Kedengarannya sangat lucu, lucu sekali, karena pemahaman kita tentang calon independen itu adalah seseorang yang terlepas bebas dari dukungan partai politik, dan disebabkan karena tidak didukung partai itulah sebenarnya dia disebut sebagai calon idependen. Keanehan sikap partai politik yang sedemikian rupa ini, menjadi suntikan tenaga bagi AHOK untuk tambah leluasa menuai simpati dari rakyatnya.
Jika kader partai ada yang lebih berkwalitas dan bermoral, sebenarnya sangat banyak titik lemah AHOK. Keberhasilannya memimpin DKI belum sebanding dengan mulut besarnya, Macet dan banjir juga belum terselesaikan dengan baik. Reklamasi pantai Indah Kapuk juga menjadi isu yang negatif bagi kebijakannya.
Gaya kepemimpinannya provokative, bukan persuasif educative, kurang tata krama, dan adab sopan santun, gayanya jauh dari adat ketimuran, dari mulutnya selalu berhamburan kata-kata kotor, seperti rampok, bajingan, keparat, yang semestinya tidak diucapkan oleh seorang pemimpin. AHOK memimpin dengan gaya preman pasar yang penuh dengan caci maki.
Pemimpin yang seperti ini dapat merusak KULTUR masyarakat Indonesia  yang sejatinya menjunjung tinggi adat ketimuran, namun karena tidak ada pilihan lain maka masyarakat menjatuhkan pilihannya kepada yang membawa kebenaran substansial. Masyarakat lebih memandang langkah dan kebijakan AHOK ketimbang mendengar ucapan kotor yang keluar dari mulutnya, maka jadilah AHOK sebagai seorang PEJUANG, yang sampai hari ini masih bertengger dipuncak polpularitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H