Selalu saja ada kenangan yang muncul kepermukaan lagi. Selalu saja ada luka yang kamu kelupas lagi disaat sudah mongering. Selalu saja kamu buka lagi pintu yang sudah aku tutup mati matian dengan harapan dan linangan air mata. Selalu saja kamu yang bisa membuat barisan barisan kata yang tersusun rapi dalam buku pelajaranku. Selalu saja namamu yang aku tulis dibawah alam sadarku. Selalu saja kamu didalam bulir air mataku.
Hari hariku mungkin tidak seberat mereka. aku masih bisa tersenyum, tapi tidak lebih indah saat aku masih bersamamu. Mereka bisa membuatku bahagia sayang. Ya, cukup bahagia. Walaupun mereka tau kebahagiaanku adalah ada didalam pelukanmu.
Lihat, pelukanmu. Dimana tempat ternyaman yang pernah aku singgahi. Sekarang lihatlah, ada orang lain yang merebutnya. Baiklah, aku tidak akan terganggu oleh orang tersebut. Tapi tunggu, wajah orang itu, kenapa dia sangat menikmati ada dipelukanmu seperti tempat itu miliknya seorang dan memang baru saja dibuka wahana kenyamanan tersebut. Dia memelukmu seperti kita tidak pernah berpelukan.
Sayang, katakana padanya kamu pernah aku miliki. Katakan padanya bukan Cuma dia yang pernah ada disana. Aku juga sayang. Ingatkah? Mungkin kamu lupa saat itu. Yasudahlah. Aku akan mengikhlaskan pelukan itu untuknya.
Dengar aku, aku sudah melangkah pergi. Aku sudah mencari kehidupanku sendiri. Aku sudah lepas dari masa masa sakaw ku terhadap suara khasmu. Aku sudah lepas dari jeratan masa lalu kita.
Lihat aku, tataplah aku. Kenapa kamu seperti tidak pernah mengenalku. Kenapa kamu berusaha terlihat seperti kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Seperti kita tidak pernah saling mengisi. Seperti kita tidak pernah saling berciuman. Seperti kita tidak pernah saling memeluk. Kenapa kamu melupakan aku begitu cepat?
Perlu kamu tau, aku bangkit dari keterpurukan bukan karena terpaksa. Tapi karena aku bosan terlihat lemah. Aku bosan memelas meminta perhatianmu tapi kamu tinggalkan begitu saja.
Ya mungkin tampaknya aku baik baik saja. Kamu sepertinya jauh lebih baik daripada keadaanku. Dimana lukamu? Ah ya, aku lupa. Dia pasti sudah menyembuhkannya.
Disaat aku bangkit, disaat aku sudah berdiri. Pastikan jangan menoleh lagi. Jangan sentuh kehidupan kita lagi. Karena aku tak akan sanggup. Aku tak akan sanggup menahan kalimat “aku sayang kamu. Masih. Entah sampai kapan. Kembalilah” yang pasti mengalir begitu saja.
Bertingkahlah seperti biasa. Menjauhiku. Jangan kamu pegang lagi jemariku, karena aku tau jemariku tidak akan sanggup melepasnya lagi lantas mengikhlaskannya kepada seseorang diluar sana.
Bertingkahlah seperti kamu tidak mengenalku, jangan lagi kamu usap rambutku, karena aku tau air mataku pasti akan jatuh dengan percuma disaat kamu menghentikannya.
Bertingkahlah seperti dulu. Disaat kita sama sama jatuh cinta. Disaat kita hanya bisa memandang dan menahan perasaan. Disaat kita masih malu malu mengutarakannya. Disaat kita masih butuh waktu untuk mengungkapkan rasa. Disaat kita masih butuh waktu untuk, kembali bersama. Dilain waktu.
Aku mencintaimu. Sama seperti dulu. Sama seperti kita masih baik baik saja. Sama seperti saat lengan kita masih bisa menyatu dalam pelukan.
malam dimana kita bertengkar lagi.
asmara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H