Mohon tunggu...
Asmara Dewo
Asmara Dewo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pendiri www.asmarainjogja.id

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Hanya Switch yang Tetap Eksis Walau Kuota Habis

11 September 2020   18:39 Diperbarui: 11 September 2020   18:35 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis | Photo by Karolina Grabowska from Pexels 

Kata sastrawan besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Sejak memahami betul arti tersebut, saya memantapkan lagi untuk berkomitmen menulis. Menulis apa saja, bahkan sampai ke fiksi, seperti cerpen, dan novel (masih format digital). Kalau menulis nonfiksi, yaitu; opini, artikel ilmiah populer, dan feature traveling. Semakin mendalami dunia menulis, ternyata samudera literasi itu luas sekali. Karena itu pula berbagai disiplin ilmu kepenulisan terus saya pelajari.

Sadar begitu pentingnya menulis, saya mendirikan komunitas menulis bersama teman-teman kuliah pada 2018 lalu. Sampai sekarang komunitas masih berjalan, tapi berhubung pandemi, teman-teman yang berada di kampung semangat menulisnya menurun. Setelah saya tanya kenapa tidak berkarya lagi, salah satu alasannya karena sulit jaringan internet. Kampung mereka memang di sudut-sudut Indonesia yang kurang terjamah jaringan internet. Saya banyak teman dari ujung Sumatera sampai ujung Papua, karena saya memang kuliah di kampusnya semua anak bangsa. 

Meski begitu salah satu penanggung jawab komunitas menulis kami rajin mengirim tulisan ke situs pribadi saya. Angin menuliskan peristiwa-peristiwa di kampungnya, seperti acara lomba voli antar desa, opininya tentang kesulitas perekonomian di Riau. Terakhir dia menulis soal belum terpenuhinya janji akibat pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai. Menurut saya, dia salah satu penulis berbakat yang mampu menginspirasi publik. Saya bisa menilai dari ruh tulisannya. Walaupun masih ada kekurangan di sana-sini, tapi dia punya semangat tinggi menulis. Hal itu dibuktikan lewat karya, bukan sekadar kata "iya-iya saja". 

Selain sibuk berkarya setiap hari, akhir-akhir ini saya juga mendampingi teman menyelesaikan skripsinya. Lagi-lagi skil menulis saya cukup bermanfaat baginya yang kurang paham menulis karya ilmiah, seperti skripsi. Memang bagi mahasiswa yang tidak rajin menulis artikel opini, atau membuat makalah, pada akhir masa studinya akan kewalahan menggarap skripsi. Ini tidak omong kosong, silahkan cek mahasiswa yang tidak rajin menulis bagaimana  pada akhir kisah studinya? Hanya ada dua pilihan, beli skripsi yang sudah jadi, atau minta dibimbing menulis skripsi. 

Sebagai seorang yang menggeluti dunia menulis lewat media online, tentu harus selalu terhubung dengan internet. Ini menjadi salah satu alasan kenapa saya memakai kartu dari provider yang murah, dan tentu saja akses jaringannya cepat. Selain menulis di kos, saya juga menulis di kafe, sembari menyeruput kopi arabika dari berbagai daerah di Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri pula terkadang kesal terhadap provider yang saya gunakan karena pada waktu-waktu tertentu melambat, dan kehabisan unlimited-nya. Maklum saja, saya pilih unlimited selama sebulan, dan per harinya dijatah satu gigabyte, lewat dari satu gigabyte akses internet jadi lambat. Ke kafe adalah salah satu cara mendapatkan akses hotspot gratis dan kencang (kalau sepi pengunjung). Tapi tidak semua kafe menyediakan wifi, misalnya kafe di pedesaan. Jujur saja, saya senang menulis di alam pedesaan. Selain mendapatkan inspirasi di alam terbuka, juga melihat langsung budaya warga di daerah tersebut. 

Semua itu adalah kekuatan inspirasi menulis saya. Mungkin bagi yang tidak paham dunia literasi akan sulit memahaminya, atau dianggap seperti berlebihan. Tapi bisa dibaca karya yang lahir, hampir semua berkaitan dengan manusia dan alam. Saya berani menyimpulkan bahwa manusia dan alam adalah kesatuan utuh yang tak boleh dipisahkan. Hal itu pula yang membuat saya terkadang kesal terhadap kebijakan yang tidak bisa menyeimbangkan antara manusia dan alam. Boleh saja kita mengeksploitasi alam, tapi sebatas kebutuhan manusia itu sendiri. Bukan dilakukan secara berlebihan. 

Pembangunan misalnya, saya mendukung pembangunan yang dilakukan pemerintah, tapi dalam hal pembangunan yang semata-mata untuk kepentingan rakyat. Khususnya rakyat miskin dan tertindas. Bukan pembangunan yang mengatasnamakan kepentingan rakyat tapi membuat kaya konglomerat. Dan rakyat malah semakin melarat akibat pembangunan yang tidak berpihak pada mereka. Ini bukan hal yang baru di Indonesia, birokrat dan korporat membangun sesuatu karena urusan bisnis semata. Saya tidak perlu menyebutkan nama korporatnya atau proyek apa saja yang dibangun.

Butuh Akses Internet yang Cepat dan Harga Merakyat

Kartu switch | Foto switchspot.id
Kartu switch | Foto switchspot.id

Sebenarnya saya baru tahu Switch Mobil Indonesia, mengutip dari situsnya, switcht  sebuath revolusi baru dalam perkembangan industri telekomunikasi. Hadir untuk memudahkan bagi anak bangsa Indonesia yang ingin terus berkarya dengan semangat jiwa muda. Perusahaan ini berkomitmen akan terus bergerak dan menciptakan hal baru untuk mewujudkan cita-cita bersama. 

Hal yang menarik provider dengan jaringan full 4G ini adalah tersedianya emergency kuota yang siap siaga saat kuota habis.  Jadi meskipun kuota habis, kita masih bisa terhubung dengan internet. Tentunya kita tidak perlu khawatir lagi kalau kehabisan kuota internet di mana saja dan kapan saja. Saya pikir ini adalah satu-satunya provider yang berani memberikan jaminan kepada customer-nya. Tetap eksis walau kuota habis. 

Setiap kita pasti punya pengalaman yang menjengkelkan pada saat kuota habis, aktivitas kita terganggu total. Bayangkan saat mengunduh atau mengunggah file, prosesnya berhenti karena kehabisan kuota. Pasti jengkel, kan? 

Sekarang masa pandemi Covid-19, aktivitas digantingan dengan daring (dalam jaringan). Bahkan ujian skripsi atau tesis saja ujiannya melalui daring, dosen penguji berada di luar kota, sedangkan mahasiswa berada di pelosok ujung Indonesia. Kabar baiknya ujian itu berjalan dengan baik, si mahasiswa dinyatakan lulus ujian. Tapi bagaimana saat ujian jaringan internet terputus, mungkin karena ada gangguan jaringan provider? Siapa pula yang berani menjamin si mahasiswa itu lulus. Ya, karena penelitiannya belum diuji oleh dosen penguji. Masih baik kalau dosennya memaklumi kondisi di kampung yang sulit signal, coba kalau tidak?! Andai si "dosen killer" yang memutuskan bisa-bisa tidak diluluskan. 

Mungkin dunia pendidikan kita memang harus menerapkan revolusi pendidikan, bukan hanya revolusi mental, atau revolusi digital saja.

Salah satunya pemerintah mendukung distribusi pemerataan jaringan internet ke seluruh Indonesia. Jadi mahasiswa dari tepian Indonesia sana merasakan nikmat yang sama dengan anak kota yang berlimpah hotspot gratis. Ini baru keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, pengamalan sila ke-5. Kita Pancasila, kita Indonesia, bukan hanya sebatas slogan semata, tapi kerja konkret pemerintah yang bisa memaksimalkan korporasi dan jajarannya. Beralihnya ujian konvensional ke ujian daring membuktikan revolusi digital 4.0 sebagai solusi alternatif pada masa pandemi ini. Andai tidak diterapkan seperti itu, atau tidak didukung dengan fasiitas internet, berapa ribu mahasiswa yang tertunda kelulusan pada 2020 ini?

Hal itu pula salat satu menjadi alasan Switch Mobile Indonesia yang berbasis digital tekno turut hadir di tengah masyarakat. Switch secara tidak langsung mensubsidi kuota kita saat kehabisan. Tentu saja ini kabar gembira, bukan? Semua kita ingin dibantu pada masa sulit pandemi, minimal kartu yang dipakai anti sedot pulsa. Kita ingin provider berteknologi tinggi membantu aktivitas sehari-hari, terlebih lagi protokol pencegahan Covid-19 memaksa WFH (Work from Home).

Dunia menulis saya tak lepas dari laptop dan smartphone yang selalu dibawa kemana pun pergi. Jika tidak membawa laptop saat bepergian, dan pada waktu itu pula saya harus menulis, maka saya bisa mengerjakannya langsung dari smartphone. Untuk meriset dari berbagai literasi saya harus tetap punya kuota yang cukup. Jadi smartphone itu pintu dunia bagi saya. 

Excite everyday life seperti imajinasinya penulis dalam karangan, jika hidupnya terputus dari jaringan internet. Serius, ini tidak berlebihan. Karena itu pula penulis harus bisa selalu menjaga jaringan internetnya dari "pintu dunia" miliknya. Keluar masuknya informasi juga sebagai inspirasi atas isu-isu daerah yang saat ini sedang terjadi. Bayangkan saja kita tidak tahu ada masalah serius yang menimpa saudara kita di ujung timur Indonesia sana. Memang kita tidak bisa membantu secara langsung dan cepat, tapi dengan teknologi super canggih sekarang ini kita bisa membantunya secara maksimal sesuai kemampuan.

Akhirnya mau tak mau kita meski #readytoswitch, kita nyalakan lagi semangat perubahan. Optimis dalam menapaki setiap jengkal kesulitan pada masa pandemi ini. Karena kita tahu hampir setiap sektor mengalami kerugian, bahkan banyak perusahaan sampai bangkrut. Akibatnya PHK (pemutusan Hubungan Kerja) seperti air bah yang melanda negeri. Masyarakat dalam kesulitan, kehilangan mata pencarian, kalau begini terus siapa yang menjamin kita tetap bertahan? Tidak ada!

Jika mampu memainkan peran di dunia digital sebaiknya mengambil peluang yang ada. Ambil peluang itu meskipun harus merogoh kantong, ya, minimal punya paket data. Oh, iya, switch punya paket murah yang bikin kantong kita tidak jebol, kuotanya mulai 50 ribu rupiah. Dengan 50 ribu rupiah sudah dapat data 3 gigabyte (speed priority), free calls to switch free stay connected (T&C applied) free 5 minutes calls to all operator, masa aktif 28 hari. 

Selain itu dengan berlangganan switch ada reward yang bisa ditukarkan jadi hadiah setiap harinya. Nah, yang tak kalah penting lagi adalah bisa nge-game seru, ada bacaan menarik, misi, deal, serta avatar yang menemani sehari-hari agar lebih seru. Untuk informasi lebih lanjut silahkan kunjungi situsnya  switchmobile.id. 

Sekarang tidak perlu takut kehabisan kuota saat beraktivitas. Dan tentunya kehadiran switch di tengah kondisi sulit ini secara tidak langsung membantu biaya pengeluaran kita sehari-.hari. Lebih hemat saat darurat.  

Lalu bagaimana memulainya?

Kita harus punya sim card terlebih dahulu dengan mengunggah aplikasi switch di App Store/Play Store. Setelah itu lakukan registrasi untuk membuat akun switch. Untuk nomornya bisa pilih sendiri. Terakhir, sim card akan dikirim ke alamat rumah setelah melakukan pembayaran. Gampang, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun