Begitu juga dengan penulis, ia mencurahkan semua apa yang dimilikinya berupa karya tulisnya untuk pembaca, dengan harapan untuk menambah wawasan dan pemahaman hidup pembaca. Selain menguntungkan bagi orang lain, tentu saja menguntungkan bagi diri penulis itu sendiri. Seperti mata rantai yang bertautan kuat menggerakkan roda menuju arah kemauan tuannya. Pembaca dan penulis tak bisa dipisahkan, ia satu tubuh dalam organ yang saling berkepentingan.
Budaya menulis harus tetap dijaga, sebagai tongkat estapet yang akan diberikan lagi kepada generasi berikutnya. Jika tongkat estafet ini hanya berhenti di generasi sekarang saja. Maka semakin terpuruk dan tertinggallah bangsa ini karena di isi oleh generasi yang apatis. Ingat-ingatlah, menulis itu tugas agama, negara, dan kemanusiaan. Barangsiapa yang mengabaikannya, padahal tahu (mahir), maka dialah pemutus mata rantai kebaikan.
Sumber:Â http://asmarainjogja.com/mata-rantai-penulis/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H