Mohon tunggu...
asmitiya meilinda
asmitiya meilinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Akuntansi Syariah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengelola Motivasi Karyawan Milenial dan Gen Z dalam Organisasi Modern

4 Desember 2024   18:01 Diperbarui: 4 Desember 2024   22:59 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah perubahan cepat di dunia kerja, memahami cara memotivasi karyawan sangat penting untuk menciptakan organisasi yang produktif dan inovatif. Hal ini terutama relevan dengan dua generasi yang sekarang mendominasi tenaga kerja: Milenial dan Gen Z.

Milenial dan Gen Z adalah dua generasi yang tumbuh di lingkungan yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Milenial, yang sekarang berusia 25 hingga 40 tahun, tumbuh dengan perkembangan teknologi yang pesat. Sedangkan Gen Z, yang berusia 18 hingga 24 tahun, dibesarkan sepenuhnya di era digital. Kedua generasi ini tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga makna dan fleksibilitas dalam pekerjaan. Kedua generasi ini lebih menghargai pengalaman daripada sekadar penghasilan dan sangat peduli dengan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. 

Namun, manajer sering kesulitan memotivasi kedua generasi ini. Milenial dan Gen Z tidak suka dengan pendekatan manajemen tradisional yang ketat dan hierarkis. Generasi ini ingin kebebasan, transparansi, dan kesempatan untuk berkembang secara profesional dan pribadi. Karena itu, teori motivasi yang dulu efektif sekarang perlu diperbarui agar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik generasi ini.

Menurut Teori Harapan Vroom, motivasi karyawan dipengaruhi oleh apa yang diharapkan dari usahanya. Bagi Milenial dan Gen Z, penting bagi generasi ini untuk merasa bahwa pekerjaannya berdampak besar, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, pemimpin harus bisa mengaitkan pekerjaan karyawan dengan tujuan yang lebih besar, seperti keberlanjutan atau inovasi sosial. Perusahaan yang menekankan tujuan yang lebih tinggi dan berkontribusi pada perubahan sosial akan lebih menarik bagi generasi ini.

Teori Motivasi Herzberg membedakan antara faktor motivasi dan faktor kebersihan. Bagi Milenial dan Gen Z, faktor motivasi seperti pengakuan, kesempatan berkembang, dan pekerjaan menantang lebih penting daripada faktor kebersihan seperti gaji atau jabatan. Oleh karena itu, manajer harus menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi, memberikan kesempatan belajar dan berkembang, serta memberikan umpan balik yang konstruktif. Kepemimpinan yang lebih fleksibel dan tidak terlalu mengandalkan kontrol hierarkis akan lebih efektif dalam memotivasinya.

Milenial dan Gen Z sangat menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. generani ini menginginkan fleksibilitas dalam waktu dan tempat kerja. Oleh karena itu, organisasi yang menyediakan opsi kerja fleksibel, seperti bekerja dari rumah atau jam kerja yang bisa diatur sendiri, akan lebih mudah menarik dan mempertahankan talenta dari kedua generasi ini. Menurut teori Self-Determination oleh Deci dan Ryan, karyawan yang memiliki lebih banyak kontrol atas cara bekerja akan lebih termotivasi dan produktif.

Milenial dan Gen Z sangat tertarik untuk terus mengembangkan keterampilan dan karier. Milenial dan Gen Z lebih cenderung memilih perusahaan yang menawarkan program pelatihan, mentoring, dan peluang untuk tumbuh. Dalam konteks ini, teori motivasi yang relevan adalah Teori Kebutuhan Pembelajaran oleh Deci, yang menyatakan bahwa manusia terdorong untuk mengembangkan kompetensinya. Menyediakan akses ke pelatihan yang relevan dan menantang adalah cara yang efektif untuk menjaga motivasi karyawan dari kedua generasi ini. 

Kunci untuk mengelola motivasi Milenial dan Gen Z adalah menciptakan lingkungan yang mendukung kebutuhan intrinsik. Ketika manajer mengakui pentingnya otonomi, pengakuan, pengembangan, dan keseimbangan kerja-hidup, karyawan akan merasa lebih terlibat dan termotivasi. Hal ini juga berujung pada produktivitas yang lebih tinggi dan loyalitas yang lebih kuat terhadap perusahaan. Karyawan yang merasa dihargai dan didukung dalam perjalanan profesional lebih cenderung untuk tetap bertahan dan memberikan kontribusi maksimal.

Sebagai pemimpin, tidak bisa lagi mengandalkan metode motivasi lama untuk memimpin generasi Milenial dan Gen Z. Dunia telah berubah, dan cara memotivasi karyawan juga harus berubah. Mengadaptasi teori-teori motivasi yang relevan dengan kebutuhan generasi ini adalah langkah penting untuk menciptakan organisasi yang tidak hanya produktif, tetapi juga inovatif dan berkelanjutan. 

Saatnya untuk lebih mendengarkan karyawan, memahami apa yang memotivasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional. Dengan pendekatan yang lebih fleksibel, kolaboratif, dan penuh makna, kita tidak hanya akan memotivasi mereka, tetapi juga membangun sebuah budaya organisasi yang kuat, siap menghadapi tantangan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun