Dalam kegalauan hati dan kegulanaan jiwa, Kucoba untuk merangkai seuntai kata, tuk mencari sebuah fatwa, yang terlindung di balik patena. Kutelusuri setapak jalan, mengikuti secerah cahaya yang tertancap di dinding-dinding kegelapan malam. Aku terus memapah kaki dalam kegelapan. Meraba bayangan dengan penuh hati-hati. Sampai akhirnya aku melihat seongkok obor penerang meski sayup-sayup di kejauhan, namun penuh harapan.
Jika masih mungkin ada tempat untukku di hatimu, kan kupenuhi dengan bunga-bunga asmara.
Kan kusiram dengan air kebahagiaan dan ketulusan, Kan kupupuk dengan rindu dan kasih sayang, Kan kupagari dengan ikhlas, iman serta kesetiaan.
Agar kamu tahu bahwa tidak semua image orang-orang sama seperti apa yang ditebarkan
Idzinkan aku juga, membuat perahu kecil agar aku dapat berlayar dan berkelana dilautan yang terbentang luas dihatimu
Kan kuarungi bahtera sanubarimu, kan ku lalui dengan keteguhan dan ketgaran jiwa
Sampai aku gapai, aku jelajahi samudra kalbumu.
Buat sebuah dermaga meski hanya dengan beberapa
butir mutiara, yang sekiranya dapat jadi penerang
disaat perahu kecilku, kutambatkan di dermaga hatimu
itulah ketulusan harapanku
Abdus Saleh Radai
Villa Pabuaran Indah, 22 Desember 2003
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H