Mohon tunggu...
Antawirya
Antawirya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

خير الناس انفعهم للناس... "sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

RPB Cabai Batu Bara : Simbol Transformasi Industri Pedesaan

17 Januari 2025   15:38 Diperbarui: 17 Januari 2025   15:38 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RPB Cabai Batu Bara: Simbol Transformasi Industri Pedesaan

Oleh Muhammad Nur

Kabupaten Batu Bara di Sumatera Utara telah mengambil langkah signifikan dalam mengindustrialisasi sektor pertanian pedesaan melalui pendirian Rumah Produksi Bersama (RPB) khusus untuk komoditas cabai. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan nilai tambah produk pertanian lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. RPB ini didorong oleh potensi daerah. Kabupaten Batu Bara memiliki lahan pertanian cabai seluas 1.200 hektar, dengan Kecamatan Lima Puluh Pesisir sebagai kontributor terbesar yang mengelola lebih dari 800 hektar lahan cabai. Kondisi geografis dan iklim yang mendukung menjadikan daerah ini sebagai salah satu penghasil cabai utama di Sumatera Utara. Untuk mengatasi fluktuasi harga dan kerentanan produk cabai segar, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM mendirikan RPB di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir. RPB ini difokuskan pada pengolahan cabai menjadi cabai giling (pasta cabai), yang dapat memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai jual produk.  Dengan adanya RPB, petani cabai diharapkan dapat memperoleh harga yang lebih stabil dan adil, mengurangi ketergantungan pada tengkulak, serta meningkatkan kesejahteraan mereka. Selain itu, RPB berperan dalam menekan laju inflasi daerah dengan menjaga stabilitas harga cabai di pasaran. Wakil Menteri UMKM, Helvi Yuni Moraza, menyatakan bahwa RPB ini merupakan upaya pemerintah dalam memberikan nilai tambah bagi produk lokal dan mendorong hilirisasi komoditas pertanian.

Simbol Transformasi industri dari pedesaan dan  Harapan ke Depan

Meskipun RPB telah diresmikan, tantangan masih ada dalam memastikan operasional yang efektif dan partisipasi aktif dari petani. Diperlukan pendampingan berkelanjutan, akses pasar yang adil, dan transparansi dalam pengelolaan RPB oleh koperasi agar tujuan industrialisasi pedesaan melalui pengolahan cabai ini dapat tercapai. Inisiatif RPB cabai di Batu Bara menjadi simbol transformasi industri dari pedesaan, menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, komoditas pertanian dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, telah mengambil langkah berani melakukan transformasi sektor pertanian lokal melalui pendirian Rumah Produksi Bersama (RPB) untuk cabai. Inisiatif ini bukan sekadar upaya meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian, tetapi juga merupakan simbol transformasi industri dari pedesaan yang menawarkan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah. RPB cabai di Batu Bara menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, komoditas pertanian dapat menjadi motor penggerak kemajuan.

Mengubah Tantangan Menjadi Peluang dan Berdampak pada Ekonomi dan Sosial

Batu Bara memiliki keunggulan geografis dan iklim yang mendukung budidaya cabai. Dengan luas lahan mencapai 1.200 hektar, daerah ini berpotensi menjadi salah satu produsen cabai terbesar di Sumatera Utara. Sayangnya, selama ini hasil panen cabai seringkali terjebak dalam fluktuasi harga yang merugikan petani. Ketergantungan pada pasar segar membuat petani rentan terhadap permainan tengkulak dan penurunan harga saat panen raya. Melalui pendirian RPB di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, pemerintah berupaya mengatasi tantangan ini. Dengan dukungan penuh pemerintah pusat dan daerah untuk pendanaan pendirian bangunan, permesinan, RPB ini dirancang untuk mengolah cabai menjadi pasta cabai yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Pasta cabai tidak hanya memperpanjang umur simpan produk, tetapi juga membuka akses pasar yang lebih luas, termasuk ke industri makanan olahan skala nasional dan internasional. Lebih dari sekadar fasilitas produksi, RPB ini menjadi simbol pemberdayaan petani melalui koperasi. Dikelola oleh Koperasi Berkah Abadi Jaya, inisiatif ini memberikan harapan baru bagi petani untuk keluar dari ketergantungan pada tengkulak dan meraih harga yang lebih stabil dan adil. Kelahiran RPB di Kabupaten Batu Bara mendapat dukungan dari aspek teknologi dan manajemen dari Lembaga Pusat Kecemerlangan Pengembangan Masyarakat (LPKPM). LPKPM ini didukung oleh para cendikia yang berasal dari Kabupaten Batu Bara. Kaum perantau terdidik tersebut mulai menukik melihat bonus demografi dan  potensi desa. Bonus demografi yang menjadi tangtangan dan peluang untuk melakukan lompatan. RPB cabai di Batu Bara bisa pula menjadi inisiatif untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal. Dari proses produksi hingga pemasaran, RPB membuka peluang bagi berbagai sektor untuk berkontribusi dalam rantai nilai cabai. Dengan demikian, manfaat RPB tidak hanya dirasakan oleh petani, tetapi juga oleh masyarakat luas. Selain itu, hilirisasi produk cabai melalui RPB membantu menstabilkan harga cabai di pasaran, sehingga turut menekan laju inflasi daerah.

Tantangan Menuju Keberlanjutan

Namun, perjalanan menuju keberlanjutan tidaklah mudah. Pengelolaan koperasi membutuhkan transparansi dan akuntabilitas untuk memastikan semua anggota mendapatkan manfaat yang setara. Selain itu, pendampingan teknis dan manajerial dari pemerintah dan pihak terkait harus terus dilakukan agar RPB dapat beroperasi secara optimal. Di sisi lain, akses pasar menjadi tantangan tersendiri. Produk pasta cabai perlu mendapatkan sertifikasi dan pengakuan kualitas agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas. Kolaborasi dengan sektor swasta, seperti industri makanan olahan, juga perlu ditingkatkan untuk membuka lebih banyak peluang bisnis.

Menggugah Semua Pihak untuk Bergerak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun