Ketika Ishoma tiba, panitia mengumumkan silahkan untuk mengambil makan siang dengan menunjukkan name tag. Kemudian saya bercanda dengan teman-teman disekitar saya: "name tag ini yang sakral, karena tanpa ini kita tidak dapat makan siang. Kalau SK SC tidak begitu sakral!...serentak teman-teman tertawa dan kami menikmati makan siang itu bersam.
Selanjutnya ketika pemilihan pimpinan sidang, terpilihlah satu orang keterwakilan perempuan. Sidang Pleno 1 dengan pembahasan laporan pengurus Forum WacanaIPB periode 2012/2013 yang disampaikan oleh Ketua Umum Syamsu Rizal, S.Hut, SMi. Saya sendiri memberikan apresiasi kepada pengurus ini karena dalam waktu setahun bisa merealisasikan 32 kegiatan. Sebelumnya laporan tertulis saya terima ketika registrasi, jadi sebelum ketua umum mebacarakn laporan tersebut, saya sudah membaca semuanya. Catatan kecil saya adalah: standar laporan yang menjelaskan nama kegiatan, tema, tempat, waktu, tujuan, hasil yang dicapai, jumlah peserta yang mengikuti, sumber dana dan kegunaannya belum lengkap. Ternyata yang catatan kecil ini ada juga yang mempertanyakan kepada ketua umum namun dengan cara yang berbeda "ini seperti laran anak SD, laporan yang sangat konyol sekali!". Saya cuma bilang: Wow keren mahasiswa pascasarjana loh ngomongnya begitu. Sampai-sampai ketua umum menanggapi: "Sebenarnya saya tidak tahu laporan yang konyol itu seperti apa".
Setiap manusia, organisasi, episode pastilah punya kekurangan dan kelebihannya. Kita sebagai teman patutlah kita memberi apresiasi walapun kita harus juga memberikan refleksi mana yang sudah baik dan mana yang perlu diperbaiki. Saya pikir tidak perlu sampai berteriak-teriak mengeluarkan emosi sebegitunya. Apakah Mubes/Kongres itu tidak sempurna jika tidak ada nuansa sarkasme dan anarkisme nya???
Sampailah pada Sidang pleno ke 2 pembahasan AD/ART Forum Wacana IPB periode 2013-2014 dan rekomendasi organisasi Forum Wacana IPB. Semua berjalan dengan lancar walaupun terkadang muncul emosi-emosi yang tidak terkendali, biasanya berakhir pada komentar sang wasit persidangan yaitu ketua umum. Namun pada tahap ini ada satu kejadian yang membuat semua forum emosi, sampai pimpinan sidang akan diturunkan. Tanda-tanda ini sudah saya bisikkan kepada teman disamping saya:"pimpinan sidang yang perempuan hanya jadi pajangan". Karena semenjak dia ditetapkan menjadi pimpinan sidang belum pernah terdengar suaranya padahal sidang pleno 2 hampir selesai dan waktu menunjukkan sudah jam 17.00. Benar saja, saya yang duduk di depan dengan jelas melihat pimpinan sidang yang perempuan menggendong tasnya yang berwarna hitam keluar melalui tirai belakang panggung. Saat ini masih hangatnya membahas ART. Kepergian pimpinan sidang perempuan itu tanpa ada persetujuan forum, sepertinya tak banyak yang tahu kepergian pimpinan sidang itu atau mereka belum sadar ya kalau pimpinan sidangnya hilang satu.
Seseorang peserta laki-laki dibelakang sadar dan menanyakan "mengapa pimpinan sidang perempuan tidak pernah bertugas?, siapa tahu ruangan ini lebih fresh jika perempuan yang memimpin sidang. Dimanakah pimpinan sidang satunya?"......hahahaha keadaan lebih heboh dan sidang di skor 2x10 menit karena dua pimpinan sidang laki-laki berdiskusi dan berusaha menghadirkan pimpinan sidang yang perempuan. setelah itu skor dicabut, dan belum juga menghadirkan pimpinan sidang 3 (perempuan), sementara pimpinan sidang 1 dan 2 (laki-laki) bergaya tegas dengan melanjutkan persidangan. Keanehan mulai terbaca, karena suara peserta forum pecah antara sebagian besar peserta penuh dan peserta peninjau. Peserta penuh mengharapkan sidang dilanjutkan dengan alasan waktu dan peserta peninjau tidak bisa melanjutkan sebelum menghadirkan pimpinan sidang 3. Saya sebagai peserta penuh setuju dengan peninjau. Teman disamping saya berkata "pimpinan sidang 1 dan 2 adalah titipan, saya menyesal tadi kenapa mengundurkan diri menjadi pimpinan sidang kalau ternyata begini". Wah kebenaran titip menitip ini tidak bisa dibuktikan ya teman. Tapi menurut logika saya, memang ada yang aneh kenapa pimpinan sidang 3 tidak pernah diberikan kesempatan memimpin sidang. Sampai Pimpinan sidang 3 pun sudah hadir, masih saja pimpinan sidang 1 dan 2 memaksa melanjutkan persidangan. Padahal peserta forum meminta klarifikasi mengapa beliau meninggalkan tempat saat sidang berlangsung. Ada yang benar-benar lucu ketika pimpinan sidang ingin klarifikasi dia meminta palu sidang diberikan kepadanya terlebih dahulu. Serentak peserta forum ada yang tertawa, mengejek dan ada pula yang menjelaskan bahwa untuk sekedar klarifikasi tidak perlu serah terima palu. Terdengar disekitar saya "nanti mbanya dibelikan palu dech".
Akhirnya pimpinan sidang 3 klarifikasi, dia meninggalkan persidangan karena beberapa kali dia meminta agar dia ditugaskan menjadi pimpinan sidang namun pimpinan sidang 1 tidak mendengarkan permintaannya. Dia merasa tidak mempunyai peran apa-apa dipanggung persidangan, padahal dia dipilih secara aklamasi sebagai pimpinan sidang perwakilan perempuan. Dengan emosi dan suara menahan tangis dan raut wajah yang merah marah dia menjelaskan "saya minta maaf semoga dengan tindakan saya ini menjadi pencerahan kita semua bahwa perempuan harus dilibatkan". Wahhhhh saya salut dengan pimpinan sidang 3 ini, dia berani mengambil tindakan yang berpengaruh demi prinsip. Bayangkan saja dengan ulah pimpinan sidang 3 ini waktu persidangan molor 3 jam. Namun bagi saya it's ok karena kejadian ini adalah tamparan bagi para peserta kongres level pascasarjana bahwa kesetaraan gender sangat mudah dalam teori dan begitu berat dan aplikasinya. Apakah pimpinan sidang 1 dan 2 akan merasa jatuh harga dirinya ketika pimpinan sidang 3 yang memimpin?
Keadaan kembali mematikan dengan cepat sel-sel dalam tubuh ketika gelombang emosi peserta kongres datang seperti tsunami. Setelah pimpinan sidang 3 sudah klarifikasi persidangan dilanjutkan, namun beberapa kali peserta kongres meminta palu persidangan diserahkan kepada pimpinan sidang 3. Namun permintaan itu tidak diindahkan oleh pimpinan sidang 1 dan 2. Sampai orang-orang yang gerah dengan pimpinan sidang 1 maju kearah panggung persidangan dan akan menurunkan secara paksa pimpinan sidang 1, namun saat itu juga orang-rang yang pro kepada pimpinan sidang 1 maju menghalangi sampai terjadi dorong mendorong dan relai melerai. Lagi-lagi diakhiri dengan komentar wasit kongres yaitu ketua umum.
Setelah beberapa peserta memberikan pendapat tentang pergantian palu sidang, dan pimpinan sidang 1 dan 2 merasa terdesa maka palu persidangan diserahkan kepada pimpinan sidang 3. Setelah saya dengarkan cara pimpinan sidang 3 memimpin sidang, ternyata perempuan juga bisa tidak kalah dengan laki-laki. Begitu tidak mudahnya menjatuhkan egoisme seorang laki-laki demi sebuah palu kepada perempuan padahal secara aturan sudah jelas bahwa perempuan tersebut hanya meminta haknya.
Sampai pukul 24.00 saya masih bertahan, berharap saya bisa memberikan hak suara saya kepada salah satu calon ketua umum Forum Wacana 2013/2014. Yahhhh inilah upaya saya menjadi peserta kongres yang baik, berharap mendapat sebuah pembelajaran untuk Indonesia mendatang. Padahal seperti yang saya sampaikan didepan bahwa kongres ini hanya sampai pukul 18.00. Demi sebuah kesempurnaan dan keidealan sebuah kongres seluruh peserta sepakat melanjutkan kongres walaupun konsekuensinya tidak mendapatkan malam ataupun snack tambahan. Wahhh saya bangga dengan teman-teman peserta kongres ini.
Namun ada sebuah kejadian yang telah menggilas jiwa-jiwa para peserta kongres yang mengharapkan keidealan dan kesempurnaan kongres tadi. Apakah itu??
Ketika memasuki tahap pemilihan calon ketua umum, diumumkan ada 6 orang yang telah terjaring sebagai bakal calon. Keenamnya dipanggil dan dipersilahkan duduk di koridor depan ruang kongres di kursi yang telah disediakan panitia. Namun sekitar 20 menit dengan berbagai dinamika di dalamnya, peserta harus menunggu 3 orang bakal calon yang belum hadir di ruangan tersebut. Dalam hati saya mencatat: pertama ketiga bakal calon yang belum hadir tidak mempunyai niat yang kuat, jadi tidak lebih baik dipilih. kedua mereka sebagai calon ketua umum yang jika terpilih akan melayani ribuan mahasiswa pascasarjana, jika belum terpilih saja, kita sudah harus menunggu mereka. ketiga saya meyakinkan hati bahwa satu suara suara saya akan saya berikan kepada mereka yang memang sudah siap di depan.