Setelah cukup puas melihat pemakaman ala Toraja, hari ini saya ingin melihat Makale dari atas bukit. Pergilah saya ditemani kawan menuju Buntu Burake. Sekitar jam 11.00 kami berangkat menuju bukit yang jalannya sudah mulus dan berkelok-kelok seperti spiral. Buntu berarti bukit. Sampainya di lokasi nampak pengunjung sudah mulai berdatangan. Hari itu bertepatan dengan Jum’at Agung, sehingga pengunjung agak ramai. Saya melihat patung Yesus tegap berdiri. Saya bisa melihat Makale dari atas bukit.
Pertama menginjakkan kaki di jembatan kaca rasanya dag-dig-dug, apalagi kalau melihat ke bawah. Namun, setelah saya menarik napas dalam, kaki melangkah dengan normal seperti di jalanan biasa.
Destinasi selanjutnya adalah agrowisata Pango-Pango. Jalanan menuju ke Pango-Pango berkelok-kelok bak spiral yang sungguh bikin mules. Kami naik menggunakan motor matic. Saya sudah khawatir motor tidak akan kuat menanjak. Ada beberapa titik jalanan belum mulus. Jalanan masih bebatuan apalagi sehabis longsor. Setelah menahan mules, akhirnya sampailah di bumi Pango-Pango di atas langit Toraja.
Babak Ketiga
Sabtu merupakan hari pasar di pasar Bolu. Pagi itu saya ditemani kawan naik angkot menuju Rantepao untuk melihat pasar hewan. Saya penasaran dengan tedong bonga (kerbau bule) yang harganya fantastis mencapai ratusan juta rupiah. Angkot di Toraja ada yang memakai mobil macam Toyota, dan sebagainya, tapi sudah berplat kuning. Naik angkot berasa naik mobil pribadi. Harganya juga sangat terjangkau menurut saya (dari Makale ke pasar Bolu saya membayar 15 ribu rupiah saja). FYI, layanan ojek online sudah ada juga di Toraja.
Pasar hewan nampak sudah ramai. Kerbau sudah berjejer rapi. Saya takjub ketika melihat kerbau bule yang gagah nan bersih. Pengen saya sentuh tapi takut ditendang. Saya sempat mengobrol dengan bapak yang sedang menjajakan kerbaunya.