Drama pertemuan diplomatik  antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un menyita perhatian dunia, setelah sebelumnya Presiden Trump membatalkan pertemuan dengan Presiden Kim yang direncanakan pada tanggal 12 June 2018 di Singapur.
Rencana pertemuan itu dibatalkan menyusul pernyataan dari Wakil Menteri Luar Negeri Korea utara Choe Son Hui ke Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence sebagai seorang yang bebal dan bodoh . Selain itu Korea Utara juga mengancam akan melancarkan pertunjukkan nuklirnya apabila Amerika Serikat membatalkan pertemuan dengan Korea Utara.
Kemarahan Korea Utara ini cukup beralasan setelah pernyataan Mike Pence yang mengancam nasip Korea Utara bisa berakhir sama dengan Libya, ketika Muamar Gaddafi mengumumkan untuk mengakhiri program nuklirnya pada tahun 2003, akan tetapi berakhir naas setelah mati terbunuh oleh pemberoktak di negaranya sendiri.
Akan tetapi ada fakta lain yang terungkap bahwa pembatalan pertemuan itu juga dipicu oleh keengganan dan kurangnya kordinasi oleh pihak Korea Utara mengenai perhatian Kim akan jaminan keselamatannya termasuk jaminan bahan bakar yang cukup untuk 6000 mil penerbangan mengingat  begitu jauhnya jarak dari Korea Utara ke Singapur.
Meskipun Trump mengumumkan pembatalan pertemuan dengan Kim Jong Un, Trump tetap membuka peluang pertemuan itu tetap berlansung apabila Kim merubah sikapnya untuk mengirim surat dan menelponnya.
Dilain pihak, pembatalan ini juga memantik kegusaran dari Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang mengungkapkan kekecewaannya dengan mengatakan reaksi politik dari Washington sangat membingungkan.
Kegusarana Presiden Moon ini cukup berasalan mengingat perdaimaian di semenanjung Korea akan memberikan manfaat ekonomi politik yang sangat besar begitupun sebaliknya resiko peperangan akan menghacurkan ekonomi Korea Selatan dengan mudah apabila Korea Utara memutuskan untuk melakukan gencatan nuklir.
Akan tetapi untuk sementara ada angin sengar terutama untuk negara-negara di Asia Pasifik yaitu Menteri Sekertaris Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo baru saja bertemu dengan perwakilan negara Korea Utara Jenderal Kim Yong Chol di New York selama dua hari.
Kim Yong Chol sendiri adalah orang kepercayaan Kim Jong Un dan sudah menjadi loyalis keluarga Kim sejak masa pemerintahan Kim Jong-il.
Sementara itu, Presiden Trump juga sedang menunggu surat resmi dari Kim Jong Un yang berisi proses diplomasi dikedua belah pihak. Meskipun dari pertemuan Pompoe dengan Kim Yong Chol belum bisa dipastikan bahwa pertemuan itu akan tetap berlansung mengingat uletnya negosiasi antara kedua belah pihak.
Politik Di Belakang Tirai