Mohon tunggu...
Asmita Hamzah
Asmita Hamzah Mohon Tunggu... Guru - Sukses

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

KKN Tematik NKRI Poso: Mengabdi Hingga ke Ujung Danau Poso

9 November 2016   11:13 Diperbarui: 13 Juni 2017   16:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

p-20160825-124621-593fb4633697739c688aebe8.jpg
p-20160825-124621-593fb4633697739c688aebe8.jpg
Pengantar

Kabupaten Poso Sulawesi tengah dikenal sebagai daerah konflik oleh masyarakat Indonesia. Peristiwa yang terjadi pada tahun 2000-an menjadi momen yang berkesan dan menjadi pelajaran berharga akan pentingnya NKRI. Banyak yang beranggapan bahwa keadaan Poso masih tetap sama dengan yang terjadi 16 tahun lalu. Menilik hal tersebut, universitas Hasanuddin mengadakan kerjasama dengan Kodam VII Wirabuana melalui kuliah kerja nyata yang disebut sebagai KKN Tematik NKRI Poso. KKN Tematik NKRI Poso tersebut tidak terlepas dari tri darma perguruan tinggi.

Melalui sambutan Bupati Poso saat pelepasan dan pembekalan KKN Tematik NKRI Poso di kodim 1703 Pamona Selatan,  mengatakan bahwa kabupaten Poso masih terbelenggu oleh stereotip dari luar. Oleh karena itu, mahasiswa KKN dapat membantu menghilangkan stereotip tersebut lewat media sosial tanpa memihak golongan tertentu atau menimbulkan isu-isu yang dapat memicu pandangan baru terkait konflik.

lokasi penempatan KKN NKRI Poso berada pada kecamatan Pamona Selatan dan Pamona Pusalemba. Lokasi tersebut tersebar di lima desa yakni Pasir Putih, Pendolo, Bangun Jaya, Dulumai dan Peura. Namun, dalam tulisan ini hanya berfokus pada satu desa yaitu Bangun Jaya. Pengambilan data dilakukan selama lima belas hari dengan mewawancarai instrument kunci dan beberapa warga. Adapun muatan dari tulisan ini terkait dengan kondisi geografis, demografis dan budaya masyarakat kabupaten Poso terkhusus pada desa Bangun Jaya.

Budaya Masyarakat Desa Bangun Jaya

Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso

Poso merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah dengan luas wilayah 8.712,25 km2. Secara geografis, Poso terletak pada pesisir pantai, sebagian lain terletak di perairan Teluk Tomini, Teluk Tolo, kawasan hutan dan lembah pegunungan. Kabupaten Poso memiliki penduduk sebanyak 225. 379 Jiwa dengan beragam suku dan agama. Selain itu, Kabupaten Poso juga memiliki 19 Kecamatan dengan ± 160 desa. Satu diantara beberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Poso yaitu KeSuku Pamona merupakan masyarakat pribumi yang hidup berdampingan dengan masyarakat transmigran seperti suku Bugis, Jawa, Bali, Toraja dan Lombok.

Hal ini dilihat dari realitas yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di Kecamatan Pamona Selatan, baik pada perbedaan suku, bahasa, maupun kepercayaan. Kebersamaan tersebut tidak lepas dari prinsip hidup suku Pamona yaitu Sintuwu Marosoyang dijadikan falsafah hidup. Sintuwu Marosoberasal dari dua suku kata ‘Sintuwu’yang diartikan sebagai persekutuan, persatuan, dan kesederhanaan, sedangkan ‘Maroso’ berarti kuat. Jadi, Sintuwu Marosodiartikan sebagai persekutuan hidup yang kuat. Prinsip inilah yang juga dipegang oleh masyarakat desa Bangun Jaya yang ada di Kecamatan Pamona Selatan.

Sebagian masyarakat yang mendiami Desa Bangun Jaya merupakan transmigran dari Jawa Timur pada masa orde baru. Transmigran mendapatkan fasilitas dari pemerintah berupa rumah, sembako, dan lahan kosong untuk bertani atau bercocok tanam. Selain suku Jawa, juga dihuni oleh suku Pamona, Bugis, Lombok, Bali, dan Toraja. Masyarakat yang mendiami Bangun Jaya sebagian besar bukan masyarakat pribumi. Kondisi dan potensi wilayah Kabupaten Poso khususnya Kecamatan Pamona Selatan telah memberikan daya tarik bagi masyarakat luar. 

Secara administratif, sebelah utara berbatasan dengan desa Pendolo, timur berbatasan dengan Maya Jaya, barat berbatasan dengan Pandayora dan sebelah selatan berbatasan dengan Maya Jaya. Secara demografi, jumlah penduduk yang bermukim di Bangun Jaya sebanyak 532 jiwa dengan 159 kepala keluarga. Penduduk yang mendiami desa Bangun Jaya  mayoritas suku jawa sebanyak 244 jiwa dan suku Bugis sebanyak 241 jiwa. Sedangkan suku Lombok berjumlah 9 jiwa, Bali berjumlah 3 jiwa, Pamona berjumlah 2 jiwa dan Toraja sebanyak 2 jiwa. Keseluruhan penduduk tersebut memeluk agama Islam dengan persentase 100%.

Bahasa yang digunakan masyarakat Bangun Jaya adalah bahasa daerah suku Jawa, bahasa daerah suku Bugis dan bahasa Indonesia. Umumnya, penggunaan bahasa Indonesia digunakan dalam situasi formal seperti, rapat aparat desa, proses belajar mengajar dan sebagainya. Hal ini, berbeda dengan kedudukan bahasa daerah yang digunakan masayarakat dalam berkomunikasi sehari-hari.    

Masyarakat Bangun Jaya juga mengikuti perkembangan zaman, alat-alat teknologi telah banyak digunakan, baik pada bidang komunikasi, pertanian, elektronika, maupun peralatan rumah tangga. Pada bidang komunikasi; seperti handphone dan telepon umum, alat pertanian; seperti generator, cangkul, parang, sabit dan sejenisnya. Pada bidang elektronik; seperti televisi, laptop, komputer, radio dan sebagainya. Selanjutnya, peralatan rumah tangga seperti kulkas, kompor gas, rice cooker, dan dispenser.       

Sistem Mata pencaharian masyarakat desa Bangun Jaya pada umumnya bertani, berkebun, beternak, dan berdagang. Dalam kesehariannya, masyarakat menggarap sawah, menanam sayur-sayuran dan umbi-umbian, serta beternak sapi, kambing dan ayam. Sebagian hasil yang didapatkan masyarakat dipasarkan ke berbagai daerah di Pamona Selatan secara khusus dan Poso pada umumnya. 

Desa Bangun Jaya, seperti daerah-daerah lain juga memiliki struktur pemerintahan yang dipimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu beberapa jajarannya. Kepala desa berwenang mengatur dan membuat undang-undang desa untuk mencapai kemakmuran desa. Bukan sekadar itu, kepala desa juga berfungsi sebagai roll model, penggerak, dan pemimpin bagi warganya. Selain itu, terdapat organisasi lain diantaranya: Bankamdes, pengajian, dan adat.

Badan Keamanan Desa atau yang di singkat Bankamdes dibentuk dengan tujuan memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat desa. Bankamdes merekrut masyarakat desa sebagai suatu bentuk perwujudan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang direkrut merupakan warga desa Bangun Jaya dengan pertimbangan bahwa dapat memudahkan penjagaan keamanan. Bankamdes juga memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang ketua. Tugas utama Bankamdes yakni membantu polisi masyarakat untuk menyelesaikan masalah kriminal di masyarakat.

Pengajian masyarakat Bangun Jaya terbagi dua yaitu pengajian khusu kaum laki-laki dan pengajian khusus perempuan. Pengajian oleh kaum laki-laki dilaksanakan setiap malam Jumat, sedangkan kaum perempuan pada Jumat sore. menilik hal tersebut, pengajian dilakukan dengan alasan memberikan nuansa keakraban setiap warga. Bukan hanya itu, seperti yang diketahui bahwa pengajian memiliki nilai-nilai kearifan lokal yakni dapat menumbuhkan persatuan dan menjaga tali silaturrahmi antara sesama manusia. Betapa pentingnya kegiatan pengajian bagi masyarakat Bangun Jaya hingga tetap mempertahankan dan melestarikan kegiatan tersebut yang sarat akan makna.  

Pengetahuan masyarakat dalam bercocok tanam khusunya padi, sayur, durian dan tanaman lain sebagian didapatkan dari penyuluhan pertanian oleh pemerintah dinas pertanian. Sebagian lain didapatkan dari pengalaman kerja yang di dapat dari luar. Hal ini, memberikan dampak pada hasil pertanian yang kualitas dan tingkat kesuburan lebih meningkat secara signifikan.

Masyarakat Bangun Jaya secara keseluruhan beragama Islam sehingga dalam kesehariannya bertindak sesuai dengan aturan agama. Walaupun demikian, masyarakat juga tidak menafikkan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Artinya, masyarakat mematuhi aturan agama sekaligus mematuhi aturan dari pemerintah daerah.

Selain itu, ritual adat juga dilaksanakan seperti upacara keagamaan yang dilakukan pada saat kehamilan, kelahiran dan kematian.  Pada kehamilan bulan ke-tujuh masyarakat mengadakan upacara yang disebut tingkebanuntuk memohon agar anak yang di dalam kandungan sehat dan lahir tanpa cacat. Sajian dalam upacara tersebut berupa nasi, sayur urap, ayam ingkung(ayam dibakar kemudian dimasak dengan santan), dan kue tradisional. Tuan rumah akan mengundang warga disekitar sebanyak 40 orang untuk turut mendoakan. Selesai mendoakan mereka akan pulang dengan membawa bingkisan nasi yang dinilai sedekah bagi tuan rumah.

Keadaan pahit yang dulu diberitakan media, kini berubah menjadi Damai, Aman, dan Sejahtera. Konflik yang dulu terjadi tak terlihat sedikitpun, keramahan dan kesopanan masyarakat Poso memberikan indikasi bahwa apa yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu kini ditinggalkan dan mengarah pada perbaikan yang lebih baik lagi. Konflik karena perbedaan tak terjadi lagi dan yang terlihat hanya silaturrahmi antara masyarakat Poso.

Penulis : Asmita Hamzah (Universitas Negeri Makassar)

Erma Rosdiana (Universitas Hasanuddin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun