Rampung dengan buku-buku yang ku beli, aku rehat di toko kopi sebelah. Toko kopi yang tidak terlalu besar ini lumayan ramai, mungkin orang-orang juga merayakan menjelang akhir pekan.
Cappuchino dengan gula, aku kembali membolak-balik buku karangan penulis favoritku juga kembali teringat adegan tidak biasa di deretan rak tadi. Maksud ku tidak biasa, adegan-adegan yang selama ini hanya ku tonton dalam drama atau ku baca di cerita fiksi itu rasanya terlalu aneh untuk di alami sendiri: orang asing yang menyapa di toko buku. Aku jadi nyengir sendiri.
Aku masih nyengir, saat tiba-tiba,Â
"Permisi Mbak, saya join boleh? gak ada meja lagi nih, tapi terlanjur pesan untuk ngopi di tempat."
Sisa nyengirku masih ada saat aku menoleh, Aduh, panjang umur, batinku.
"Eh, oh, iya, silahkan", kataku mengiyakan. Tidak lupa nyengir canggung.
"Makasi ya Mbak, maaf ya jadi ganggu", katanya sambil meletakkan cangkir kopinya di atas meja, juga kantong bukunya.
Duduklah dia di sana. Di hadapan ku. Sambil tersenyum, dia mengucapkan terima kasih dan maaf lagi.
Aku hanya balas tersenyum canggung.
Rasanya ini hari yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H