Mohon tunggu...
Asmiati Malik
Asmiati Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Political Economic Analist

Political Economist|Fascinated with Science and Physics |Twitter: AsmiatiMalik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Naiknya Harga Minyak Dunia dan Anjlokya Rupiah

10 Mei 2018   12:46 Diperbarui: 10 Mei 2018   13:26 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi, Photograph: Hasan Jamali/AP

Presiden Donald Trump baru saja mengumumkan bahwa Amerika akan mengundurkan diri dari perjanjian kesepakatan nuklir dengan Iran yang menyebabkan melambungnya harga minyak dunia.

Perjanjian kesepakatan itu disetujui dimasa pemerintahan Barack Obama oleh 7 negara termasuk China, Perancis, German, EU, Iran, Russia, Inggris, dan Amerika Serikat pada tanggal 14 Juli 2015.

Keputusan Trump untuk mengundurkan diri dari kesepakatan Nuklir tersebut sudah lama diantisipasi mengingat kebijakan luar negeri Trump selalu bersebrangan dengan kebijakan Barack Obama. Kedekatan Trump dengan Arab Saudi diduga juga menjadi penentu keputusan Trump untuk menjatuhkan sanksi yang lebih berat kepada Nuklir.

Keputusan Trump ini menyebabkan pergerakan harga minyak dunia mencapai harga yang paling tinggi pada hari rabu $77.20 perbarel semenjak tahun 2014. Keputusan sepertinya merupakan upaya untuk menaikkan harga minyak bumi, yang selama ini sudah jatuh pada harga $34.62 perbarel, titik terendah ditahun 2016.

Pergerakan harga minyak dunia baru menunjukkan kenaikan signifikan bulan Desember 2017 pada harga $69.08 perbarel, terutama sejak terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika pada 20 Januari 2017.

Trump akan menjatuhkan sanksi yang lebih berat pada Iran untuk menekan pengembangan senjata Nuklirnya.

Kebijakan tentunya menjadi berita menggembirakan untuk sebagain besar negara penghasil minyak mentah di negara timur tengah termasuk Arab Saudi, Kuwait, dan Negara Federasi Arab lainnya.

Peningkatan harga minyak mentah akan menguntungkan mereka, mengingat Arab Saudi sendiri sudah sangat gelisah dengan berkurangnya pendapatan negara sejak tergerusnya harga minyak dunia pada tahun 2014, yang menyebabkan mereka salah satu perusahaan minyak terbesar didunia Saudi Aramco harus go public untuk mencari sumber dana baru untuk perekonomian mereka.

Tetapi kebijakan Trump ini membawa berita buruk untuk kebanyakan negara-negara Asia yang membeli minyak mentah dari Iran, termasuk China, Jepang, India, Korea Selatan, dan Indonesia.

Mengingat negara-negara ini merupakan salah satu pengimpor minyak mentah dari Timur Tengah termasuk Iran.

 Iran China sendiri mengimpor 24% minyak mentahnya dari Iran, menyusul 18% India, 14%Korea Selatan dan Indonesia sendiri mengimpor 14 kargo dengan muatan 600ribu metric ton

Dampak pergerakan harga minyak mentah dunia ini akan sangat berpengaruh bagi perekonomian Indonesia, mengingat besarnya jumlah impor BBM yang hampir mencapai 70% dari kebutuhan BBM dalam negeri, yang selalu menunjukkan trend kenaikan menyusul bertambahnya jumlah penduduk.

Hal ini juga yang menyebabkan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang sudah mencapai Rp.14.084,00 mengingat besarnya impor Indonesia yang tidak sebanding dengan penghasilan dari ekspor.

Volatilitas harga minyak ini akan sangat berdampak pada peningkatan dan gairah investasi di Indonesia sendiri, karena biaya produksi akan semakin bertambah. Apalagi jumlah besaran utang luar negeri dalam bentuk Dollar AS masih mendominasi.

Bagi Indonesia, tidak ada jalan cepat untuk mengatasi hal ini, karena jumlah penduduk akan terus bertambah, terkecuali pemerintah mengambil langkah untuk mengembangkan teknologi energi terbarukan, meningkatkan lifting minyak, serta menemukan ladang minyak baru.

Mengingat begitu dinamisnya politik di negara-negara penghasil minyak mentah bisa saja menyebabkan kenaikan harga minyak dunia diatas $100/barel. Ini tentunya sangat berpengaruh bagi perekonomian Indonesia kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun