Mohon tunggu...
Asmara Ayu
Asmara Ayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Politisi Cemerlang untuk Pemilih Cerdas

12 Desember 2018   18:57 Diperbarui: 13 Desember 2018   07:04 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setibanya di rumah tadi malam, aku sedikit terkejut mendapati kalender tahun 2019 terpampang di depan kamarku. "Aih, Si Bodoh Ini" Gumamku.

Sosok Calon Legislatif (Caleg) yang terdapat di kalender itu ku kenal baik, kebetulan kawan semasa SMA. Karenanya tak berlebihan jika aku tahu betul kapasitas si Caleg ini, yang bagiku tidak cukup layak sebagai wakil rakyat.

Di tahun politik ini, ramai politisi yang bertarung memunculkan diri dengan segala citra yang dimiliki. Ada yang terkesan wajar, adapula yang terasa berlebihan. Pileg yang berbarengan dengan Pilpres, menjadikan efek dukungan partai pada salah satu Capres berdampak pada pilihan terhadap calon legislatif. Banyak pemilih yang menolak calon legislatif dari partai pendukung Capres yang satu dan lainnya, bukan karena kapasitas si Caleg. Bagiku ini konyol, efek Pilpres membuat pemilih tak lagi dapat menentukan wakilnya dengan cara cerdas.

Seperti kawanku itu, partainya yang mendukung salah satu capres, bukan berarti dia layak sebagai pilihan. Adapula Caleg yang diterpa isu "Partai Penista". Aneh saja bagiku, karena kini orang baik dan buruk, berkualitas dan tidak kualitas ada di semua partai. Tidak ada kaitannya dengan dukungan Partai itu pada salah satu Capres.

Saat ini, aku sudah mengantongi dua nama Caleg yang Insya Allah akan ku pilih pada pemilu 17 April mendatang. Satu Caleg DPRD Kota, satu lagi Caleg DPR-RI, sedang untuk DPRD TK 1 aku belum menemukan nama. Alasannya Caleg DPRD Kota itu aku kenal baik, tentunya bukan kawanku yang tak layak itu. Sedang Caleg DPR-RI pilihanku, mungkin sudah dikenal publik nasional.

Adalah Meutya Hafid, mantan jurnalis Metro TV yang pernah menggemparkan seantero negeri karena tragedi penyanderaannya ketika liputan di Irak pada 2005 lalu menjadi pilihanku untuk DPR-RI mewakili Dapil Sumut 1. Ada begitu banyak alasan mengapa aku memilih dia. Selain keterwakilan suara perempuan, menurutku beliau adalah salah satu Caleg perempuan terbaik di dapilku.

Dari bukunya yang bertajuk "168 jam dalam sandera" dan pemberitaan di Media, aku mendapat gambaran tentang sosok Politisi Partai Golkar itu. Dia tidak karbitan, dia memulai semua pencapaiannya dari bawah. Ia berjuang untuk semua pencapaiannya, tentu berbeda jauh dengan kawanku itu.

Dari buku itu, aku tahu, perempuan yang pernah menjabat Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen Dunia itu pernah melalui masa-masa sulit. Ketika mendapat beasiswa berkuliah di Australia, pada tahun kedua kuliah beasiswanya mesti dicabut karena negara sedang krisis moneter masa itu. Demi meneruskan impiannya menjadi Insinyur lulusan salah satu universitas terbaik di Australia, beragam pekerjaan Ia lakoni; mulai dari Penjaga Toko, Pelayan Restoran, Hingga penyiar radio. ini mengingatkanku pada perjuangan ketika berkuliah di Jakarta, jauh dari orang tua beberapa tahun lalu.

Sebagai perempuan, Meutya Hafid sangat menginspirasiku. Aku yang menamatkan kuliah di Jurusan Ilmu Politik salah satu perguruan tinggi di Jakarta berkeinginan kelak menjadi seperti beliau. Bukan hanya karena beliau sukses dalam karir politiknya, tapi juga karena integritasnya. Mulai terjun ke dunia politik saat berusia 31 tahun dan dapat menjadi salah satu Ketua DPP Partai Golkar saja itu sudah membuktikan kapasitasnya. Golkar gitu lhoo.. ada banyak politisi senior di partai itu, sarat pengalaman, tapi Ia mampu bersaing.

Pintar, itu alasan lain kenapa aku mengidolakannya. Kita perlu wakil-wakil rakyat yang cemerlang untuk  mampu menyerap aspirasi kita. Meutya Hafid memenuhi semua kriteria itu.

Akhir kata, aku sampaikan bahwa Politisi Cemerlang hanya untuk Pemilh Cerdas. Karena aku merasa cerdas, sudah tentu aku memilih yang cemerlang. Hehe.. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun