Mohon tunggu...
Asneri Ami
Asneri Ami Mohon Tunggu... Administrasi - Perempuan Tulen

Belajar seumur hidup adalah suatu kewajiban, bukan sebuah pilihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

12 Mei 1986, Ayah Berpulang

19 Mei 2021   20:00 Diperbarui: 19 Mei 2021   20:06 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rajin Belajar

Rajin Shalat

Rajin Mengaji

Tiga paket pesan yang jika saat ini ku analisa adalah paket komplit perpaduan ilahiyah, dan proses pencarian ilmu sebagai bekal dalam hidup.

Ayah masih sempat melafazkan Lailaaha Ilallaah Muhammad Darrasulullah sebanyak tiga kali seperti yang diidamkan oleh setiap muslim untuk mengakhiri hidupnya di dunia dengan husnul khotimah. Insya Allah. Kuatnya ikatan batin itu telah membuat aku sakit demam setelah ayah dikubur di pemakaman di daerah Gobah. Dan selama sakit itu aku memimpikan ayah terus. Bahkan hingga momen nilai NEM ku tertinggi di sekolah ayah hadir dalam mimpi itu. Dengan jelas. Momen nya tepat satu hari setelah ayah meninggal. Hingga beberapa bulanpun baju safari ayah yang dipakai pada hari terakhir masih kami biarkan.

Kini puluhan tahun itu semua sudah terlewati. Derai tetes airmata ini tak mampu menghidupkan kembali ayah yang kami cintai.  Kami sebagai anak yang selalu dibekali ilmu agama kuat dari rumah,  ketika  itu masih ingat kalau hanya doa anak yang soleh yang akan menolong ayah. Doa itu makin kencang aku lantunkan dalam hati meski pipi tak berhenti dengan air mata. Seorang anak yang ibarat seperti mimpi dan terkaget-kaget. Masih kuingat waktu sore puasa pertama kami masih bersama dengan vespa putih . Ah, sudah lah. Derai air mata kembali mengiringi tubuh mungil seperti ku ketika itu.

Ayah bagiku sosok yang memanjakan kami. Nah, setiap makan aku selalu duduk disebelah beliau. Dan nanti tiba-tiba ayah akan menebak isi perutku apa yang aku makan . Herannya ketika itu aku bertanya koq ayah bisa tau aku makan apa. Hahah lucu, dengan pikiran kecilku ketika itu.

Terlahir sebagai anak bungsu barangkali akulah yang sering diajak kemanapun oleh ayah dan omak bila ayah pergi dinas. Namun bagi semua anaknya maisng-masing memiliki kespecialan kenangan bersama ayah. Masing-masing merasa diistimewakan oleh ayah. Ketika aku mencoba membuat minyak dari kelapa  di rumah, keesokan waktu ayah berkali-kali bercerita kepada temannya kalau aku selalu mencoba membuat sesuatu yang baru dan memiliki rasa ingin tau. Padahal bagiku aku hanya mengukuti buku yang aku baca. Rasa penghargaan ayah kepada kami anaknya sangatlah besar. Bila dihubungkan metode parenting sekarang bahwa dalam mendidik anak perlu penanaman mental building dan semua metode Pendidikan orangtua kami dengan metode 'contoh" dan mengurangi nasehat dalam bentuk kata-kata berlebihan.

Menyaksikan kondisi kami berempat saat ini terlepas dari pondasi yang kuat ketika masih bersama ayah, semua ini tak lepas dari campur tangan dan ihtiar dari omak kami. Beliau lah yang mengantarkan kami hingga seperti saat ini. Beliau memiliki Sense of Human yang tepat sebagai single parent , dalam memberikan kehidupan bagi kami. Perempuan yang telah menunjukkan rambu-rambu kehidupan bagi kami bukan berdasarkan jenjang edukasi formal saja, tapi dari dalam jiwa yang suci, bahwa beliau menghidupi kami dengan cara nya beliau. Hanya satu cita-citanya adalah menjadikan anaknya,  anak yang sukses dan berhasil jadi "Orang'. Dan itu sudah beliau wujudkan , dengan segala cara beliau lakukan untuk kami.

Kombinasi orangtua kami sangatlah harmonis. Kini, tidak lain tidak bukan hanya syukur tak terhingga kehadirat Allah diberikan jalan untuk menjadi anak dari orangtua yang hebat dan ihklas ini. Omak yang saat ini sudah  berumur mendekati delapan puluh tahun sudah sepantasnya  aku membalas kebaikan dan kemulian yang mereka berdua telah berikan kepada kami. Meski tidak akan mampu membalasnya namun semoga Allah ijinkan aku membalas dalam menyertai dalam hapalan Alquran dan doa untuk nya.

Kalau ditanya rindu, jelas aku sangat rindu. Jauh dari omakku membuat aku sering menangis. Tapi sebagai wanita dewasa tentulah dapat mengendalikan diri. Hanya satu ihtiar aku adalah memperbanyak doa untuk ayah dan omakku serta berusaha menjadi orang yang selalu consisten lurus dalam setiap langkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun