TNI AD tidak cocok dengan PKI, mereka musuh bebuyutan sebagai saudara sendiri setanah air Indonesia.
Dan sejak SD kita sudah mengenal NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Itu adalah konsep politik yang dibangun oleh Bung Karno. Ia sesosok yang bisa menyatukan berbagi elemen rakyat Indonesia.
Dan tragedi 1965 mengubah itu semua... sejak terbunuhnya tujuh jendral. Komunis bagaikan sosok manusia yang mengerikan, menakutkan, dan harus ditumpas habis semuanya. Sampai-sampai banyak sekali para korban yang bukan PKI ikut menerima risikonya. Dipenjarakan tanpa persidangan. Di kamp-kamp militer. Dioper ke pulau Buru, Nusa Kambangan. Bahkan sampai mati, tetap menjadi status tahanan politik.
Itulah era di mana sang penguasa naik tahta dari mayat rakyatnya sendiri, saudara setanah airnya sendiri, atas kekejaman demi kekuasaan.
Sang Jendral tersenyum, ia naik tahta menjadi orang nomor satu di Indonesia. Semua yang berkaitan dengan komunis dan Soekarno dilarang. Apa-apa yang dilarang dan diizinkan semuanya meski atas rido sang jendral.
Lama sekali sang jendral itu menjabat... 32 tahun, bayangkan?! Dulu mahasiswa, politikus, kaum intelektual yang gemar mengkritik Soekarno, saat itu tak berkutik melawan si orde baru. Meskipun hanya dengan tulisan. Hanya beberapa kaum intelektual saja yang menentangnya, dan itu dibayar dengan masa tahanan di sel.
Lalu sudah masanya ia harus lengser, tahun 1998 sang jendral harus terdepak dari kursi kepresiden, sebab perekonomian Indonesia carut marut. Reformasi baru dikenal Indonesia. Mereka yang gigih sekali bersuara reformasi adalah Amin Rais dan Megawati. Dan tentu saja jagoan kita mahasiswa yang harus diganjal dengan nyawa. Berakhir sudah masa keemasan sang jendral menguasai Indonesia. Meskipun kekuatan politiknya di Indonesia masih ampuh saat tak lagi menjabat, namun tidak sehebat masa ia jadi presiden.
Beberapa tahun kemudian, mulai terkuak berbagai kasus korupsi oleh sang jendral. Sampai-sampai ia harus dihadapkan dalam hukuman di posisi masa ringkihnya, sang jendral sudah sakit-sakitan. Dan ia nobatkan sebagi pemimpin yang paling terkorup sedunia. Semesta mengetahui itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H