Mohon tunggu...
Asmawatty Lazuardy
Asmawatty Lazuardy Mohon Tunggu... -

Hidup Untuk Disyukuri\r\nHidup Untuk Sukses\r\nHidup Untuk Berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Rise of True Love... ♥2♥

5 Oktober 2011   08:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:19 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jasmine menopang dagunya di atas bantalan kayu jendela yang kedua daun pintunya terbuka lebar.

Sepasang matanya tajam menatap pria yang duduk melengkung seperti patung ‘The Thinker’-nya Auguste Rodin… Diam tak bergeming di sebuah ruangan dalam pondok. Ruangan khusus yang disebut Daeng Siti sebagai kantornya Pak Junior alias Pak Adit alias Brahma Aditya.

Kantor? Kening Jasmine berkerut. Mungkin karena tidak dilihatnya satupun furniture atau benda-benda yang dapat mengindikasikan ruangan itu sebagai sebuah kantor.

Hanya ada sebuah cabinet, entah berisi apa. Dan sebuah kursi tanpa kaki, namun berpunggung panjang yang nampak sangat nyaman bila penat disandarkan di sana. Lalu sebuah laptop yang kini tengah dikangkangi seseorang yang seolah tak akan hengkang sekalipun tsunami datang. Kemudian terlihat, beberapa handy talky, dan alas tempat tidur.

Apa yang dikerjakannya hingga pulau seindah ini tak menarik perhatiannya sedikit pun? Dan memilih duduk diam dengan kening berkerut menatap layar biru bisu.

Jasmine coba mengangkat dirinya dengan mengandalkan kedua sikunya. Hap! Kepalanya lalu dijulurkan masuk lebih dalam agar bisa mencuri informasi dari screen kotak 17 inci.

Pria itupun tidak terusik. Jarinya masih bermain di atas touch pad. Menyiksa tombol scroll… page up... page down… Lalu, berkerut lagi. Ketak-ketik lagi. Hmm… pasti masa kecilnya, jago main gundu, nih orang. Jasmine mencibir.

Okelah, di tangannya mungkin ada 15 perusahaan. Dan Jasmine bukannya tidak tahu, macam mana Richard Bronson mengendalikan perusahaannya yang mendunia. Sir Richard yang ganteng itu, cukup duduk setengah rebahan di atas tempat tidur gantung di sudut salah satu vila di pulau pribadinya di Karibia sana.

Tapi, milyuner sekaliber Sir Richard saja, masih bisa wawancara, masih bisa bercanda dengan semua hewan peliharaannya…. Yang ini mah, benar-benar kebangetan ! Sudah segala daya dicoba menarik perhatiannya, screen bisu itu yang tetap menyedot perhatiannya. Jasmine kembali mencibir.

Baiklah…baiklah…, Determinasi Jasmine akhirnya rontok. Perutnya tak sanggup lagi menanggung bobot tubuhnya yang menjorok ke dalam pondok itu.

“… ada milyuner yang takut kehilangan a single penny bila sehari tidak bersetubuh dengan layar lepi…, “Jasmine bergumam sendiri. Sepasang kakinya yang lama menggantung, dijejakkan kembali ke atas permukaan tanah.

“Yu-huuu… aku bebas…!!! Aku kan kembali ke mana diriku pernah ditemukan terbaring setengah mati…!! Yu-huuu…!!!”

Jasmine berlari sepanjang pantai. Berlari… dan berlari. Bebas… lepas…. seperti Rapunzel yang terbebas dari menaranya yang tinggi.

Kumpulan rambutnya yang hitam legam… turut berlari mengikuti. Angin pantai riang gembira, memperebutkan tiap helainya untuk disisir. Bergerak seirama alur angin dan tapak kakinya yang meninggalkan jejak di atas pasir…

Jasmine seperti tengah menemukan surganya…

*

Sudah seperempat jam lebih, Aku mencarinya.

Dan entah sudah berapa kali, aku bolak-balik antara ceruk yang menjorok ini…, dengan hutan kecil di daratan sana… Sekeliling pondokpun… tidak ada. Kemana yaa?

Ini menyebalkan sekali. Aku paling tidak suka main hide and seek. Apalagi jadi kucingnya yang harus pergi mencari tikus. Seperti sekarang ini…

Kemana gadis nakal itu ? Jangan-jangan…Ah, tidak mungkin ! Kalau dia sampai berani berpikiran seperti itu lagi, selamanya pun tak akan kumaafkan… Tidak, tidak akan !

Cukup dua kali, aku menggendongnya dari atas permukaan pasir basah. Kalau sampai terjadi untuk ketiga kalinya, lebih baik mati saja kau sekalian… Hidup begitu berharga, seenaknya saja dia menyia-nyiakannya…

Aku masih berputar-putar. Matanya nanar menatap ke setiap sudut pantai yang bisa ditangkapnya. Tiba-tiba…plukk ! Sebuah ‘bluluk’ atau buah kelapa yang masih bayi menimpa bahuku…

Otakku cepat bekerja. Hm… dia pasti sembunyi di sana.

Aku bergegas menuju batang nyiur yang tak jauh dari pantai… Barangkali lebarnya batang nyiur itu telah berhasil menyembunyikan si gadis yang memang bertubuh semampai.

Harapanku nihil… Gadis itu tak di sana…

Ah, sudahlah… ngapain juga dicari. Tak ada jalan keluar dari pulau ini selain jalan air dan udara. Dan itu pun hanya bisa dilakukan dengan kapal yang otorisasinya hanya milikku saja. Atau heli yang hanya akan datang atas command dariku.

Tidak-tidak, tidak mungkin dia berani mencelakakan dirinya sendiri seperti beberapa waktu yang lalu. Percuma saja, selama ini aku susah payah mengembalikan esensi kehidupannya kembali. Tidak-tidak… belakangan ini, fisik dan mentalnya sudah tidak lagi nampak ringkih. Bahkan aku sendiri kagum, dengan perkembangan yang begitu cepat pada dirinya. Aku berani bertaruh, bahwa di masa lalu dia adalah gadis dengan kepribadian yang kuat…

Aku masih bergulat seru dengan batinku. Hingga tak sadar, sampailah aku di depan pondok. Dan geram bukan kepalang, saat kuliat si ‘jerry tikus’ itu ternyata sedang unclang-unclang kaki di atas tangga kayu dengan bibir belepotan bumbu ikan bakar…

“Welcome back, Warrior! Ngga seru kan, main petak umpet sendirian? Nyarinya kemana aja, kok ngga ketemu?”

Entah dia dengar atau tidak bunyi gemeletuk dari rahangku yang beradu gigi belakang. Namun kuyakin wajah angkerku sudah cukup sebagai pemberitahuan kekesalanku…

***next episode will be coming soon***

Gambar dari sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun