Mohon tunggu...
Nok Asna
Nok Asna Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Senja dan Sastra.

Penikmat Senja dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tiom, Kota di Timur Matahari

21 September 2016   13:53 Diperbarui: 23 Januari 2017   22:30 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat di bandara Tiom Sumber : dok. pribadi

Bekerja sebagai tenaga medis di Puskesmas Tiom bagi Maria merupakan panggilan hati. Tinggal di tempat asing dan jauh dari orang tua, jauh dari fasilitas yang memadai, dan dengan segenap risiko yang akan diterimanya bukanlah alasan yang berarti. Maria percaya Tuhan akan selalu melindungi dan membimbingnya dalam memenuhi tugasnya sebagai seorang tenaga medis.

Selama di Tiom dia banyak membantu kami dan menceritakan beberapa pengalamannya selama bekerja di Puskesmas Tiom. Beberapa pengalaman yang diceritakannya ada yang menggelitik hati, tertawa, bahkan menimbulkan rasa takut. Salah satu ceritanya adalah mengenai pengalaman seorang dokter yang praktek di Puskesmas Tiom ketika menangani pasien HIV. Pasien waktu itu diminta minum ARV secara rutin pada jam yang sama setiap hari. 

Akan tetapi, pasien tidak mengetahui cara membaca jam, sehingga dokter meminta dia untuk minum ARV setiap kali matahari terbit dari ufuk timur. Beberapa minggu kemudian pasien dengan HIV tersebut datang kembali kepada dokter untuk kontrol. Dokter tersebut bertanya mengenai alasan obat tidak habis diminum kepada pasien HIV itu. Pasien menjawab bahwa pernah suatu hari matahari yang ditunggunya tidak kunjung terbit karena mendung tebal, sehingga dia tidak minum obat.

Maria juga menceritakan tentang Bidan yang pernah diculik dan disandera oleh anggota separatisme setempat. Beberapa bidan yang diculik diperlakukan kurang baik dan bahkan diminta untuk melayani nafsu para anggota separatis tersebut. Namun, akhirnya semua sandera dilepaskan dengan negosiasi dan jaminan. Selain itu, pernah ada kejadian seorang bidan dibunuh oleh suamianya sendiri karena tidak memenuhi ajakan sang suami untuk melayaninya. Sedangkan pada waktu yang bersamaan bidan tersebut harus membantu persalinan seorang ibu yang mau melahirkan.

Petugas Kesehatan yang bertugas di Kabupaten Lanny Jaya dihadapkan dengan keadaan yang serba sulit. Mulai dari keadaan geografis yang sulit dijangkau, kondisi kemanan yang tidak menentu, sarana prasarana untuk menunjang kehidupan sehari-hari yang terbatas dan faktor lainnya. Namun, mereka tetap bertahan untuk berjuang menolong sesama tanpa banyak mengeluh demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Suku Lanny.

God Bless!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun