Banyak sekali kisah-kisah romansa dari berbagai penjuru dunia. Seperti kisah Romeo dan Juliet, Rama dan Shinta, Layla dan Majnun, maupun kisah Zainuddin dan Hayati yang ada dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka. Setiap kisah romansa memiliki cirinya tersendiri, akan tetapi dalam kisah-kisah tersebut banyak mengajarkan kita tentang cinta, kesetiaan, dan pengorbanan.Â
Di dunia Timur Tengah cukup dikenal kisah Layla-Majnun yang disebut sebagai kisah cinta yang abadi antara Layla dan Qays. Kisah cinta Layla-Qays, dipandang masyarakat sebagai cinta abadi dan legendaris. Sebuah cinta paling indah, menggetarkan, menguras air mata sekaligus juga merupakan sebuah kisah percintaan indah yang berakhir tragis.
Qays mencintai Layla dengan segenap jiwanya. Meski rasa cinta itu terhalang, namun Qays tidak pernah menyerah atau memindahkan hatinya kepada gadis lain. Bahkan, ia terus memelihara rasa cintanya kepada Layla. Rasa cintanya yang terhalang itu membuat hidupnya tiba-tiba berubah. Ia berjalan tak tentu arah sambil mendendangkan lagu-lagu cintanya sambil meneteskan air mata. Orang-orang yang berpapasan dengannya meneriakkan
namanya, si "majnun", 'si orang gila'. Sehingga Qays lebih dikenal dengan nama Majnun.
Layla dan Majnun tak bisa bersatu bukan karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Akan tetapi keduanya berasal dari suku yang berbeda sehingga membuat cinta keduanya tak bisa bersatu. Sehingga takdir berkata lain, Layla tidak dinikahkan dengan Majnun melainkan dengan lelaki lain. Usai Layla menikah, keduanya masih saling mencintai dan harus merasakan penderitaan karena cintanya tak bisa bersatu.Â
Hingga pada akhirnya gadis yang amat dipuja dan dicintai oleh Majnun meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Sehingga kisah mereka tidak bisa bersatu di dunia. Usai meninggalnya Layla, Majnun selalu berada datang ke makam Layla dan berjalan tak tentu arah sembari menyanyikan lagu yang terus ia ulang. Hingga pada akhir hayatnya, Majnun wafat saat berada di makam Layla.Â
Pada akhirnya para anggota dari kedua suku yaitu suku Layla dan Majnun berdiri dan menangis di makam tempat sepasang kekasih yang mereka sayangi itu terbaring, yang pada akhirnya bersatu dalam kematian dan konon katanya Layla dan Majnun dipersatukan di surga. Hingga dibuatlah sebuah nisan baru dan pada nisan itu tertera:
"Sepasang kekasih terbaring di makam ini, pada akhirnya bersatu dalam kegelapan kematian. Begitu setia saat terpisah, benar-benar saling mencinta: Satu hati, satu jiwa di surga."
Sejatinya kita sebagai manusia, tak bisa memaksakan cinta kita untuk siapa. Karena cinta datang tanpa alasan dan sulit dijelaskan. Bahwa cinta bukan hanya sekedar kata-kata melainkan perjuangan, pengorbanan, dan juga kesetiaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H