Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wabah Corona dan Ustaz Karim

27 Maret 2020   13:48 Diperbarui: 27 Maret 2020   14:26 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah untuk pertama kalinya dalam hidupku, merasa pilu di hati saat waktu Jum'at. MUI dan pemerintah menghimbau agar Jum'at ditiadakan dan sholat Zuhur di rumah.

Membandel dari imbauan tersebut, aku coba berangkat ke masjid, tapi apakan daya, aku harus menelan pil pahit sambil melongo melihat masjidnya tutup. Di sekelilingnya sepi dan tidak ada ummat di situ. Jangankan jamaah, takmir masjidpun tidak ada, sekali lagi sepi.

Memang saat masuk waktu sholat suara azan lantang terdengar dari menara masjid, panggilan yang dulu dikumandangkan bilal bin rabah itu masih tetap mengangkasa, tapi fungsinya sudah berkurang dari yang sejatinya memanggil orang sholat, menjadi pemberitahuan bahwa waktu sholat sudah masuk.

Lama aku termangu, duduk sendiri di teras masjid yang sepi, ingatanku melayang ke masa silam, ke masa kanak-kanak dahulu. Jum'at merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan panjang hidupku.

Hari Jum'at itu merupakan hari yang istimewa bagiku dan teman-teman sebayaku di kampung. Bila hampir masuk waktu sholat Jum'at, kamipun bersiap-siap, mandi sampai bersih, dan berdandan dengan pakaian yang rapi, lalu berangkat ke masjid.

Bagiku dan anak-anak sebaya waktu itu, selagi badan sehat dan bisa berjalan maka tidak ada alasan untuk tidak ke masjid pada hari Jum'at, dan bagi yang tidak ke masjid pada hari itu seolah akan menanggung aib di mata teman-teman.

Kenanganku terus surut ke belakang, teringat pula sosok Ustaz Karim yang selalu menekankan arti pentingnya sholat berjamaah, termasuk di antaranya sholat sholat Jum'at.

Bagi kami yang menjadi murid-murid beliau diterapkan aturan jika tidak sholat Jum'at akan dihukum dengan cubitan. Cubitan beliau itu tidaklah sakit, tapi meninggalkan rasa malu yang membekas dalam hati. Malu sama teman-teman karena mendapat hukuman dari Ustadz Karim.

Habis masa sekolah dasar tradisi itu mulai berkurang, dan meskipun ajaran Ustaz Karim masih tersimpan dalam otak, namun setelah dewasa, tidak semua murid Ustaz Karim menjadi manusia yang taat menjalankan perintah-Nya.

Aku termasuk orang yang tinjau-tinjau belukar dalam hal ibadah Jum'at, kadang sholat terkadang abai jua, Sholat Jum'at tidak lagi menjadi bagian yang terpenting dalam hidup ini.

Kini, ketika usia sudah hampir maghrib, saat kesehatan sudah mati pajak, barulah mulai kesadaran itu tumbuh kembali, kesadaran akan arti pentingnya ajaran Ustaz Karim, menghambakan diri pada Illahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun