Menurut sejarahnya, Situ Lengkong ini dibuat oleh leluhur Panjalu. Dahulu kala di Panjalu telah berdiri kerajaan Hindu yakni kerajaan Panjalu. Pada saat itu kerajaan ini diperintah oleh Prabu Cakradewa. Sang raja memiliki seorang putra yang bernama Borosngora. Raja menginginkan agar putranya pergi berkelana mencari ilmu sejati. Putra raja itu pun mematuhi perintah ayahnya. Ia berkelana jauh mencari ilmu sejati sampai akhirnya ia sampai di tanah Mekkah. Di sana  ia kemudian masuk Islam dan berguru kepada Sayyidina Ali bin Abi Tholib Karamallahu Wajhah. Setelah cukup lama, maka pulanglah sang putera mahkota ke tanah Panjalu dengan dibekali Air Zam-zam. Sang putra mahkota akhirnya menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahandanya dengan gelar Sang Hyang Borosngora. Konon, air Zam-zam yang dibawa dari Mekkah ditumpahkan ke sebuah lembah yang bernama lembah Pasir Jambu. Seiring dengan bertambah banyaknya air di lembah itu, maka terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong Panjalu.
Untuk menuju lokasi makam Mbah Panjalu, dari dermaga, para peziarah harus menyeberangi danau dengan menggunakan perahu motor. Biasanya pada saat-saat ramai musim berziarah, pengunjung mesti antri untuk mendapat giliran naik perahu. Saat rombongan Acara Haul Mbah Chasbullah Marzuqi, sampai di Makam Mbah Panjalu, kebetulan bukan musim ramai ziarah, kami beserta rombongan sampai pada malam hari dan sangat sepi. kami langsung sewa perahu untuk menyebrangi danau atau Situ Lengkong Panjalu untuk sampai di lokasi Makam Mbah Panjalu. Karena saat ini musim kemarau panjang, maka air danau sedang surut. setelah tiba kami dan rombongan langsung Ziarah dan silaturrahim dengan Mbah Panjalu (Sayid Ali Bin Muhammad bin Umar).
Selesai Ziarah ke Mbah Panjalu, di malam hari yang tenang dan sunyi kami melanjutkan perjalanan menuju Tulungagung Jawa Timur dengan jarak tempuh perjalanan sekitar 680 KM. Banyak sekali pelajaran yang dapat di jadikan faidah dan manfaat pada setiap jengkal perjalanan panjang ini, yaitu yang paling utama adalah mujahadah dan ghiroh kita terhadap guru, untuk menimba ilmu dan barokah dari guru Mursyid. Pada siang hari yang cerah kami sampai dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur kepada Allah SWT, karena kami sampai tepat waktu dengan selamat. Setibanya di Kutoanyar rombongan langsung menuju Makam Mbah KH. Chasbullah Marzuqi, di Desa Kutoanyar, Tulungagung. Setelah selesai mengumandangkan dzikir dan tahlil rombongan disambut dengan gembira oleh tuan rumah, yang tidak lain adalah para dzuriyah Mbah Kakung, dianataranya adalah Kyai Muhsin, Kyai Ali Murtadha, dan Kyai Mansyur. Banyak sekali pelajaran yang kami dapatkan dalam rangkain silaturrahim tersebut. Terutama kemurnian ajaran dan amaliah Mbah Kakung dalam mengamalkan Thoriqoh dalam kehidupan sehari-hari.
Selesai ramah tamah dengan Keluarga Besar Mbah Chasbullah Marzuqi, setelah menikmati sajian khas Kutoanyar, santapan nasi pecel yang pedas, rombongan langsung mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ziarah ke Makam Hadlratussyeikh Mustqim Bin Husain, Tulungagung, Jawa Timur. Setelah sampai di Kauman, rombongan di sambut Mbah Karim dan Mas Watsik  Abdi Dalem Pondok PETA Tulungagung. dan langsung dipersilahkan untuk ziarah dan silaturrahim dengan Hadlratussyeikh Mustqim Bin Husain. Selesai Ziarah semua rombongan di persilahkan untuk menikmati santap makan siang khas Pondok PETA Tulungagung. Tujuan utama yaitu ziarah dan silaturrahim dengan Mbah Guru sudah rampung dilaksanakan, tinggal menunggu acara Haul Hadlratussyeikh Mustqim Bin Husain, Pada Hari Ahad, 1 Muharram 1441 Hijriyah. (ASR)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H