Mohon tunggu...
Asmiati Malik
Asmiati Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Political Economic Analist

Political Economist|Fascinated with Science and Physics |Twitter: AsmiatiMalik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Betul Indonesia Mengalami Krisis Kepemimpinan?

15 April 2018   11:47 Diperbarui: 16 April 2018   17:05 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan Anis Matta yang diliput di kompasmedia menyatakan bahwa sekarang ini Indonesia mengalami krisis kepemimpinan dan mengharapkan negara dengan sosok kepemimpinan seperti di zaman Nabi Sulaiman, menarik untuk diulas.

Sebenarnya kalau dilihat dari perspektif sejarah Indonesia, sudah banyak terjadi perubahan terutama keragaman aktor-aktor yang mengambil bagian dan peran diajang kompetisi politik dibandingkan dijaman orde lama, dimana orang yang memegang tampuk kepemimpinan hanya orang yang dekat dengan kaum elit.

Kemudian setelah terjadi transformasi demokrasi ke orde reformasi, dalam proses perubahan tersebut tidak terjadi dengan matang, sehingga secara sistem orang yang muncul diajang kontestasi politik hanyalah orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi atau dalam Bahasa ilmu politiknya disebut dengan oligarch dan memiliki kedekatan dengan elit politik. Sehingga, keragaman aktor berubah menjadi orang yang dekat dengan elit dan orang yang memiliki uang.

Sistem politik Indonesia yang menganut demokrasi yang sepatutnya berdasar pada nilai-nilai Pancasila terutama unsur keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak tercermin dengan baik pada setiap ajang kontestasi politik. Karena orang yang tidak memiliki kemampuan ekonomi jangan berharap bisa ikut dalam ajang ini.

Mahalnya biaya politik menyebabkan orang yang memiliki kemampuan kepemimpinan, hati yang bersih tapi tanpa kemampuan keuangan tidak akan mampu ikut bersaing.

Kalaupun dia sanggup ikut bersaing dengan bantuan dari kolega atau orang yang mendanainya, maka dia akan terikat untuk balas budi dan memenuhi kepentingan orang yang mendukungnya.

Oleh karena itu banyak kita lihat orang yang dulunya idealis, bersih, dan berkualitas, bahkan didukung dengan jenjang dan kemampuan akademis yang tinggi, seketika berubah ketika dia telah berada pada pusaran politik kepentingan.

Demokrasi Mahal

Sama saja ketika ketika muncul Partai politik baru yang membawa angin segar dan semangat perubahan pada awal-awalnya seperti ketika Demokrat, PKS, dan partai lainnya muncul, pada akhirnya juga terjerambab pada kepentingan pemilik uang dan partai.

Oleh karena itu, saya pesimis dengan munculnya partai baru sekarang ini seperti Partai Solidaritas Indonesia ataupun Partai Berkarya mampu membawa perubahan selama sistem politik Indonesia, karena memang secara desain masih sangat mahal (Demokrasi Mahal).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun