Untuk menuju ke sana, tidak semudah jalan yang sudah dilampaui sebelumnya. Kita harus lebih ekstra hati-hati lagi, sebab bebatuannya semakin besar, terjal, licin, dan itu, kita berjalan melawan arus sungai.
Disarankan bagi sahabat muda yang ingin berwisata alam ke sini, sebaiknya pakailah sepatu atau sandal trecking. Dengan begitu, sahabat muda bisa lebih safety lagi saat berpetualang menapaki arus sungai yang menguji adrenalin kita.
[caption caption="Kedung Kuali"]
Pengunjung yang datang ke sana, tidak semuanya berani ke air terjun Silangit. Selain begitu sepi, juga jalannya lebih ekstrem. Batu yang tajam, licin, terjal, dan arus sungai yang semakin deras adalah syarat menuju kesana. Jika cukup bernyali, tak ada salahnya untuk menjejal petualangan berikutnya.
Lebih kurang seratus meter lagi untuk mengakhiri cerita petualangan ini, kami pun segera bergegas menapaki jembatan yang terbuat dari bambu. Bambu-bambu ini cukup kokoh untuk dilewati. Dan setelah melewatinya, kami pun memanjat batu raksasa yang menghalangi jalan.
Dan terlihatlah air sungai itu semakin jernih dan deras, kaki kami merasakan dinginnya aliran air pegunungan. Kami benar-benar merasakan makhluk kecil yang tertati-tatih menyelusuri sungai yang diapit bongkahan-bongkahan batu yang begitu besar.
Hutan dengan segala pepohonan yang menjulang tinggi dan semak belukarnya menjadi saksi anak manusia yang menguak keindahan alam. Tak dipungkiri juga, nyali turun naik saat melewati petualanagn ini. Karena medannya yang begitu sulit, dan hanya satu suara yang memonopoli kebisingan alam, yaitu deburan air terjun Silangit, yang mengalir bergemericik di arus sungai.
Lebih kurang 45 meter air terjun itu ada di hadapan kami. Ya, sebuah panorama yang sangat indah. Begitu deras airnya jatuh mengikuti tembok bebatuaan. Dengan kebeningan dan kebiruannya Curuk Silangit, menggoyahkan iman untuk menceburkan diri ke dalamnya. Sejuk, dingin, menyenangkan, dan fantastis, saat tubuh ini tenggelam di bawah air terjun Silangit.
Sangat istimewa, petualangan yang terbayar lunas mengingat begitu sulitnya menuju ke sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H