Mohon tunggu...
Asnaf Humaidi
Asnaf Humaidi Mohon Tunggu... Guru - SMPN 24 Surabaya

senang belajar, belajar dengan senang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan Budaya Positif Di Sekolah

18 Juni 2024   16:30 Diperbarui: 18 Juni 2024   16:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen: SMPN 24 Surabaya

Asnaf Humaidi, S.Pd.I.

(PP: Nur Mahbubah, M.Pd.), (Fasilitator: Agus Setyo, M.Pd.)

Apa itu budaya positif?

Budaya positif merupakan tindakan yang dilakukan anggota kelompok berdasar keyakinan universal yang sudah disepakati bersama. Tindakan dilakukan atas dasar motivasi internal masing-masing anggota kelompok. Motivasi internal wujud dari keyakinan yang mendalam terhadap nilai yang disepakati bersama dan mengharapkan kebaikan bagi semua anggota.

Mengapa diperlukan budaya positif di sekolah?

Sekolah sebagai lembaga untuk mendidik dan menumbuhkembangkan potensi  peserta didik, maka  sekolah sangat penting menyiapkan lingkungan yang baik bagi peserta didik. Ki Hajar Dewantara menggambarkan sekolah sebagai sebuah ladang yang akan disemai bibit-bibit tanaman. Bibit-bibit tanaman akan tumbuh dengan baik sesuai potensinya jika lahan tanah tempat bersemai memiliki kualitas yang baik, tersedia semua kebutuhan dan terhindar dari semua hama yang mengganggu tumbuhnya tanaman. Lingkungan sekolah sebagai tempat bersemainya peserta didik yang akan tumbuh dengan potensi masing-masing, maka sekolah perlu menyiapkan lingkungan yang baik yang akan membantu tumbuhkembangnya potensi peserta didik, dan sekolah perlu menghindarkan peserta didik dari lingkungan yang dapat mengganggu tumbuhkembangnya potensi peserta didik.

Apa manfaat budaya positif di sekolah?

Semakin baik budaya positif yang ada di sekolah maka akan semakin baik pertumbuhan potensi peserta didik. Peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia ditumbuhkembangkan. Potensi Peserta didik tidak bisa tumbuh maksimal di lingkungana yang buruk, lingkungan yang tidak mendukung perkembangan potensi mereka, apalagi lingkungan yang nyata-nyata mengganggu keberlangsungan pertumbuhan potensi peserta didik. Wali siswa menitipkan anak-anak mereka ke sekolah dalam rangka mempercayakan perkembangan potensi anaknya kepada sekolah, maka sekolah harus mengambil tanggung jawab ini dengan sungguh-sungguh menyiapkan lingkungan sekolah yang positif.

Siapa yang berperan dalam penerapan budaya positif di sekolah?

Semua warga sekolah memiliki peran penting dalam mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah. Mulai kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, komite atau orang tua dan masyarakat sekitar, serta siswa juga terlibat dalam upaya mewujudkan budaya positif di sekolah. Kolaborasi diantara semua komponen yang ada akan sangat membantu terwujudnya budaya positif di lingkungan sekolah.  Salah satu komponen tidak mendukung maka akan banyak kendala yang dihadapi.

Bagaimana cara menerapkan budaya positif di sekolah?

Budaya positif butuh proses yang tidak sebentar. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah antara lain; 1) Budaya positif dimulai dari pembentukan keyakinan bersama terhadap nilai-nilai yang ingin diwujudkan di lingkungan sekolah. 2) Setelah keyakinan bersama terhadap nilai-nilai sudah disepakati, maka langkah selanjutnya adalah membanguan komitmen untuk mentaati keyakinan bersama. 3) Membangun komitmen saling mengingatkan terhdap keyakinan  bersama. 4) Dalam pendisiplinan peserta didik, orang dewasa/guru berusaha menerapkan posisi kontrol manager atau posisi kontrol pemantau. Guru sebisa mungkin menghindari posisi kontrol sebagai teman, posisi kontrol pembuat perasaan bersalah, dan menghindari posisi kontrol penghukum. 5) Dalam pendisiplina peserta didik, orang dewasa/guru hendaknya menerapkan segitiga restitusi terhadap pesert didik yang melakukan pelanggaran terhadap keyakinan bersama.

Apa tantangan dalam penerapan budaya positif di sekolah?

Tantangan dalam penerapan budaya positif di lingkungan sekolah antara lain; 1) Sulitnya membangun komitmen mematuhi keyakinan nilai-nilai yang disepakati bersama. 2) Tidak semua orang dewasa sabar dalam menerapkan posisi kontrol manajer atau posisi kontrol pemantau. 3) Kebayakan Orang dewasa di lingkungan sekolah kurang bersabar dalam penerapan segitiga restitusi dalam penerapan disiplin.

Apa tindak lanjut dalam menghadapi tantangan tersebut?

Tindak lanjut yang bisa diusahakan dalam menghadapi tantangan  tersebut antara lain; 1) Melakukan komunikasi bersama untuk melakukan refleksi terkait penerapan budaya positif yang ada di lingkungan sekolah. 2) Meninjau ulang keyakinan bersama yang sudah dibentuk. 3) Orang dewasa/guru perlu meninjau kembali mengenai teori posisi kontrol dalam mendisiplinkan siswa. 4) orang dewasa/guru perlu meninjau ulang cara penerapan segitig restitusi.

Apa harapan dimasa yang akan datang?

Besarnya upaya kita dalam menyiapkan lingkungan sekolah yang positif untuk peserta didik kita, akan berimbal balik dengan harapan kualitas tumbuhkembangnya potensi peserta didik. Harapan kita bahwa peserta didik kita dapat tumbuh dengan maksimal sesuai potensi masing-masing dan mereka dapat menjalani hidupnya dengan merdeka dan bahagia sebagai hamba tuhan dan  sebagai warga masyarakat.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun