Alkisah, sebuah kisah yang belum pernah dikisahkan. Karena kisah ini memang tidak ada,  bahkan tidak mungkin ada.
   Ada sebuah kerajaan, entah dimana?  Sebuah kerajaan NUSASENGSARA.
   Kerajaan yang "subur", katanya. Rajanya makmur, kekayaan melimpah, bawahan pun demikian juga. Tidak kurang suatu apa.
   Rakyatnya hidup sengsara, menderita. Mencari makan saja susah.
   Raja yang bergelimang harta, tidak pernah tertawa atau memang tidak bisa tertawa. Suka mengelus dada. Memikirkan rakyatnya atau keluarga. Sering berkeluh kesah.
   Rakyat menderita, namun masih bisa tertawa, entah terpaksa atau dipaksa.
Yang penting bisa tertawa. Sebelum tertawa "dipajaki" juga.
Suatu kisah yang sebenarnya biasa, tetapi menjadi tidak biasa, saat sang Raja tertawa.
   Di suasana pasar yang disusahkan dengan kenaikan HARGA, tertutup oleh berita, "Raja tertawa". Seantero kerajaan menggema. "Raja tertawa".
   Melihat seluruh rakyat gaduh, hanya gara-gara Raja tertawa, serta merta Raja menggelar jumpa pers.
   Dengan gaya khasnya, mengelus dada," Raja pun bertitah, "Saya merasa prihatin akhir-akhir ini, saya rasakan kegaduhan rakyat semakin parah". Raja pun merasa takut.
   "Atas informasi intelegen kerajaan,  saya dapatkan ini semua gara-gara saya tertawa," sambil mengelus dada, biasa, "gara-gara Raja tertawa, diributkan. Agar kegaduhan rakyat semakin terkendali, maka saya rasa perlu untuk menjelaskan duduk permasalahannya, Agar tidak menjadi komoditas politik dan dimanfaatkan pihat-pihak lain. Sebenarnya saya tida tertawa, tapi mempertontonkan gigi "kuning" ini adalah emas".
   "Kuning adalah emas!" Jelas Raja, sambil mengelus dada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H