Bukan kesengajaan Bill Bejo bin Bejo menyusuri jalan, di tepi jalan. Tidak berjalan di trotoar. Tidak sebab banyak pedagang memenuhi trotoar.
   Sedikit tersenyum apa yang dilihatnya pagi ini. Beberapa toko sudah mulai ramai. Semenjak "live" jualan di TikTok ditutup.
   "Ini mungkin efek langsung, semenjak TikTok ditutup," gumannya dalam hati.
   Ia terus menyusuri jalan, bukan kesengajaan, tapi terpaksa. Terpaksa berjalan di tepi jalan sambil menuntun motor yang ban belakannya bocor.
   Sambil mencari, tengok sana-sini. Ia terus mencari tukang tambal ban. Sambil sesekali melihat pengunjung toko yang mulai ramai.
   Sudah sekian jauh berjalan, belum juga ia temukan tukang tamban ban.
  Tiba-tiba dari belakang, pengendara motor menyapanya,"bannya bocor pak, mau tambal ban?" Sambil menghentikan motornya di depan Bejo.
   "Ia mas," saut Bejo.
   Rupanya ia adalah tukang tambal ban keliling. Dengan segera ia mengambil dan mengeluarkan peralatan tambal ban yang ada didalam kotak yang ia bonceng.
   Tak berapa lama ia bersigap mengejakan penamambalan ban.
   "Biasa mangkal dimana mas?" Tanya Bejo.
   "Saya tidak mangkal pak, tapi saya secara "online," jawabnya.
   "Lhoo!" Bejo terlihat keheranan, " jadi mas ini menawarkan jasa tambal ban secara "online?".
   "Iya, sekarang kalau tidak online ya ketinggalan", jawabnya.
   Tiba-tiba obrolan Bejo terhenti oleh datangnya dua cewek yang menuntun sepeda motor. Ia pun hendak menambalkan ban, yang ternyata juga bocor.
  "Dari mana dik?" Sapa Bejo pada kedua cewek tersebut.
   "Dari toko pak," jawabnya. Yang kemudian disaut dengan cewek satunya, "dari toko, tapi cuma lihat-lihat."
   "Maksudnya?" Tanya Bejo.
  "Yaa, beberapa hari ini kami berdua bahkan teman-teman kami sering ke toko, bukan untuk membeli, tapi cuma untuk melihat-lihat kwalitas barang, sekaligus membandingkan harga".
    Bill Bejo bin Bejo, tarik gas motornya perlahan, setelah tambal ban selesai, setelah selesai membayar.
   Perlahan kembali menyusuri jalan, sambil geleng-geleng kepala. Bukan karena terasa berat helmnya bukan pula karena panas terik matahari yang mulai ia rasakan.
   Tapi dua fenomena yang ia dapati hari ini,Â
Yang pertama; tambal ban, sudah mulai online, Â untuk menawarkan jasanya.
Yang kedua; toko offline mulai ramai, ramai pengunjung. Tapi bukan untuk berbelanja. Hanya untuk lihat barang dan "banding" harga.
Setelah "TikTok" ditutup toko "offline" mulai "ramai".
"Fenomena perenungan!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H