Mohon tunggu...
azis asmarokondie
azis asmarokondie Mohon Tunggu... -

Graphic Desainer at DPU Daarut Tauhiid Jakarta | DKV | Independent Mountaineering | Relawan Kemanusiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mendaki, Seni Mengantisipasi Keadaan

19 Agustus 2014   23:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:07 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendaki kini rupanya sudah menjadi hobi banyak kalangan. Tua maupun muda, berpengalaman atau tidak. Semenjak muncul film yang dalam ceritanya mengambil latar di sebuah gunung di jawa timur, banyak orang berbondong-bondong ingin mendaki.

Mendaki adalah olahraga luar ruang yang ekstrem. Nyawa menjadi pertaruhan dalam kegiatan ini bila dilakukan dengan sembrono. Tidak sedikit kasus kecelakaan di gunung yang berakhir kematian bagi para pelakunya. Namun, bila dilakukan dengan persiapan yang baik, kegiatan mendaki bisa menjadi kegiatan yang paling menyenangkan.

Antisipasi dalam pendakian
Saya sendiri bukan pendaki yang lahir dari kelompok pecinta alam manapun.  Tapi, mendaki bersama orang-orang yang berpengalaman membuat saya belajar banyak hal tentang dunia pendakian.

Salah satu hal yang saya pahami dalam mendaki adalah tentang mengantisipasi keadaan. Keadaan apapun bisa terjadi selama pendakian. Mulai dari yang serius sampai hal yang remeh temeh.

Sebagai contoh mendasar adalah dingin. Semua kita tahu bahwa di gunung iklim lebih dingin dari pada di kota, bahkan bisa sangat sangat dingin. Jadi antisipasinya adalah menyiapkan jaket, sarung tangan, sleeping bag untuk tidur, tenda untuk menghalau angin, dan lainnya. Kalau dinginnya sangat maka antisipasinya adalah menyiapkan hal-hal tadi dengan spesifikasi khusus.

Contoh lain yang sederhana adalah diare. Ya diare, mungkin jarang dialami para pendaki. Tapi itu sangat mungkin terjadi, apa lagi kalau makanan yang kita makan tidak sehat. Jadi kita harus menyiapkan obat diare. Apakah selama ini obat diare ada didalam kotak P3K kita saat mendaki?? Mungkin mayoritas kalian yang membaca ini akan tersenyum dan bilang tidak. Tapi coba bayangkan kembali seandainya benar kita terserang diare diatas gunung, saya cuma bisa bilang "selamat menikmati". 

Kelihatannya membawa obat diare adalah hal yang sangat remeh. Tapi kalau benar terjadi dan kita tidak punya antisipasi (dengan membawa obat diare) maka fatal akibatnya. Diare » sakit perut » sering buang air besar » WC tidak ada » makan sulit » kekurangan cairan » badan lemas » daya tahan tubuh rendah » kedinginan » hypothermia. Apakah itu semua tidak cukup menyiksa?? *think

Tulisan ini bukan tentang diare atau dingin. Ini tentang mengantisipasi keadaan. Yang ingin saya tekankan adalah keadaan apapun bisa terjadi saat mendaki dan buatlah keadaan itu tidak terjadi!

Kembali ke kasus diare. Kalau yang kita bicarakan adalah tentang 'antisipasi' maka ukuran suksesnya adalah kita tidak diare. Jadi bentuk antisipasinya adalah pastikan makanan dan minuman yang kita makan sehat, bersih, dan bergizi. Menyiapkan obat diare adalah bentuk 'antisipasi' tingkat berikutnya.

Jadi, kita harus memahami hal-hal apa saja yang mungkin terjadi saat mendaki dan kita siapkan antisipasinya. Selamat mendaki

#SafetyHiking #FunHiking

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun