Mohon tunggu...
Abdus Saleh Radai
Abdus Saleh Radai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dakwah Nusantara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Majelis Dakwah Islam Ahlussunnah Wal Jamaah (MADINAH)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biografi KH. Mahfudz Syafi'i Pembawa Thoriqoh Syadziliyah, Qodiriyah, Naqsabadiyah Pondok PETA Tulungagung ke Jawa Barat

12 Mei 2022   09:52 Diperbarui: 12 Mei 2022   11:39 3370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

III. KERABAT
Mungkin memang karena selain beliau orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmunya hingga menjadi orang yang baik  beliau juga mungkin adalah orang yang memang akan menjadi cikal bakalnya penerus 'ulama yang memang sudah ada pada darah beliau dari sebelumnya yang pada kenyataannya keluarga kandung hingga kerabat beliau memang banyak yang mengasuh Pondok Pesantren. Dari beberapa Pondok Pesantren yang masih keluarga kandung dan kerabat dekat atau jauh dengan beliau adalah:

  1. Pondok Pesantren Al-Istighotsah, Bekasi.
  2. Pondok Pesantren Mahir Arriyadl-Ringin Agung, Kediri.
  3. Pondok Pesantren Darun Naja, Bakung, Blitar.
  4. Pondok Pesantren Islahiyyatul Asroriyyah, Ringin Agung, Kediri.
  5. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi'in, Lirboyo, Kediri.
  6. Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam, Mantenan, Blitar.
  7. Pondok Pesantren Mamba'ul Hidayah, Kanigoro, Blitar.
  8. Pondok Pesantren Mamba'ul Huda, Ngoro, Jombang.
  9. Pondok Pesantren Nurul Huda, Bangilan, Tuban.
  10. Pondok Pesantren Roudhotul 'Ulum, Kencong, Kediri.
  11. Pondok Pesantren Mamba'ul 'Ulum, Trenggalek.
  12. Pondok Pesantren Darun Najah, Bendo, Kediri.
  13. Pondok Pesantren Mayan, Kediri.
  14. Pondok Pesantren Bangkalan, Gambar, Blitar.
  15. Pondok Pesantren Krempyang, Nganjuk dan beberapa Pondok Pesantren -- Pondok Pesantren lainnya yang masih banyak lagi yang jumlahnya mungkin mencapai puluhan dari yang kecil hingga besar.

IV. AWAL MULA PENDIDIKAN
Masa kecil beliau adalah masa yang sedikit beliau habiskan untuk bermain, karena beliau sudah mulai menimba ilmu ketika beliau belum khitan sekitar umur 8 tahunan. Sekitar tahun 1941 M. Beliau di pesantrenkan ayahnya ke Pondok Pesantren Seblak di bawah asuhan KH. Mahfudz Anwar dan sekolah di madrasah Tebuireng di bawah asuhan Hadratussyekh KH. Hasyim Asy'ari Jombang, Jawa Timur. Kemudian beliau meneruskan sekolahnya di madrasah Genuk Watu tempat tinggal beliau. Di tahun 1952 M. KH. Syairozi membawa beliau ke Kediri untuk meneruskan pelajarannya  ke pondok pesantren Hidayatul Mubtadi'in Lirboyo, Kediri, Jawa Timur di bawah asuhan KH. Abdul Karim. Setelah itu beliau melanjutkan kembali pendidikannya di Pondok Pesantren Lasem, Jawa Tengah Di bawah Asuhan KH. Masduqi.

Dari Lasem beliau meneruskan lagi  di Pondok Pesantren Mojosari di bawah asuhan KH. Zainuddin. Beliau juga kemudian melanjutkan pendidikanya ke Pondok Pesantren Kaliwungu, Semarang, Jawa tengah di bawah asuhan KH. Muslih.Diceritakan ada beberapa lagi tempat Pondok Pesantren yang beliau singgahi untuk menuntut ilmu, di antaranya Magelang-Jawa Tengah, Papar-Jawa Timur, Dunglo-Jawa timur, Sarang-Jawa Timur, dan Pondok Pesantren- Pondok Pesantren lainnya. Namun Pondok Pesantren terlama yang beliau singgahi adalah Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi'in di Lirboyo, Kediri, Jawa Timur sekaligus menjadi tempat beliau menyelesaikan jenjang pendidikan sekolahnya hingga lulus. Terhitung lamanya beliau menuntut ilmu sekitar dari tahun 1941 M. hingga 1965 M., kurang lebih adalah 30 tahun, sedangkan adiknya Hafidz lebih lama sekitar 35 tahun.

Pernah ketika beliau mondok bersama adiknya Hafidz, kehabisan uang dan belum di kirim, mungkin pulang pun tidak berani karena kalau pun pulang dengan alasan yang tidak tepat malah mendapatkan marah bahkan sabetan hingga kurungan karena tegasnya ayah beliau dalam mengarahkan putranya pada hal yang berhubungan dengan pendidikan agama. Akhirnya beliau dan adiknya hanya meminum air putih untuk mengenyangkan perutnya. Itulah salah satu dari beberapa perjuangan beliau ketika menuntut ilmu yang sudah beliau lalui ketika masih kecil.

Di waktu beliau masih kecil beliau sudah mempunyai cara berfikir dan prinsip yang baik. Dalam pemikirannya,  yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Pada saat itu terjadi sesuatu antara beliau dengan adiknya yang kemudian terjadi kesalahpahaman hingga beliau yang  di salahkan. Maklum, keduanya masih anak-anak, sedangkan beliau adalah yang lebih besar, maka beliau-lah yang menjadi sasaran kesalahpahaman itu. Beliau berkata, "saya tidak suka di salahkan, padahal yang salah pada waktu itu adalah jelas adik saya. Semestinya adalah yang salah itu adalah salah dan yang benar itu adalah benar walaupun saya yang lebih besar dan adik saya yang masih kecil". Cerita ini jugalah yang mungkin menjadi hubungan di dalam do'a khasnya yang sering beliau lantunkan.

Allahumma arinal haqqo haqqon warzuqnat tibaa'ahu, wa arinal bathila bathilan warzuqnaj tinaabahu. 

"Ya Allah, tunjukkanlah kami kebenaran adalah sebagai kebenaran dan berikanlah anugrah kami untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kami kesalahan adalah sebagai kesalahan dan berikanlah anugrah kami untuk menjauhinya".

Kecerdasan beliau terlihat dari daya hafalan beliau yang baik. Beliau mampu melafadzkan tanpa melihat Nadzom Al-Fiyyah atau Sya'ir 1000 baris yang berisikan pembahasan ilmu alat Nahwu dan Shorof yang telah terkenal dikalangan santri dan mahasiswa di mulai dari awal hingga akhir dan sebaliknya di mulai dari belakang hingga ke depan dengan waktu hanya sekitar 30 menit, bahkan adiknya Hafidz mampu dengan waktu hanya sekitar 15 menit. (dalam suatu percobaan, melafadzkan dengan cepat dari awal hingga akhir dengan melihat tulisannya serta di iringi suara musik tabuhan ala pesantren itu saja membutuhkan waktu sekitar 1 1/2 jam, itupun tidak semua orang yang sudah terbiasa bisa dan atau jelas lafadznya, karena beberapa lafadznya sulit untuk di baca, apalagi apabila di mulai dari belakang hingga ke depan).

Saat beranjak dewasa, beliau adalah orang yang gemar dengan mata pelajaran ilmu alat Nahwu, Shorof, Balaghoh, Mantiq. Kemudian waktu demi waktu beliau berganti kegemaran dengan ilmu Fiqih yang kemudian akhirnya beliau menyenangi ilmu Tasawuf dan Tauhid.

Hadlratussyeikh KH. Mahfudz Syafi'i beserta Ibu Nyai Hj. Muchsonah CH di Situ Lengkong Panjalu Ciamis
Hadlratussyeikh KH. Mahfudz Syafi'i beserta Ibu Nyai Hj. Muchsonah CH di Situ Lengkong Panjalu Ciamis

V. JENJANG PERNIKAHAN
Setelah beliau menimba ilmu di berbagai Pondok Pesantren maka beliau kemudian melaksanakan sunnah Nabi dengan menikah. Terjadinya pernikahan beliau, tidaklah seperti kebanyakan orang zaman sekarang yang sebelum menikah sudah mengetahui calonnya dan atau telah mengenal bahkan mungkin berkenalan hingga berpacaran dan sampai melakukan sesuatu yang dilarang agama dengan dalih agar mengenal lebih dalam supaya tidak kecewa dan menyesal setelah menikah nanti, Na'udzu billah. Beliau adalah orang yang sangat tidak suka kepada sesuatu hal di dalam antara hubungannya orang laki-laki dengan perempuan yang tidak pada tempatnya, seperti pacaran misalnya. Maka karena inilah di Pondok Pesantren Al-Istighotsah hal ini menjadi khas sekaligus peraturan yang keras terhadap santri yang coba untuk melanggarnya hingga sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun