneliti lainnya yang melakukan penelitian berkait dengan pengukuran IAT. Sehingga meskipun adanya sejumlah kritik terhadap konsep adiksi internet, adiksi internet sebagian besar masih merupakan realitas saintifik.

Beberapa kritik terhadap konsep dari Adiksi Internet, diantaranyan adalah sebagai berikut ini,

  1. Kurangnya penelitian yang menjelaskan konsep umum dari “Pathological Internet Use” atau yang kaitannya dengan Adiksi Internet ini. Justru yang ada hanyalah menggunakan definisi dan diagnosa dari jenis gangguan yang mirip secara parsial misal dalam jenis gangguan perilaku atau mental lainnya. Namun pada peneliti dibidang Psikologi dan Dokter Psikitri sudah mulai banyak memberikan beberapa penjelasan mengenai definisi tersebut yang berkaitan dengan perubahan perilaku untuk mengontrol diri dalam aktifitas normal manusia
  2. Para peneliti masih kebingungan dalam menggunakan metodologi yang tepat ketika meneliti perilaku penggunaan internet tersebut. Termasuk sample yang diambil masih berdasarkan asumsi peneliti itu sendiri dan menimbulkan bias (termasuk dalam penentuan aspek dan pertanyaan). Penggunaan IAT pun masih perlu diuji lagi keakuratannya
  3. Tidak adanya penilaian atau pengukuran dari gangguan penggunaan internet ini, baik dalam konsensus yang disepakati oleh para peneliti, maupun yang bersifat psikometrik. Sehingga hasilnya mungkin saja tidak dapat diterima secara umum, karena justru penilaian diambil dari jenis gangguan psikologi lainnya yang dianggap mirip
  4. Penetapan gangguan internet ini justru menjadi masalah dalam penentuan cara pengobatan yang dapat dilakukan, karena dikhawatirkan tidak sesuai kenyataan. Justru berakibat pada penentuan gangguan padahal aktifitas internet memang berkaitan dengan kondisi normal dari kehidupan (misalnya pada pelajar atau pekerja dibidang IT, Marketing dan lainnya)
  5. Penggunaan internet yang berlebihan dianggap hal yang wajar untuk orang yang baru pertama kali menggunakan internet, sehingga harusnya tidak perlu dijadikan kekahwatiran berlebih menjadi suatu gangguan mental. Dengan seiring berjalannya waktu dan kepentingan penggunaan, maka intensitas interaksi dengan internet akan kembali normal
  6. Banyaknya waktu yang dihabiskan orang untuk berinternet, mungkin juga akan sama dengan waktu orang menonton atau tidur atau berpetualang, atau jika menjadi profesi seperti waktu mengemudi driver, waktu bergadang security, orang yang bekerja sampai larut malam dan contoh lainnya, namun tidak menjadi masalah yang diperbincangkan pada gangguan mental tersebut
  7. Tidak jelasnya hubungan sebab akibat antara penggunaan internet dengan gejala gangguan mental yang diamati. Dan parameter yang digunakan bisa sangat beragam, bergantung pada aspek emosi, perilaku, perubahan fisik, masalah social dan kecenderungan penyimpangan lainnya (sebagai bagian dari kecanduan)
  8. Aspek konten internet yang digunakan juga harusnya menjadi kritik tersendiri. Misal pada pada kasus orang menggunakan internet dalam waktu lama untuk chatting, forum, email, atau penggunaan media social, maka pada intinya aktifitas itu adalah aktifitas berkomunikasi dengan manusia, internet hanya sebagai media. Hal ini harusya sama saja dengan orang yang mengobrol lama-lama melalui telepon, atau di kafe dan sejenisnya, dan bukan termasuk gangguan mental.

Jadi, Anda pastiya percaya dan tertarik untuk mengembangkan lebih lanjut Uji Adiksi Internet ini kah? Selamat Mencoba!

Referensi Bacaan!

[1]Young, Kimberly S. Internet Addiction Test (IAT). Stoelting, 2017
[2]Matondang, Zulkifli. “Validitas dan Reabilitas suatu Instrumen Penelitian,” Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol.6 No.1, Juni 2009
[3]Azwar, Saifudidin. Sikap Manusia Terori dan Pengukurannya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
[4]Nur, Mohamad. Teori Tes. Surabaya: IKIP Surabaya, 1987.
[5]Barry M. Leiner, et all. Brief History of the Internet - Internet Society, 1997
[6]Rangkuti, Rahmi Putri. Internet Addiction. Fakultas Psikologi Univesitas Sumatra Utara, 2017
[7]Goldberg, Ivan. Internet Addiction Support Group. John Suler's The Psychology of Cyberspace, 1996.
[8]Wan, C.S., & Chiou, W. The motivations of adolescents who are addicted to on-line games: a cognitive perspective, 2007
[9]Takeshi Sato. Internet Addiction among Students: Prevalence and psychological problems in Japan. JMAJ 49: 279–283, 2006
[10]Palmira Faraci. Internet Addiction Test (IAT): Which is the Best Factorial Solution?,J Med Internet Res. 2013
[11]Radian Pandhika. Hubungan Tingkat Adiksi Internet Dengan Gangguan Mental Emosional Dan Perilaku Pada Siswa-Siswi Sman 9 Bandar Lampung. Skripsi, Fak.Kedokteran Universitas Lampung. 2015
[12]Helly P. Soetjipto. Pengujian Validitas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet. Jurnal Psikologi, ISSN: 0215-8884, Volume 32, No. 2, 74-91. 2005
[13]John M. Grohol. Internet Addiction Disorder Symptoms., https://psychcentral.com/netaddiction/, Update 2017
[14]Martin Curd and Stathis Psillos. The Routledge Companion to Philosophy of Science. Routledge Taylor&Francis Group. London and New York. 2014.
[15]Dimitri Mahayana. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Catatan Kuliah, Penerbit ITB. 2018
[16]Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia survei 2017. APJII. 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun