Mohon tunggu...
Asmara Dewo
Asmara Dewo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pendiri www.asmarainjogja.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jogjakarta, Kota Impian dan Kota Kerinduan

22 Januari 2016   04:35 Diperbarui: 22 Januari 2016   04:52 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Candi Prambanan | AIJ"][/caption]

Berbagai kota yang berdiri di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dengan keunikan yang dimiliki disetiap kota masing-masing. Tentunya juga menyimpan kekurangan dan kelebihan bagi warganya sendiri, juga pengunjungnya.

Hal yang sama di Kota Jogjakarta. Sepenggal tanah yang mulai berkuasa dari zaman Mataram Kuno, Mataram Islam, dan sampai sekarang, Ngayogyakarta Hadiningrat. Sejarah yang panjang tentunya dialami Kota Jogjakarta, hingga sekarang Kota Para Raja ini tetap istimewa.

Perubahan zaman yang terus berkembang mengantarkan Jogjakarta mengalami perubahan, tanpa kehilangan identas dirinya sebagai Kota Raja, Kota Religius, dan Kota Budaya. Tak hanya  warganya saja terkagum-kagum apa yang sudah mereka miliki, namun dari berbagai penjuru dunia. Begitu banyaknya wisatawan asing yang keluar-masuk dari Bandara Internasional Adisucipto, membuktikan bahwa Jogja selalu jadi sorotan masyarakat dunia.

Jogjakarta yang disematkan sebagai Kota Pelajar pun mengundang generasi bangsa untuk menimba ilmu pengetahuan di sana. Dari pelosok desa (daerah tak tersentuh pemerintah), sampai kota-kota lainnya yang ada di Indonesia, berbondong-bondong   mendaftarkan diri sebagai mahasiswa.

Terbenamlah di benak adik-adik SMA, jika tamat nanti akan melanjutkan ke Universitas Gajah Mada. Sebuah impian tentunya bagi calon generasi bangsa untuk dirinya sendiri, juga untuk agama dan Negara.

[caption caption="Sawah Berlangit Biru, Kulonprogo, Jogjakarta"]

[/caption]

Atas anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, Jogjakarta dilimpahi berbagai kekayaan alam. Mulai dari hasil bumi, sampai keelokan setiap jengkal tanahnya yang terhampar luas di Kota Gudeg ini. Dari utara sampai ke selatan, dari barat sampai timur, Jogjakarta memesonakan setiap pengunjung yang datang ke sana. Sebuah kota di bagian pulau Jawa Tengah ini menjadikan kota impian bagi setiap orang yang mendengar keistimewaaanya.

Dihuni oleh warga Jawa yang berdudaya, bertutur kata lembut nan santun, dan ramah-tamahnya, tak heran jika wisatawan menilai warga Jogjakarta adalah ras yang sangat menyenangkan. Bahkan juga banyak sekali warga asing yang sudah menetap dan bercampur baur dengan warga lokal. Ini adalah kekayaan Jogjakarta yang sebenarnya, memiliki warga yang mampu menarik manusia dari golongan apa saja di tanah mereka. Dan toleransi yang tak diragukan lagi.

Kota yang paling aman di Indonesia ini juga menjadikannya sebagai kota impian bagi setiap warga di kota lainnya, yang ingin berpindah ke sana. Bukankah memang manusia ingin hidup nyaman, tentram, dan aman? Mungkin juga sebagian warga di belahan kota lainnya sudah jenuh dengan huru-hara yang mendera setiap hari di kotanya.

Keamanan adalah salah satu yang paling penting dalam kehidupan manusia. Juga sebagai dasar untuk kemajuan suatu daerah menuju yang lebih baik. Apa jadinya jika daerah mempunyai sumber daya alam dan sumber manusia yang berkualitas, namun tidak merasakan ketenangan? Tentu saja daerah itu jalan di tempat.

Selain itu, Jogjakarta juga dikenal dengan Kota Pariwisata yang murah. Ya, itu benar sekali. Hotel mana yang menawarkan per malam hanya Rp 25.000 bagi pengunjungnya? Di lokasi pantai Parangtritis berjejer hotel-hotel murah. Rp 25.000 satu malam, bukankah itu cukup murah bagi backpacker untuk jelajahi tanah Jogjakarta?

Begitu juga dengan makanan dan barang-barang yang dijual di Kota Para Raja ini. Pernahkan mendengar nasi sebungkus hanya Rp 1.500? Ya, Seribu Lima Ratus Rupiah. Di sini ada makanan khas, yaitu nasi kucing. Mendengar kata “kucing” di nasi itu, mungkin cukup aneh bagi yang belum pernah berkunjung ke Jogja. Disebut nasi kucing karena nasinya tidak banyak, hanya sekepalan tangan. Namun bisa cukup kenyang bagi backpacker dan anak kos yang hemat.

Walaupun demikian, karena mendengar kata “murah” di Jogjakarta, bukan berarti semuanya murah. Ini cukup penting bagi pengunjung yang suatu hari nanti jalan ke Malioboro. Sebaiknya jika ingin menyantap makanan di sepanjang jalan Malioboro, alangkah baiknya ditanyakan dulu harganya. Dan lihatlah harga daftar makanan yang ada di lesehan jalan Malioboro itu. Dengan begitu, pengunjung bisa memanajemen keuangan perjalanan yang lebih baik lagi.

Di Jalan Malioboro itu dikenal pula pasar Beringharjo. Pasar ini adalah pasar icon-nya Kota Jogjakarta. Berbagai barang-barang ada dijual di sana, dan dikenal pula dengan murahnya. Kalau pengunjung ingin membeli souvenir, atau baju, silahkan juga ditawar.

Biasanya penjual menawarkan harga yang tinggi untuk membuka harga. Misalnya harga baju batik untuk wanita, itu biasanya penjual membuka harga Rp 75.000 untuk pengunjung, namun kalau ditawar Rp 35.000, penjual pun tidak keberatan menjualnya. Intinya adalah ditawar. Kalau tidak cocok harga, silahkan juga pengunjung  mencari yang lebih murah lagi. Sesuai isi kantong.

Jogjakarta dengan budayanya yang masih kental. Pada hari-hari tertentu   menyelenggarakan seni budaya, seperti: pertunjukan wayang kulit, wayang orang, tari-tarian, dan seni-seni lainnya yang masih mengakar di Kota Budaya ini.

Seni budaya di sini tetap dipertahankan oleh warganya. Antusias dari anak-anak sampai kakek-nenek menunjukkan kepiawaian seninya ke penonton. Mungkin di daerah-daerah lain, biasanya pertunjukan itu sering dilakoni oleh kaum muda saja. Namun, tidak untuk di Jogjakarta. Nenek-nenek dan kakek-kakek pun masih menunjukkan eksistentinya sebagai seniman.

Seperti saat ulang tahun Jogjakarta ke-259, dari berbagai daerah yang ada di Jogja mewakili keseniannya memeriahkan ulang ulang tahun kotanya. Festival itu digelar dengan gegap gempita di depan warga lokal, wisatawan, pejabat pemerintahan, dan tentu saja Sultan Hamengku Buwono X. Yang diketahui pula Hamengku Buwono adalah rajanya di Kota Jogjakarta ini, juga menjabat sebagai Gubernur Jogjakarta.

Wisatawan yang pernah menjejakkan kakinya di bumi Jogjakarta, saat harus pulang berat sekali meninggalkan kota yang penuh keunikan ini. Ada kepuasan dan kesedihan yang membekas di hatinya. Puas karena terbalasnya liburan yang begitu menyenangkan, dan sedih meninggalkan kota yang sangat mengesankan itu.

[caption caption="Pantai Jogan | AIJ"]

[/caption]

Dan ada kerinduan memuncak tatkala wisatawan yang pernah berkunjung ke Jogja kembali teringat masa-masa liburan yang menyenangkan di Kota Pariwisata Jogjakarta. Rindu pantainya yang biru di Gunung Kidul, rindu indahnya Candi Prambanan, rindu situs-situs sejarah yang tetap berdiri di Jogja, rindu warganya yang berbudaya, dan rindu dengan segala kelimpahan anugerah yang tertuang di Bumi Jogjakarta.

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun