Jakarta, Kompasiana
Hari ini Sabtu, 31/8/2019 bersamaan dengan Peringatan Tahun Baru IslAM 1 Muharram 1441 Hijriyah. adalah diselenggarakannya Acara Haul Hadlratussyeikh Mustqim Bin Husain, Tulungagung, Jawa Timur. Acara Haul Mbah Taqim (beliau biasa dipanggil) dihadiri oleh para muridnya yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan manca negara, seperti Jerman, Belanda, Macau, Jepang, Korea dan lain sebagainya.
Perjalanan Acara Haul Hadlratussyeikh Mustqim Bin Husain tahun ini diawali dengan Rutinan Malam Jum'at yaitu Khususiyah Jamaah Thoriqoh Syadzliyah wal Qodiriyah Pondok PETA Tulungagung, Titik Cikarang Kota Bekasi Jawa Barat. Khususiyah merupakan amaliah pembacaan aurad Syadziliyah wa Qodiriyah yang di baca secara bersama-sama pada malam Jum'at dan malam Selasa untuk Titik Cikarang Kota, dan di pimpin oleh Imam Khususiyah Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriayah Pondok PETA Tulungagung. Peserta Rutinan Khususiyah adalah Jemaah Thoriqoh yang telah di Bai'at, baik Bai'at Thoriqoh Syadziliyah atau pun Bai'at Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Bai'at hanya bisa dilakukan oleh Mursyid Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriyah Pondok PETA Tulungagung, yaitu Romo KH. Charir Sholahuddin Al Ayyubi dari Romo KH. Abdul Jalil Mustaqim (atau Romo KH. Arief Mustaqim) dari Romo KH. Mustiqim bin Husein, dan sterusnya sampai ke Sultanul Aulia Abi Hasan As-Syadzily.
Seperti biasa setiap Jum'at pagi Jamaah Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriyah Pondok PETA Tulungagung, Titik Cikarang Kota Bekasi, diisi dengan rutian musyawarah. Musyawarah adalah pengajian khusus bagi jamaah Thoriqoh Saydziliyah wal Qodiriyah. Semua hal yang berhubungan dengan perjalanan batin jamaah di musyawarahkan pada Imam Khususiyah. Selayaknya murid yang sedang berjalan menuju hadirat Allah SWT, pasti mempunyai pengalaman-pengalaman ruhani yang tidak bisa kita tafakkuri, asumsikan, dan atau menerjmahkan sendiri. Pengalaman batin dan ruhani tersebut harus di musyawarhkan agar mendapat penerangan atau takwil yang benar, sehingga bermanfaat dan berfaidah bagi peningkatan kualitas perjalanan seorang murid dan sebagai salikin yang sedang berjalan menuju mengenal dan cinta pada Allah. Kegiatan ini dinamakan Majelis Musyawarah Jamaah Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriyah. Setelah selasai kegiatan pengajian (musyawarah), dilanjutkan dengan silaturrahim dan ziarah ke Makan KH. Mahfudz Syafi'i, Pondok Istighotsah, Bulak Kapal, Bekasi Jawa Barat.
Pada Hari Jum'at tanggal 30/8/2019 sebelum berangkat menuju Tulungagung Jawa Timur, seperti biasa ziarah dan silaturrahim dengan KH. Mahfudz Syafi'i Pondok Istighotsah, Bulak Kapal, Kota Bekasi Jawa Barat, yang dipimpin langsung oleh KH. Agus Salim selaku Imam Khususiyah Thoriqoh Pondok PETA Tulungaung. KH. Agus Salim senantiasa menekankan bahwa mau pergi kemana saja, apalagi yang berhubungan dengan perjalanan ruhani atau batin harus di mulai dengan berziarah ke Makam KH. Mahfudz Syafi'i. Hal ini dilakukan kerena KH. Mahfudz Syafi'i adalah pembawa Thoriqoh Pondok PETA Tulungagung, dari Mbah KH. Mustaqim bin Husein, melalui Mbah KH. Chasbullah Marzuqi, ke Jawa Barat Khususnya daerah Bekasi dan sekitarnya.
Setelah selesai ziarah ke Makam KH. Mahfudz Syafi'i, rombongan langsung melanjutkan perjalanan untuk ziarah dan silaturrahim ke Mbah Wali yaitu Mbah Panjalu, Ciamis Jawa Barat. Menurut beberapa sumber, Syeikh Panjalu adalah Prabu Borosngora putra dari Prabu Cakradewa. Sedangkan menurut Gus Dur, beliau adalah prabu Hariang Kencana atau Sayid Ali Bin Muhammad bin Umar (Mbah Panjalu). Syeikh Panjalu atau juga biasa disebut Mbah Panjalu adalah seorang Ulama penyebar agama Islam di sekitar wilayah Ciamis, Jawa Barat. Lokasi makam Mbah Panjalu berada di pulau Nusa Gede, di tengah sebuah danau yang berada di sebuah bukit yang masuk wilayah Ciamis Jawa Barat. Danau yang mengelilingi pulau kecil yang disebut Nusa Gede atau Larangan ini dikenal dengan sebutan Situ Lengkong Panjalu. Letak makam Mbah Panjalu sendiri berada di kawasan hutan lebat seluas 57 hektare di tengah pulau kecil ini. Pulau Nusa Gede atau Larangan ini dikelilingi air yang berwarna kehijauan. Konon air di Situ Lengkong ini berasal dari mata air zam-zam di Mekkah.