Mohon tunggu...
Asmara Dewo
Asmara Dewo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pendiri www.asmarainjogja.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tragedi September dan Senyuman Kemenangan Sang Jendral

9 September 2016   01:50 Diperbarui: 9 September 2016   03:07 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Generasi tua bacaannya olahan rezim Soeharto. Jadi wajar beda pandangan dengan kaum muda kelahiran 1988 ke atas mengenai sejarah.

Mungkin pada tahulah semua masa itu adalah masa yang paling tragis dalam sejarah Indonesia. Menurut bacaan sejarah.. kekejaman orde baru tak kalah dengan zaman penjajahan.

Ya, berdirinya rezimnya saja dari pembantaian manusia. Tahu kan tragedi 30 September 1965? Ada sekitar 3 juta jiwa yang tewas dan hilang dibabat habis pada masa itu. Walaupun keakuratan data tersebut harus dikaji lagi.

Namun sejarawan sepakat, naiknya Tuan Jendral yang dikenal dengan senyumannya tersebut harus berkorbankan darah rakyat Indonesia sendiri. Warga Indonesia sendiri, Bung.

Dan jauh berbeda dengan Bung Karno, ia naik dipilih rakyat, dibela pejuang, dan memang diamanahkan sebagai Presiden Indonesia pertama oleh para pendiri bangsa.

Naiknya terhormat...

Rakyat Indonesia mencintai Soekarno, dunia mengakui, segan, takut, dan menghargai si bung besar tersebut.

Dan setelah kursi Soekarno runtuh (tepatnya diruntuhkan), lihatlah presiden selanjutnya, dan sampai sekarang ini, apa yang paling bisa dibanggakan oleh mereka? Nothing!

Ini adalah september... akan ada lagi cerita atau berita hangat yang menyeruak tentang PKI (Partai Komunis Indonesia) di akhir bulan. Selalu seru... akan menambah wawasan kita lagi. Siapa sebenarnya dalang pembunuhan 7 jendral tersebut?

Apakah semua itu didalangi oleh PKI? Ketua Umum PKI sendiri DN Aidit sudah didor atas perintah sang jendral. Lalu siapa yang mau ditanyai soal kebenaran pembantai para jenderal tersebut?

Dulu.. PKI adalah partai kedua terbesar setelah PNI. Maka tak heran jika Aidit sendiri pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia. Kemesraan Aidit dan Soekarno bergandeng tangan di pemerintahan membuat iri dari angkatan TNI AD.

TNI AD tidak cocok dengan PKI, mereka musuh bebuyutan sebagai saudara sendiri setanah air Indonesia.

Dan sejak SD kita sudah mengenal NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Itu adalah konsep politik yang dibangun oleh Bung Karno. Ia sesosok yang bisa menyatukan berbagi elemen rakyat Indonesia.

Dan tragedi 1965 mengubah itu semua... sejak terbunuhnya tujuh jendral. Komunis bagaikan sosok manusia yang mengerikan, menakutkan, dan harus ditumpas habis semuanya. Sampai-sampai banyak sekali para korban yang bukan PKI ikut menerima risikonya. Dipenjarakan tanpa persidangan. Di kamp-kamp militer. Dioper ke pulau Buru, Nusa Kambangan. Bahkan sampai mati, tetap menjadi status tahanan politik.

Itulah era di mana sang penguasa naik tahta dari mayat rakyatnya sendiri, saudara setanah airnya sendiri, atas kekejaman demi kekuasaan.

Sang Jendral tersenyum, ia naik tahta menjadi orang nomor satu di Indonesia. Semua yang berkaitan dengan komunis dan Soekarno dilarang. Apa-apa yang dilarang dan diizinkan semuanya meski atas rido sang jendral.

Lama sekali sang jendral itu menjabat... 32 tahun, bayangkan?! Dulu mahasiswa, politikus, kaum intelektual yang gemar mengkritik Soekarno, saat itu tak berkutik melawan si orde baru. Meskipun hanya dengan tulisan. Hanya beberapa kaum intelektual saja yang menentangnya, dan itu dibayar dengan masa tahanan di sel.

Lalu sudah masanya ia harus lengser, tahun 1998 sang jendral harus terdepak dari kursi kepresiden, sebab perekonomian Indonesia carut marut. Reformasi baru dikenal Indonesia. Mereka yang gigih sekali bersuara reformasi adalah Amin Rais dan Megawati. Dan tentu saja jagoan kita mahasiswa yang harus diganjal dengan nyawa. Berakhir sudah masa keemasan sang jendral menguasai Indonesia. Meskipun kekuatan politiknya di Indonesia masih ampuh saat tak lagi menjabat, namun tidak sehebat masa ia jadi presiden.

Beberapa tahun kemudian, mulai terkuak berbagai kasus korupsi oleh sang jendral. Sampai-sampai ia harus dihadapkan dalam hukuman di posisi masa ringkihnya, sang jendral sudah sakit-sakitan. Dan ia nobatkan sebagi pemimpin yang paling terkorup sedunia. Semesta mengetahui itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun