Mulai mengenal dan jatuh cinta media sosial facebook sekitar tahun 2008 awal. Pada masa itu saya menunjukkan eksistensi sebagai penguna medsos yang cukup aktif, bahkan super aktif bisa dibilang. Namun seperti masa muda lainnya, yang sedikit alay mengikuti trend aneh di zamannya. Sampai nama facebook pun silih berganti, hingga akhirnya terhenti di nama akun Kemauan Yang Lurus.
Pada tahun-tahun itu saya belum sadar betapa penting menggunakan facebook untuk kepentingan pribadi dan orang lain. Facebook digunakan hanya untuk sekadar sharing, kenalan, pamer foto, menyapa teman lama atau baru, dan tempat menumpahkan status konyol (status sampah).
Seiring perjalanan waktu di dunia maya, hati tersentil untuk mengubah budaya ber-facebook ria menuju pembaharuan ber-facebook menulis dan bisnis. Saya gunakan 100% facebook sebagai motor penggerak harapan dan impian, karena keyakinan kuat sosial media nomor satu di dunia ini mampu mengantarkan si empunya kemana yang dituju.
Memang media sosial adalah dunia maya. Namun bukan berarti dunia maya itu tidak nyata. Terbukti, dengan media sosial berimbas ke dunia nyata. Contohnya adalah kasus penghinaan kepada seseorang atau sekelompok orang yang berujung penjara. Dan contoh lainnya adalah mulai terus bertumbuh bisnis online untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya melalui media sosial facebook. Jadi, keliru sekali jika media sosial itu dibuat main-main, yang berefek bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Seminggu yang lalu facebook saya tidak bisa diakses lagi. Entah apa penyebabnya. Keterangan: Kata sandi yang Anda masukkan salah. Padahal saya sudah memastikan dengan benar email dan kata sandi. Kemudian ada perintah untuk mengganti nama yang benar. Dan itu saya turuti. Hingga akhirnya juga diminta untuk mengirimkan scan foto copy KTP. Itu pun saya turuti. Namun, hasilnya juga sia-sia, facebook saya tak bisa juga diakses.
Maka saya putuskanlah untuk membuat akun yang baru atas nama Asmara Dewo. Terus apa selanjutnya yang terjadi? Tidak bisa juga. Saya jadi berpikir negatif, apakah pihak facebook memblokir nama Kemaun Yang Lurus dan Asmara Dewo? Hah, saya benar-benar tidak habis pikir. Atau jangan-jangan terlalu gaptek menyelesaikan masalah ini? Hm, mungkin.
Sampai sekarang saya tetap berusaha bagaimana akun saya kembali, atau minimal bisa buat yang baru atas nama Asmara Dewo. Kalau bersikukuh untuk tetap memakai akun yang lama, karena di sana banyak tulisan-tulisan saya sejak belajar menulis. Jadi itu seperti harta yang cukup berharga bagi saya. Selain tulisan, juga banyak foto-foto dokumentasi perjalan hidup.
Terbayang dong betapa kecewanya? Mungkin karena media sosial gratis, ya? Jadi tidak bisa diharap untuk menyimpan file dalam bentuk apa pun.
Nah, di Kompasiana ini sendiri sepertinya akun saya juga pernah di-suspend. Hahaha. Diblokir atau di-suspend sepertinya sudah akrab sekali menghampiri. Tapi untungya di media sosial blog umum Kompasiana ini saya bisa kembali menulis. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada pihak admin Kompasiana karena sudah mengaktifkan kembali akun saya waktu itu.
Atas dasar kesadaran menumpang tulisan di blog gratisan, yang jelas ada aturan main dari tuan rumahnya. Itu membuat saya tidak bisa bebas mengeluarkan pendapat melalui tulisan. Saya merasa menulis itu dikemudikan, atau bisa dikatakan emosioanal dalam berkarya tidak sepenuhnya keluar. Jadi hasilnya kurang menggigit.
Lalu timbullah ide untuk membuat website sendiri Asmara In Jogja. Selain untuk kepentingan bisnis, dan menabung karya di situs milik sendiri, juga kebebasan menulis. Itu yang saya harapakan dengan kepemilikan situs pribadi.
Sekitar dua bulan saya benar-benar merdeka untuk menulis. Maka mulailah ada yang usil terhadap website saya. Pernah website saya down, sama sekali tidak bisa diakses dan juga permasalahan error lainnya. Saya pun menghubungi pihak developer (NewCyber) untuk menanganinya. Dengan waktu yang cukup lama untuk memulihkan situs itu kembali.
Sekarang situs saya sudah bisa diakses, namun belum sepernuhnya sempurna. Masih banyak tugas dari pihak developer untuk memenuhinya. Itu sesuai dengan komitmen yang diusung dalam usahanya.
Kabar buruknya adalah semua file yang ada di situs saya juga terhapus. Itu artinya tulisan-tullisan saya, dan para kontributor di Asmara In Jogja hilang. Sebagai penulis lagi-lagi bersedih hati atas kehilangan karya-karya saya dan karya para kontributor. Maka sempurnalah ujian bagi saya, hilangnya karya-karya yang disimpan melalui website dan facebook.
Pengalaman ini jadi pelajaran terpenting bagi saya, dan mungkin juga bagi penulis lainnya. Agar lebih berhati-hati lagi menjaga karya tulisnya. Hanya sesama penulislah bisa saling mengerti, jika tulisan yang hilang/terhapus, maka karya itu tak akan bisa diganti lagi.
Saya jadi pesimis dalam menulis. Apa guna menulis, jika akhirnya hilang. Tak sempat diabadikan dalam bentuk buku. Semoga Kompasiana menjadi solusi bagi penulis yang menabung setiap jejak karyanya. Salam kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H