[caption caption="Rumah Belajar Aurora Kingdom | Foto AIJ"][/caption]Risna Susanti gadis desa yang mengabdi di dunia pendidikan nonformal untuk anak-anak di Dusun Kedungrante. Gadis kelahiran 1991 itu mendirikan Rumah Belajar Aurora Kingdom dengan dananya sendiri, dan tidak memungut biaya kepada anak didiknya.
Sejak SMA Risna sudah mulai mengajar di Aurora Kingdom yang ia kelola. Kegiatan belajar-mengajar hanya dua kali pertemuan dalam seminggu. Pada hari Sabtu kegiatan belajar dimulai pukul 13:00 wib s/d 17:30 wib, dan hari Minggu pukul 08:00 wib s/d 13:00 wib.
Untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi, dan menyerap ilmu perngetahuan sebanyak-banyaknya, Risna melanjutkan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Dan untuk membiayai kuliahnya sendiri, Risna juga bekerja sebagai honorer di PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri). Karena kegiatannya begitu padat, jam belajar di Aurora Kingdom sangat terbatas.
Jumlah anak didik Risna sekitar tiga puluh, mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), sampai SMP. Karena keseragaman tingkatan belajar anak didiknya, Risna pun membagikan jam belajar dan materi yang berbeda.
Materi pelajaran utama di Aurora Kingdom adalah Bahasa Inggris, Sebab Risna sendiri mengambil Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris. Dan pelajaran lainnya, seperti: membaca, menghitung, menggambar, dan lain sebagainya. Untuk melatih kreatifitas anak-anak, gadis kelahiran Yogyakarta itu juga mengajarkan keterampilan tangan untuk muridnya.
Ada juga teman-teman Risna yang ada di dusun Kedungrante ikut mengajar di Aurora Kingdom, namun tidak berlangsung lama, karena kegiatan mengajar di sini sifatnya sukarela. Walaupun hanya seorang diri mengajar, itu tidak membuat Risna patah semangat untuk mencerdaskan anak bangsa di dusun tersebut.
Atas kegigihan dan semangat mengajar Risna, ada juga dermawan yang memberikan sumbangan untuk Aurora Kingdom. Sumbangan sebesar satu juta rupiah yang diterima Risma, ia belikan rak buku, papan tulis, dan perlengkapan mengajar lainnya.
[caption caption="Rak Buku Aurora Kingdom"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/01/31/rak-buku-aurora-kingdom-1-56adad1f379373a2125c835f.png?v=400&t=o?t=o&v=770)
Selain itu, Risna juga menerima kiriman buku-buku bacaan dari teman-temannya di media sosial, dan dari teman-teman lainnya yang mendukung kegiatan belajar-mengajar di Aurora Kingdom.
Pernah suatu ketika, orangtua murid memberikan sedikit uang jajan untuk Risna. Namun, uang itu ia kembalikan lagi pada anak orangtua tersebut.
“Risna itu mengajar ikhlas, nggak pamrih. Yang penting anak-anak di sini bisa belajar,” ujar Lilik, ibu Risna, kepada kami saat bertamu di Aurora Kingdom.
Ruangan belajar sekitar 3x5 meter persegi itu di ruangan tamu rumah Risna. Tak jarang pula anak-anak yang belajar di situ tidur-tiduran dan sesekali makan juga di rumah Risna.
“Kadang ya anak-anak makan di sini, karena lama nunggu giliran jam belajarnya. Sambil tidur-tiduran, juga nonton teve.” Sambung Tukiran, ayah Risna.
Anak didik Risna sangat antusias dan penurut, sehingga tidak membuat Risna kewalahan mengajar. Orangtua anak-anak juga turut senang dan semangat mengantarkan anaknya ke rumah Belajar Aurora Kingdom.
Bertahun-tahun gadis desa itu mengabdi pada nusa dan bangsa melalui pendidikan nonformal, ia menjadi relawan pedidikan untuk mencerdaskan anak-anak di Desa Kaligono, Purworejo, Jawa Tengah.
[caption caption="Ruang Belajar Aurora Kingdom "]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/01/31/ruangan-belajar-aurora-kingdom-56adae1750f9fd2b068d3131.png?v=400&t=o?t=o&v=770)
Sebab Risna terpaksa bekerja di salah satu perusahaan swasta di Cingkareng setelah menamatkan kuliahnya. Ibu Risna mengakui anaknya belum dapat pekerjaan yang cocok di daerah tempat tinggalnya.
Orangtua Risna berharap pada siapa saja yang ingin menjadi relawan mengajar agar bisa melangsungkan pengajaran nonformal di Dusun Kedungrante tersebut. Orangtua Risna juga menyayangkan atas kevakuman kegiatan belajar-mengajar jika terhenti begitu saja.
Alumnus Muhammadiyah Purworejo itu juga sadar, tak banyak orang yang bisa bertahan mengajar jika tidak ada imbalannya. Walaupun demikian, anak semata wayang itu terus berusaha mencari solusi agar anak didiknya bisa mendapatkan bimbingan belajar.
“Anak-anak memang nggak belajar di sini, tapi sering juga pinjam buku ke rumah. Dan Risna juga berniat, kalau ada rezeki lebih, ia mau membayar siapa saja yang mau mengajar di rumah belajar ini.” Terang Ibu Lilik dengan mata berkaca-kaca.
Sumber: asmarainjogja
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI