Mohon tunggu...
Antawirya
Antawirya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

خير الناس انفعهم للناس... "sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Petung Kriono Yang Rawan Longsor, Sedulur Baru Pak Cipto

30 Januari 2025   07:19 Diperbarui: 30 Januari 2025   07:19 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PETUNG KRIONO YANG RAWAN LONGSOR, SEDULUR BARU PAK CIPTO 

Dr dr Budi Laksono MHSc 

Saya dulu milih penempatan tugas dokter di Petung Kriono karena tidak ada dokternya. Sayang ketika hadap kepala Dinas, pak Dr. Djazuli kurdi, ditempatkan di kecamatan Kandang serang yang akan ditinggalkan Dr. Hasyim yang akan turun ke kota. Kini saya di Petung Kriono dan melihat suasana. 

Petung Kriono memang daerah bukit terjal. Sepanjang jalan, rumah rumah banyak bertingkat karena ber tebing. Ketika saya harus nginap, maka saya cari penginapan. Disini sudah jadi desa wisata. Penginapan banyak. Di belakang kecamatan ada yang kosong satu. Bagus, Tetapi tanah depannya longsor. Orangnya ramah wisata sudah. Tetapi ngeri karena tanah longsor nyata. Kemudian ke bawah arah penginapan lain. Bagus. Tetapi ngeri juga. Dibelakangnya, tebing tinggi sekali. Suasana masih hujan, maka rasa ngeri untuk nginap. Saya mikir cari yang lain yang lebih secure the longsor, karena saya bawa team, istri, yang tugas nyopir cadangan mobil kami, karena tanganku sudah mulai neuritis. Kedua, anak yang mau lulus dokter, tugasnya nanti koordinasi, anak satu lagi yang mahasiswa Fakultas Kedokteran Undip. Yang tugasnya menyiapkan akomodasi team. Memang ini misi bakti, misi edukasi. Juga misi paket hemat karena tidak mudah cari relawan gratis saat ini. Ketika beranjak dari penginapan ke arah kota, ada ibu-ibu tua menyapa, mau kemana. Saya jawab cari penginapan. Beliau matur, lha monggo nginep teng kulo. Saya spontan tanya, Boleh? Dijawab, "ya boleh... Tetapi saya tak bisa layani, karena saya kena stroke". Jawab ibu sambil pegang tongkat nya. Maka saya tanya, "Bayar berapa? " Ibu menjawab, "nggak usah bayar" Terharu hati saya. Saya lihat ada 3 kamar. Maka saya setuju. Saya jemput team dan masuk. Setelah mereka di rumah pak Sucipto, yang pensiunan PLKB ini, saya nyaman untuk kerja menyiapkan HUNTARA. SEMANGAT, .... AMANLAH PETUNG KITA. 

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun